Kereta Kencana Keraton Yogyakarta diberi nama Kiai. Garuda Yeksa. Kereta kebesaran kerajaan tersebut di buat di pabrik Negeri Belanda tahun 1861, atas pesanan Sri Sultan Hamengku Buwana VI. Setiap raja setelah dinobatkan atau jumenengan akan melaksanakan kirab keliling benteng keraton dengan menggunakan kereta ini. Dari awal pembuatan hingga sekarang, Garuda Yeksa telah untuk melaksanakan kirab penobatan untuk Sri Sultan Hamengku Buwana VII – Sri Sultan Hamengku Buwana X. Sebelum kemerdekaan selain untuk kirab jumenengan juga untuk sarana melakukan kunjungan kepada Residen maupun Gubernur. Kunjungan Sultan kepada pemerintah Hindia Belanda di kantor (loji) tersebut dikenal dengan nama tedhak loji. Sebutan kereta kencana mengingat beberapa komponen yang ada di kereta tersebut benar-benar berlapis emas 18 karat. Terutama yang ada di bagian atapnya, baik di simbol garuda maupun mahkota atau crown–nya. Satu hal yang menarik bahwa kereta ini di tarik dengan 8 (delapan) ekor kuda. Setiap tahun saat penanggalan Jawa bulan Sura kereta-kereta keraton dan beberapa pusaka dilakukan jamasan atau pembersihan. Hal ini menggambarkan bahwa sarana, atribut, dan pusaka milik raja diperlakukan sebagaimana layaknya manusia, sehingga harus dibersihkan bahkan juga diberi nama sebutan Kiai. Pada saat pembersihan atau jamasan kereta setiap bulan Sura menjadi atraksi yang menarik, karena air jamasan diperebutkan oleh penduduk yang datang.
- Post author:Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I. Yogyakarta
- Post published:November 14, 2017
- Post category:Bangunan Cagar Budaya / Cagar Budaya
- Reading time:2 mins read