Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid memberikan ceramah kebangsaan kepada peserta Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Nasional II dalam acara Giat Wawasan di Barak 5 kompleks Lapangan Tembak Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah pada Rabu (20/9). Pada kesempatan itu, Hilmar menyampaikan pentingya menjalin keharmonisan dalam keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia. Menurutnya sikap toleransi merupakan modal utama dalam membangun kebudayaan bangsa.
Ia mencontohkan Candi Borobudur sebagai wujud nyata hasil pembangunan kebudayaan bangsa Indonesia yang dilandasi sikap toleransi. Menurutnya, Candi Borobudur tidak mungkin dapat dilestarikan sampai sekarang tanpa adanya kerja sama yang baik dari masyarakat yang ada di sekitarnya. “Candi Borobudur sudah berdiri sejak 1200 tahun yang lalu, dan sampai kini masih dirawat dengan baik. Candi Borobudur juga dapat difungsikan kembali sebagaimana saat candi itu dibangun, yakni sebagai tempat ibadah umat agama Buddha, padahal sekarang Candi Borobudur berada di tengah permukiman masyarakat muslim. Hal itu menunjukkan bahwa kelestarian Candi Borobudur dapat terwujud karena adanya sinergi dan harmoni yang terjalin di antara masyarakat yang ada di sekitarnya,” tutur Direktur yang juga seorang sejarawan.
Himar juga berpesan agar peserta Perwimanas II mampu menjadi generasi toleran yang dapat menghargai perbedaan di dalam keberagaman bangsanya. “Kita jangan sibuk mencari perbedaan dalam keberagaman budaya kita. Sudah saatnya kita bersama-sama memajukan budaya kita,” tegasnya. (Ferry A.)