Regol Danapratapa berada di antara Bangsal Trajumas dan Bangsal Srimanganti, merupakan akses yang menghubungkan antara plataran Srimanganti dengan plataran kedhaton. Sebagai pintu utama regol tersebut tampak tampil megah dengan fasad yang penuh dengan ragam hias dan simbol-simbol bermakna tinggi. Di sebelah kanan regol ada penjagaan prajurit dan 2 (dua) arca Dwarapala dinamakan Cingkarabala dan Balaupata. Pada dasarnya Danapratapa merupakan simbol bahwa raja harus dapat memberikan kebijaksanaan dalam stiap keputusannya. Di sisi lain juga meneguhkan konsep hamemayu hayuning bawana dan makna kepemimpinan hamangku, hamengku, dan hamengkoni, yaitu memberikan kesejahteraan, bersikap adil dan dapat menjadi contoh bagi kawulanya.
Ragam hias di Danapratap pada dasarnya merupakan sengkalan memet yang menandakan tahun pembuatan dan tahun penobatan Sri Sultan Hamengku Buwana VIII (1921). Sengakalan memet di antaranya, di bagian atas terdapat “tangan yang memegang wengkon (lingkaran) dan bola dunia dengan simbol keraton Yogyakarta”, hal itu dapat dibaca “jagad ing asta wiwara dhatulaya (narpati)” atau angka tahun Masehi 1921. Di samping itu, juga ragam hias, “daun keluwih, hewan biawak, dan kepala raksasa”, hal itu dapat dibaca “kaluwihaning yaksa salira aji”, atau angka tahun Jawa 1851. Sedangkan tahun pemugaran Danaprtapa terletak di bagian belakang yang menghadap ke selatan, yaitu raagam hias “dua kepala gajah dengan panah yang ada di belalainya”, hal itu dapat dibaca “esthi sara esthi aji” tahun Jawa 1958. Di samping itu sengkalan “esthi dwining wiwara narpati” untuk tahun Masehi 1928.