Pada Sabtu-Minggu (4 – 5/6) Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan workshop jurnalistik cagar budaya yang diikuti oleh 50 pelajar dari berbagai SLTA yang ada di Kabupaten Bantul. Workshop tersebut terdiri dari tiga rangkaian kegiatan. Pertama, pemberian materi tentang kawasan cagar budaya Imagiri sebagai sumber ide penulisan dan dasaer-dasar jurnalistik penulisan feature. Kedua, kunjungan ke objek cagar budaya yang ada di kawasan Imagiri. Ketiga, penulisan feature dan evaluasi.
Pada hari pertama, Sabtu (4/6) bertempat di Joglo Emas Semar, Sumber Batikan, Palbapang, Bantul, peserta workshop mengikuti pelatihan penulisan feature. Adapun yang bertindak sebagai narasumber yakni Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A., Ka. Unit Kerja Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Drs. Krisno Wibowo, M.Si., dosen komunikasi Universitas Atmajaya sekaligus Redaktur Senior Harian Kedaulatan Rakyat. Kedua narasumber membekali siswa dengan memberikan materi tentang tahapan yang harus dilakukan dalam menulis feature.
Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Drs. Ign. Eka Hadiyanta, M.A., yang memaparkan mengenai potensi kawasan cagar budaya Imagiri yang bisa dijadikan materi penulisan feature. “Ada beragam potensi budaya di kawasan Imagiri yang dapat dijadikan materi untuk penulisan feature. Ada makam raja-raja dan bangsawan Kerajaan Mataram Islam, yakni Makam Pajimatan, Makam Girilaya, dan Makam Banyusumurup. Selain itu juga ada pasar, kerajinan batik, kerajinan wayang, dan kerajinan keris dan latar belakang sejarah nama-nama kampung di kawasan makam Imagiri”, kata beliau.
Sementara itu pembahasan materi yang kedua tentang tips penulisan feature disampaikan oleh Drs. Krisna Wibowo, M.Si. Beliau menjelaskan bahwa dalam menulis feature, hal yang pertama dilakukan adalah menentukan angel atau sudut pandang. Beliau menjelaskan, “Pertama kali yang mesti dilakukan dalam menulis feature adalah menentukan angel atau sudut pandang. Hal itu akan membantu kita dalam menggali sesuatu yang menonjol dari objek yang akan kita tulis. Setelah itu lalu menyusun kepala berita (lead), tubuh berita (body), dan penutup.”
Setelah mendapat materi dari narasumber, peserta kemudian melakukan kegiatan ekskursi dengan mengunjungi makam raja-raja Kerajaan Mataram Islam di Imagiri. Mereka terlihat begitu antusias melakukan observasi di objek cagar budaya tersebut. Selain melakukan pengamatan, peserta juga melakukan wawancara dengan juru kunci makam untuk mendapatkan informasi yang nantinya digunakan sebagai bahan penulisan feature. Berakhirnya kunjungan di makam raja-raja Kerajaan Mataram Islam menutup workshop jurnalistik di hari pertama.
Pada hari kedua, Minggu (5/6) kegiatan workshop difokuskan untuk penulisan feature dan evaluasi. Peserta terlihat sibuk dengan laptop masing-masing. Mereka tampak antusias menuliskan pengalaman mereka kemarin saat berkunjung ke makam raja-raja Mataram Islam di Imagiri. Setelah penulisan feature selesai, kemudian dilanjutkan evaluasi. Dalam sesi evaluasi, peserta diberi kesempatan untuk berkonsultasi kepada narasumber mengenai permasalahan yang mereka dapati saat mencari informasi untuk bahan tulisan feature, maupun saat penulisannya.
Workshop jurnalistik cagar budaya merupakan salah satu program Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditujukan kepada pelajar dengan tujuan agar generasi muda tahu tentang potensi cagar budaya yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemberian bekal pelatihan penulisan jurnalistik juga dimaksudkan agar palajar bisa menyebarluaskan potensi cagar budaya kepada masyarakat luas melalui media tulisan. Dengan begitu mereka dapat menjadi partisipan dalam pelestarian cagar budaya. (Ferry)