You are currently viewing Seminar Nasional Kebudayaan “Perubahan Paradigma Pengelolaan Kebudayaan Sebagai Industri Pariwisata Sekarang dan Masa Sekarang”

Seminar Nasional Kebudayaan “Perubahan Paradigma Pengelolaan Kebudayaan Sebagai Industri Pariwisata Sekarang dan Masa Sekarang”

IAIN Batusangkar, 11 Agustus 2018

Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat bekerja sama dengan IAIN Batusangkar dan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melakukan kegiatan Seminar Nasional Kebudayaan dengan Tema “Perubahan Paradigma Pengelolaan Kebudayaan Sebagai Industri Pariwisata Sekarang dan Masa Sekarang” yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Sinergi Pelestarian Cagar Budaya.
Dalam seminar di hadiri oleh Ibu Betti Shadiq Pasdigoe (Anggota DPR RI), Nurmatias (Kepala BPCB Sumatera Barat) , Silfia Hanani (Dosen dari IAIN Bukittingi), Irwan Malin Basa (Dosen IAIN Batusangkar)

Kebudayaan Sebagai aset bangsa dan warisan leluhur yang patut kita warisi dan dilestarikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya tinggalan sejarah atau Cagar Budaya di Sumatera Barat umumnya dan Kabupaten Tanah Datar pada khususnya. Cagar Budaya di Kabupaten Tanah Datar cukup beragam mulai dari tinggalan Masa Prasejarah, Hindu-Buddha, Islam-Kolonial, Jepang dan sebagainya.
Tinggalan Cagar Budaya tersebut apabila kita kelola dengan baik dan serius dapat dijadikan sebagai destinasi wisata. Pemanfaatan Cagar Budaya sebagai destinasi wisata sejalan dengan UU RI Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Pemanfaatan Cagar Budaya adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
Tanah Datar disini lain juga memiliki objek wisata budaya dan alam yang dapat menarik wisatawan seperti Istano Basa Pagaruyung, Nagari Pariangan, Danau Singkarak dan sebagainya.
Salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Tanah Datar adalah Nagari Pariangan. Nagari Pariangan sebagai salah satu desa terindah di Dunia versi Majalah Travel Budget (Amerika) menjadi sarana promosi secara tidak langsung bagi Nagari Pariangan. Dengan hal itu, Nagari Pariangan membangun pariwisatanya dengan membentuk komunitas. Komunitas secara tidak langsung dapat dijadikan agen dalam pengelolaan Pariwisata. Selain itu, inovasi lain adalah adanya workshop pembuatan batik tanah liek dengan merevitalisasi motif yang ditemukan pada naskah kuno di Nagari Pariangan.
Namun, saat ini secara umum masih banyak destinasi wisata yang belum berkembang. Hal tersebut dilatarbelakangi masih kurangny inovasi wisata. Salah satu contohnya inovasi tersebut adalah industri kerajinan tangan Batik Tanah Liek di Pariangan yang saat sekarang telah dapat menjadi buah tangan atau souvenir khas Nagari Pariangan. Batik Tanah Liek tersebut dalam perkembangannya telah dapat memacu perekonomian masyarakat.

Di era modernisasi dan digitalisasi saat sekarang semestinya dapat lebih memudahkan bagi pelaku industri pariwisata dalam melakukan inovasi. Kemajuan teknologi juga diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengelolaan kebudayaan sebagai industri pariwisata di masa sekarang dan masa yang akan datang.