Setiap tahun Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar Jelajah Budaya. Program edukatif-kultural bagi generasi muda ini biasanya diselenggarakan dalam bentuk kegiatan penjelajahan ke situs cagar budaya dengan berjalan kaki menyusuri rute tertentu. Pada tahun ini, untuk pertama kalinya Jelajah Budaya diselenggarakan secara virtual karena adanya pagebluk Covid-19.
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Jelajah Budaya Virtual bertema “Cagar Budaya: Eksistensi, Nilai Penting, dan Pelestariannya untuk Memperkuat Kepribadian Bangsa” pada Minggu, 11 Oktober 2020. Pesertanya terdiri atas komunitas pelestari cagar budaya, pramuka dari Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta, dan paguyuban duta di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga narasumber dari BPCB DIY mengajak peserta menjelajahi tiga candi secara daring melalui aplikasi zoom. Pada kesempatan tersebut, narasumber juga memaparkan materi tentang sejarah candi, upaya pelestariannya, serta nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya. Tiga candi yang menjadi objek sasaran kegiatan ini antara lain Candi Prambanan, Candi Banyunibo, dan Candi Kedulan.
Kegiatan diawali oleh Yudhistiro Tri Nugroho (arkeolog dari BPCB DIY) yang mengenalkan candi-candi yang berada di dalam kompleks Candi Prambanan kepada peserta. Yudhistiro naik ke Candi Siwa, kemudian masuk ke bilik-bilik untuk menjelaskan arca-arca dewa. Selanjutnya Yudhistiro memandu peserta melihat deretan relief cerita Ramayana yang terpahat di pagar langkan sisi dalam Candi Siwa. Yudhistiro juga menjelaskan nilai penting Candi Prambanan yang menjadikannya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Candi kedua yang menjadi objek jelajah budaya virtual adalah Candi Banyunibo. Di sana, konservator dari BPCB DIY, R. Wikanto Harimurti berbagi cerita tentang sejarah Candi Banyunibo. Di samping itu, Harimurti juga menjelaskan bagaimana tata cara pemeliharaan candi yang terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman ini. Di candi yang berlatar belakang agama Buddha ini, Harimurti juga berkisah tentang dewi Hariti, yaitu dewi kesuburan yang sekaligus sebagai dewi pelindung anak yang terpahat pada relief candi.
Selanjutnya peserta diajak menyaksikan proses pencarian dan susun coba batu-batu candi yang dipraktikkan oleh Sarjana (zoeker/pencari batu) dan Tugirin (steller/ penyetel batu) di Candi Kedulan. Peserta dapat melihat keduanya mencari dan mengukur batu, kemudian menyusun batu-batu hingga membentuk struktur dari bangunan candi. Kegiatan ini bertujuan menunjukkan bahwa pemugaran candi berlangsung secara bertahap.
Setelah menyaksikan kegiatan praktik pencarian dan susun coba batu candi, peserta kemudian dipandu Yoses Tanzaq (arkeolog dari BPCB DIY) mengamati candi Kedulan. Ia berkeliling candi kedulan sambil menjelaskan tentang sejarah berdirinya Candi Kedulan, beserta prasasti yang menjelaskan tentang latar belakang pendiriannya. Yoses juga menerangkan mengenai kronologi penemuan Candi Kedulan dan proses pemugarannya. Candi Kedulan terletak di Dusun Kedulan, Kalasan, Sleman.
Jelajah budaya ini merupakan kegiatan jelajah budaya ke-16 yang diselenggarakan BPCB DIY dan yang pertama kali dilaksanakan secara virtual. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada generasi bangsa tentang keberadaan, nilai penting, serta upaya pelestarian cagar budaya. Harapannya agar para pemuda memiliki kesadaran untuk terlibat dalam pelestarian cagar budaya dan tentunya semakin bangga terhadap warisan budaya bangsa Indonesia.