Prasasti ini secara administrasi berada di Desa Meral, Kecamatan Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Prasasti Pasir Panjang berada di areal lokasi pertambangan PT. Karimun Granite. PT. Karimun Granite sejak tahun 1971 telah mulai melakukan penambangan di bukit-bukit granit yang memiliki kualitas batu granit yang konon paling berkualitas di Asia1. Prasasti Pasir Panjang merupakan peninggalan bersejarah tentang penganut agama Buddha di Kepualau Riau. Prasasti ini dipahatkan pada dinding bukit batu granit dengan ukuran media yang ditulis berukuran batu 93 cm x 137 cm. Prasasti ini menggunakan huruf Pre-Nagari2 dan berbahasa Sansekrta. Prasasti berjumlah tiga (3) baris dengan ukuran masing-masing tulisan, baris ke-1 140 cm x 37 cm, baris ke-2 145 cm x 36 cm, dan baris ke-3 160 cm x 37 cm. Prasasti ini telah diberi cungkup pada tahun 1993/1994 yang berukuran 208 cm x 267 cm. Tulisan terkesan kasar dan goresan tidak terlalu dalam dengan tebal tulisan 0-1 cm 3.
Prasasti Pasir Panjang pertama kali ditemukan oleh K.F. Holle pada tanggal 19 Juli 1873 (Notulen 1873: 97). Pada tahun 1874, dilakukan perekaman data dengan membuat sketsa dan dokumentasi prasasti oleh Resident Riau (Notulen 1874: 107). Dua (2) bulan setelah itu, kemudian K.F Holle melaporkan kembali kepada Resident Riau bahwa kesulitan dalam menelaah sketsa yang ada dan kemudian meminta untuk mengirimkan sketsa yang jelas untuk diteliti 91874: 144). Hingga tahun 1887 belum banyak yang mengetaui keberadaan prasasti, sehingga kemudian diberitakan dalam media Singapore “Strait Times” tanggal 3 Agustus 1887. Dalam Strait Times tersebut diberitakan bahwa setalah 2 bulan informasi tersebut disampaikan kepada Staits Branch of Royal Society terkait keberadaan inskripsi di batu granit kemudian A.M Skinner, Lieutenant Ashworth and Mr. Haughton pergi ke Karimun dan kemudian dilakukan pembuatan sketsa dan dokumentasi foto prasasti oleh Lieutenant Ashwort dan kemudian mengirimkan data (sketsa dan foto) prasasti tersebut ke British Museum di Singapura (Strait Times, Rabu 3 Agustus 1887, hlm: 2 kolom 6).
Baca Selengkapnya dengan mendunduh artikel UNDUH DI SINI