No. Inv : BG. 771. Bahan : Perunggu. Asal : Kricak Kidul, Tegalrejo, Yogya. Abad : VIII – IX M. Deskripsi : Siwa adalah salah satu dewa dalam kelompok Trimurti yang paling populer dalam Agama Hindu selain Brahma dan Wisnu. Ia memiliki 48 nama sebagai julukannya antara lain Mahadewa, Isana, Pasupata, Lingodbhava, dan Nataraja. Siwa sebagai Mahadewa merupakan Siwa dalam kedudukannya yang paling tinggi, yaitu sebagai raja dari para dewa, dengan saktinya Uma dan Parwati atau Durga. Kepopulerannnya ditandai dengan adanya beberapa sekte dalam pemujaan Siwa, yaitu Siwasidhanta, Pasupata, dan Bhairawa. Ia didudukkan sebagai dewa perusak. Oleh karena itu, Siwa mempunyai banyak pemuja, dengan tujuan agar tidak merusak dunia. Walaupun Siwa berkedudukan sebagai dewa perusak, karena ia adalah ishwara maka ia juga memiliki peran yang sifatnya konstruktif yaitu mengembalikan segala hal yang telah diciptakan oleh Brahma kepada penciptanya apabila takdir yang ditetapkan baginya telah tiba, sehingga ia juga dikenal sebagai Mahakala atau Sang Penguasa Waktu. Sebutan lain yang menunjukkan bahwa Siwa tidak bersifat jahat yaitu julukannya sebagai Sankhara yang artinya selalu berbuat baik. Śiva Mahādeva digambarkan berdiri di atas Padmāsana, dengan sikap samabhańga. Di bawah padmāsana terdapat Nandi sebagai wahananya. Di belakang arca terdapat prabhā dengan hiasan lidah api. Ia memakai mahkota Jatāmakuta yang dihias dengan bulan sabit dan tengkorak (ardhacandra-kapāla), bertangan empat, tangan kanan depan memegang trisula, kanan belakang memegang tasbih (aksamālā), tangan kiri depan memegang kendi (kamandalu) dan tangan kiri belakang memegang alat pengusir lalat (cāmara). Ketiga pelupuk matanya dilapisi perak, sedang bibirnya dilapisi emas. Sebagai Mahādeva, ia digambarkan mengenakan tali kasta (Upavita) yang berupa ular, serta berpakaian kulit harimau. Ditemukan pada tanggal 01 April 1984. Masuk sebagai koleksi BPCB Yogyakarta tanggal 01 April 1984.