Bangunan rumah tradisional milik Soedarjo berada di Ngangruk Rt 03, RW 02 Tegalrejo, Tamanmartani, Kalasan, Sleman. Bangunan bercirikan tradisional Jawa beratap limasan. Bangunan ini diperkirakan dibangun sebelum tahun 1930-an Oleh kakeknya yang bernama Joyowiryo. Pada tahun 1939 Joyowiryo meninggal dunia, kemudian bangunan tersebut diwariskan kepada anaknya yang bernama M Wirjosoediharjo. Beliau adalah Carik Desa Pokoh, Ngemplak, Sleman. Pada tahun 1946 beliau pensiun dan kemudian menjadi petani. Pada tahun 1952 beliau meninggal. Rumah tersebut kemudian diwariskan kepada anaknya yaitu Soedarjo. Perlu diketahui bahwa pada agresi militer ke II tahun 1948 rumah tersebut digunakan untuk markas taruna-taruna Militer Akademi, juga sebagai markas pengintaian terdepan untuk mengawasi pergerakan Belanda di Bogem.
Bangunan depan terdapat emper, dahulu merupakan bangun terbuka. Akan tetapi pada tahun 1980-an karena alasan keamanan kemudian ditutup menggunakan pintu (gebyok). Bagian dalam merupakan rumah induk memiliki kamar atau senthong dengan sekat dari gebyok, lantai flor dengan motif garis-garis menyerupai keramik.
Pemilik rumah yang sekarang, Soedarjo, termasuk satu dari sepuluh pemilik/pengelola bangunan dan struktur cagar budaya yang mendapat Penghargaan Pelestari Cagar Budaya Tahun 2016 dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemberian Penghargaan Pelestari Cagar Budaya bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mempunyai rasa bangga dan menumbuhkan rasa memiliki yang tinggi terhadap cagar budaya, khususnya di kalangan pemilik/pengelola dan paguyuban/lembaga sehingga kelestarian cagar budaya tetap terjaga (Unit Kerja Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB DIY).