Situs Lobong Tetaban

0
1114
Lungun

Situs Lobong Tetaban

Situs Lobong Tetaban terletak di Desa Tetaban, Kecamatan  Sebuku  Kabupaten  Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.  Lokasi   pemakaman   dapat   di tempuh   dengan   mobil sekitar   satu   jam   dari  kota kecamatan Sebuku. Untuk masuk ke situs, melalui kebun sawit kemudian melewati hutan dengan jarak sekitar satu kilometer.

Menurut keterangan masyarakat,  orang-orang  yang dimakamkan  di tempat  tersebut   merupakan   leluhur mereka (Dayak Agabag/Tenggalan).  Kondisi makam saat ini tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar. Sisa tinggalan di makam tersebut berupa 26 buah lungun yang masih utuh dan satu buah tempayan yang sudah pecah. Sebagian  besar   lungun-lungun   tersebut   masih   utuh lengkap dengan bagian penutup. Bagian dalam lungun masih terdapat tulang-belulang. Ukuran lungun berbeda-beda, disesuaikan dengan ukuran orang yang meninggal.

Sejarah: Penghormatan terhadap orang yang telah mati di Nusantara mulai dikenal setelah ekskavasi arkeologi yang dilakukan  pada gua-gua  hunian  baik yang ditemukan  di Sumatera,  Kalimantan,  Jawa, Bali, NTT, Maluku, Papua memberikan bukti bahwa penghormatan  terhadap orang mati telah dilakukan  dengan sebuah upacara.  Upacara ritual itu dibuktikan dengan temuan rangka, wadah kubur, bekal kubur   (manik-manik,  gelang,   kapak   batu)   dari  masa neolitik.  Temuan  sistem  penguburan  menggunakan wadah dengan pola penguburan primer maupun sekunder di Kecamatan Sebuku mengindikasikan bahwa tradisi penguburan pada masa prasejarah masih berlanjut di kawasan hulu Kalimantan  Bagian Utara. Belum diketahui secara pasti kapan dan umur dari beliau yang dikuburkan dalam  lungun  dan  tempayan,  namun  berdasarkan informasi masyarakat etnis dayak agabag dan tahol, masyarakat masa lalu yang mendiami wilayah  di sekitar sungai sebakung  (dayak  agabag  dan tahol) dalam  ritual kematian menggunakan media lungun dengan cara penguburan  langsung dan media tempayan dengan cara penguburan sekunder. Penguburan      langsung      (primer)     mayat langsung  dikuburkan di tanah atau diletakkan dalam suatu wadah di dalam tanah. Penguburan ini biasanya dilakukan di sekitar tempat    kediaman    dan    seringkali  mayat    diletakkan mengarah  ke tempat yang dipandang  sebagai asal usul suatu kelompok penduduk atau ke tempat yang dianggap sebagai   tempat   arwah   nenek moyang   bersemayam. Adanya  kepercayan  bahwa  kematian   tidak  membawa perubahan  pada  kedudukannya,  maka  kepada  si mati diberikan  upacara-upacara sesuai dengan  kedudukan  di masa   hidupnya.   Bagi  orang   yang   terpandang   atau mempunyai   kedudukan   dalam   masyarakat,  diadakan upacara  penguburan  dengan memberikan  bekal  kubur yang   lengkap.  Bahkan  kadang-kadang    diiringi   oleh pengawalnya    sewaktu   masih    hidup   atau  binatang- binatang  peliharaannya   atau binatang   yang  dianggap merupakan kendaraan roh untuk menuju ke dunia arwah. Penguburan tidak langsung (sekunder) dilakukan dengan mengubur mayat lebih dahulu dalam tanah atau kadang- kadang dalam peti kayu yang dibuat berbentuk perahu, ini dianggap  sebagai  kuburan  sementara  karena  upacara yang  terpenting  dan terakhir  belum  dapat dilaksanakan. Setelah semua persiapan upacara disiapkan,  mayat yang sudah jadi tulang belulang itu diambil lagi dan dikuburkan di tempat  yang disediakan.  Penguburan  yang kedua  ini dapat  dilakukan  dengan  wadah  atau  hanya diletakkan dalam tanah atau gua saja.