You are currently viewing Penerapan Mitigasi Bencana Kebakaran  di Kawasan Rumah Gadang

Penerapan Mitigasi Bencana Kebakaran di Kawasan Rumah Gadang

Penerapan Mitigasi Bencana Kebakaran

di Kawasan Rumah Gadang

Titin Nofita Handa Puteri, S.Si

Rumah gadang merupakan rumah adat etnis Minangkabau. Gadang dalam bahasa Minang berarti besar. Bangunan ini disebut rumah gadang tidak hanya karena ukurannya yang besar tetapi juga karena fungsinya yang besar. Selain untuk tempat tinggal, rumah gadang juga digunakan untuk upacara adat, tempat bermusyawarah, dan sebagai simbol eksistensi suatu kaum. Rumah gadang disebut juga dengan rumah bagonjong karena bentuk atapnya yang melengkung runcing ke langit yang disebut gonjong. Rumah gadang menunjukkan kearifan lokal nenek moyang etnis Minangkabau dalam membangun dan menata tempat tinggal dan pemukiman mereka. Rumah gadang juga merupakan identitas Etnis Minangkabau yang bahkan bentuk atap gonjong ini diterapkan pada bangunan modern. Dan yang menarik adalah berlakunya sistem genealogis matrilineal (garis keturunan menurut garis keturunan ibu) juga dapat dilihat dari cara hidup di rumah gadang. Di tengah suku bangsa di dunia yang umumnya menganut sistem patrilineal, Etnis Minangkabau merupakan salah satu dari sangat sedikit suku bangsa di dunia yang menganut sistem matrilineal.

Sebagaimana umumnya rumah tradisional yang dibangun dengan konstruksi kayu, hampir seluruh komponen bangunan rumah gadang juga dibuat dari kayu kecuali atap dan sandi. Atap biasanya dibuat dari ijuk atau seng dan sandi dari batu berbentuk pipih. Kayu umumnya digunakan pada balok lantai, lantai, tiang, dinding, loteng, tangga, rangka atap, ornamen dekorasi berupa ukiran, dll. Seiring dengan perkembangan zaman terjadi pula perubahan penggunaan material pada sebagian bangunan rumah gadang, seperti atap yang sebelumnya menggunakan ijuk beralih menggunakan seng, tangga yang sebelumnya dibuat dari kayu, sekarang ada yang dibuat dari semen. Penggunaan material bambu juga ditemukan pada beberapa bangunan rumah gadang. Pelupuh bambu yang dianyam sering digunakan pada dinding, lantai, dan jarajak untuk menutupi bagian kolong rumah gadang,

Kebakaran merupakan salah satu ancaman besar untuk bangunan dengan penyusun utama kayu seperti halnya rumah gadang. Bagaimana tidak, dengan komposisi material tersebut, api dalam waktu sekejap mampu melahap kayu dan bambu hingga terkadang hanya menyisakan arang hitam sebagai bukti. Sebut saja contohnya kebakaran yang  melanda Istano Basa Pagaruyung pada 27 Februari 2007. Bangunan yang menjadi landmark Kota Batusangkar ini habis dilahap si jago merah dan hanya menyisakan rangka beton. Kemudian pada tanggal 26 Mei 2013, masyarakat Kabupaten Tanah Datar khususnya Nagari Sumpur dikagetkan dengan kebakaran yang terjadi di Jorong Nagari – Kawasan Rumah Gadang Sumpur yang menghanguskan 5 (lima) rumah gadang sekaligus. Masih di kawasan yang sama tetapi di jorong yang berbeda, pada tanggal 31 Agustus 2016, api kembali menghanguskan 1 (satu) rumah gadang di Jorong Seberang Air Taman – Kawasan…

selengkapnya download>> Penerapan Mitigasi Bencana di Kawasan Rumah Gadang.pdf