Bangsal Siti Hinggil terletak di antara dua buah bangsal, yaitu Pagelaran di sisi utara dan Bangsal Witana di sebelah selatan. Bangsal ini berfungsi untuk acara pelantikan putera mahkota, penobatan raja, maupun prosesi penting kerajaan lainnya. Oleh karena itu, di dalam bangsal sisi selatan terdapat Bangsal Manguntur Tangkil untuk penobatan dan Sela Gilang untuk Putera Mahkota di sisi timur. Bangunan Siti Hinggil pada zaman Sultan Hamengku Buwana VIII masih tampak sederhana dan belum megah seperti saat ini. Bangunan yang terlihat megah seperti sekarang adalah hasil pembangunan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Tahun pembangunan dapat diketahui dari candra sengkala memet “dua ekor naga dengan penutup kepala atau kuluk raja di antara sulur-suluran bunga”.
Sengkalan tersebut dapat dibaca yaitu “Pandhita Cakra Naga Wani” yang berarti angka tahun 1857 Jawa. Untuk tahun masehi dengan surya sengkala memet “kumbang, tangan, dan suluran bunga” yang dapat dibaca “Gana Asta Kembang Lata” , yang berangka tahun 1926. Bangunan Siti Hinggil seperti halnya Pagelaran menggunakan kerangka besi dan ditopang dengan kolom besi cor yang didatangkan dari Negeri Belanda. Berdasarkan identifikasi kolom-kolom tiang besi yang ada di Keraton Yogyakarta merupakan hasil produksi pabrik Eindthoven tahun 1875 (masa pemerintahan Hamengku Buwana VI.