LIMAPULUH KOTA, HARIANHALUAN.COM – Peninggalan masa prasejarah yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota seperti Menhir disejumlah situs (tempat) ternyata usianya sudah ada ribuan tahun. Menurut Kepala Seksi Perlindungan Cagar Budaya pada Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar, Teguh Hidayat, berdasarkan hasil penelitian di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada 1996, menhir di Limapuluh Kota sudah ada berumur sekitar 3.000 tahun.
“Untuk penelitian, tanah pada sekitar menhir digali dan didapat tengkorak manusia. Beberapa tengkorak dijadikan sampel dan diketahui tengkorak tersebut berumur sekitar 3000 tahun,” ucap Teguh Hidayat saat melakukan pameran Cagar Budaya di situs Menhir Belubus, Kecamatan Guguak, Kamis (26/10).
Menhir merupakan bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 50 cm dan tinggi sampai 4 meter. Menhir tersebut berdiri tegak pada tanah. Pada satu situs, terdapat beberapa hingga puluhan menhir yang tertancap.
Untuk Limapuluh Kota sendiri, terdapat setidaknya 56 situs menhir yang tersebar di 7 kecamatan. Pada zaman ribuan tahun lalu, menhir tersebut diifungsikan sebagai tanda kubur dan upacara pemujaan arwah nenek moyang.
Untuk penyebaran Menhir, di Kecamatan Guguak terdapat lima situs. Yakni Situs Megalit Balubus. Situs Megalit Balai Adat Guguk, Situs Megalit Sungai Talang, Situs Megalit Subarang dan Situs Megalit Sungai Talang.
Di kecamatan Suliki terdapat Situs Megalit Anding dan Situs Megalit Limbanang dengan total 11 menhir. Di Kecamatan Harau tedapat Situs Megalit Lareh Kuning. Di Kecamatan Pangkalan juga terdapat Situs Megalit Pangkalan dengan total 12 menhir ketinggian sampai 2 meter.
Di Kabupten Limapuluh Kota, menhir terbanyak terdapat di Kecamatan Bukit Barisan, tepatnya di Nagari Maek. Disana terdapat beberapa situs dengan jumlah menhir lebih dari 370 buah. “Tak salah Maek dijuluki sebagai Nagari Seribu Menhir, disana banyak menhir peninggalan zaman megalitikum sebelum masehi,” ucap Teguh.
Banyaknya cagar budaya yang terdapat di Limapuluh Kota, selama ini dirasakan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera belum berdampak positif bagi masyarakat. Seharusnya, kata Tegus, cagar budaya di masing-masing daerah bisa menjadi tempat edukasi,wisata hingga berdampak pada perekonomian masyarakat.
“Padahal cagar budaya ini sangat berpotensi bagi masyarakat. Tak hanya sekedar edukasi saja. Melainkan bisa bermanfaat lebih bagi kehidupan masyarakat. Ini kita minta pemerintah daerah untuk ikut peduli terhadap cagar budaya ini. Tak hanya sekedar memelihara saja tetapi bagaimana memperkenalkan cagar budaya ini ke masyarakat. Sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri,” katanya.
Salah satu yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera meliputi wilayah kerja Sumbar, Riau dan Kepri itu untuk memperkenalkan ke masyarakat yakni melalui pameran di lokasi situs cagar budaya.
“Harus ada kegiatan khusus dilakukan pada lokasi situs cagar budaya. Sehingga masyarakat bisa mengenal lebih dekat, apa itu cagar budaya. Salah satunya pameran oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera yang digelar sampai Sabtu depan,” terangnya. (h/ddg)