Senyum semringah tersungging di bibir pelajar SD Kanisius Demangan Baru 1, Caturtunggal, Depok, Sleman saat turun dari bus dan menjejakan kaki di Situs Candi Gebang. Pada Kamis pagi (7/2), mereka dijemput Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (BPCB DIY) untuk mengikuti kegiatan Sekolah Cagar Budaya di candi bercorak agama Hindu yang berada di Dusun Gebang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.
Para pelajar terlihat antusias mengikuti jalannya pembelajaran. Mereka bersemangat karena belum pernah berkunjung ke Candi Gebang sebelumya. Mereka diajak berkeliling candi oleh narasumber dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Harimurti Wikanto.
Saat memandu berkeliling candi, Harimurti menerangkan tentang sejarah pendirian, riwayat penemuan, dan kronologi pelestarian Candi Gebang kepada pelajar. “Candi Gebang ditemukan pada November 1936 oleh penduduk setempat dalam kondisi rusak tertimbun material erupsi Gunung Merapi. Penemuan tersebut kemudian ditangani oleh Dinas Purbakala zaman pemerintahan Hindia Belanda. Setelah berhasil melakukan tindakan penyelamatan dan penelitian, selanjutnya dilakukan pemugaran Candi Gebang dalam kurun waktu 1937 sampai dengan 1939. Pemugaran tersebut dipimpin oleh ahli purbakala berkebangsaan Belanda bernama Van Romondt,” kata Harimurti.
Harimurti juga menjelaskan ciri-ciri fisik Candi Gebang sambil menunjuk bagian-bagian candi yang ia jelaskan. Para pelajar menyimak penjelasan dan dengan sigap menuliskannya pada buku catatannya masing-masing.
Setelah mendapat penjelasan, pelajar diberi soal untuk dikerjakan secara berkelompok. Soal tersebut digunakan sebagai instrumen untuk mengukur tingkat pemahaman pelajar setelah mengikuti pembelajaran. Pengerjaan soal dengan berkelompok bertujuan melatih pelajar agar bisa saling bekerja sama dan memupuk rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya.
Sekolah Cagar Budaya tersebut diikuti oleh 120 orang peserta yang terdiri atas 108 pelajar dan 8 guru pendamping. (fry)