You are currently viewing Pertokoan Bahagia Kota Batam

Pertokoan Bahagia Kota Batam

Pertokoan Bahagia ini menjadi penanda eksistensi Pulau Buluh sebagai pusat Kota Batam pada masa kolonial. Pertokoan Bahagia, begitu dinamai pada waktu pertama dibangun sudah dimiliki secara turun temurun sebanyak 7 (tujuh) generasi. Hal itu sama artinya dengan nenek moyang Ang Ko (Anak dari To Lo). Pada Pemilu 1977, Pulau Buluh masih merupakan ibukota Kecamatan Batam dengan camat pertama Ghazali.

Toko Bahagia kaitannya dengan nilai strategis Pulau Buluh masa silam. Pusat perbelanjaan milik Tan Yu Tse ini menyuplai hampir semua kebutuhan pokok bagi warga Pulau Buluh dan pulau-pulau di sekitarnya. Di masa itu, penghulu masing-masing desa, langsung mengurus kebutuhan pokok warganya dengan mendatangkan barang belanjaan dari Toko Bahagia. Hal ini menjadi salah satu sebab sehingga Pulau Buluh dijadikan ibukota kecamatan yang di bawah pemerintahan seorang amir.

Toko Bahagia sebenarnya terdiri dari dua blok pasar saling berhadapan yang terdiri dari delapan pintu. Bagian belakang toko langsung terhubung dengan pelabuhan bongkar muat masa lalu yang kini hanya terdiri dari beberapa tiang penyangga. Dermaga ini sudah tidak berfungsi lagi meski dulunya merupakan pelantar tersibuk sebagai tempat transit antara Singapura dan Tanjungpinang.

Tan Yu Tse adalah seorang saudagar kayu bakar dan dapur arang serta dianggap sebagai tokoh Tionghoa terkaya di Buluh pada masa itu. Selain Toko Bahagia, juga terdapat sejumlah toko dan beberapa rumah yang tetap mempertahankan wujud aslinya meski diakui telah ada sejak tahun 1920.

Komplek Toko Bahagia tidak begitu indah. Namun mengingat perannya sebagai properti penting pada masa awal perkembangan Kota Batam, bangunan tersebut layak untuk dilestarikan. Bangunan dibuat dengan bahan kayu dan atap berbahan asbes. Tidak semua bangunan bertingkat dua, ada pun bagian atas bangunan difungsikan sebagai tempat tinggal pemiliki toko.