Situs Lobong Sujau, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan

0
1664
Tempayan Penguburan

Situs Lobong Sujau, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan

Situs Lobong, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, berada di Desa Sujau tepatnya di tepi Sungai Sujau, Gunung Kekayap, Sebuku. Lokasi pemakaman  dapat di tempuh  dengan  mobil selama 1,5 jam dari Kecamatan Sebuku, kemudian dilanjutkan dengan naik perahu sekitar 500 meter ke arah Utara dari pusat Desa Sujau.

Tempayan Wadah Kubur

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat 2 (dua) jenis wadah penguburan berupa tempayan dan lungun. Kondisi wadah kubur saat ini tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar. Kondisi terkini yang dapat diamati berupa berupa tiang-tiang rumah lungun yang sudah  hancur, 2 (dua) penutup  lungun  dan 6 (enam) tempayan. Lungun terbuat dari kayu ulin tanpa ukiran dengan ukuran 210 cm x 170  cm  dengan tinggi 14 cm. Kondisi  lungun  sudah mengalami pelapukan dan kondisinya tidak utuh. Adapun tempayan memiliki warna,   motif,   dan  ukuran yang berbeda-beda. Kondisi tempayan tidak semua dalam keadaan  utuh, beberapa  tempayan sudah  pecah  dan rusak. Berikut variasi tempayan di Situs Lobong Sujau Tempayan   terbuat   dari   bahan stoneware berwarna cokelat muda. Kondisi tempayan tidak utuh,   pada   bagian   bibir   atas pecah  dan bagian pada bagian badan glasir mengelupas. Terdapat   motif  naga  dan  flora sebanyak dua buah pada bagian badan.

Sejarah

Penghormatan   terhadap   orang   yang   telah   mati  di Nusantara mulai dikenal setelah ekskavasi arkeologi yang dilakukan  pada gua-gua hunian baik yang ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, NTT, Maluku, Papua memberikan bukti bahwa penghormatan terhadap si mati telah dilakukan dengan sebuah upacara. Upacara ritual itu dibuktikan  dengan  temuan  rangka,  wadah kubur,  bekal kubur   (manik-manik, gelang, kapak  batu) dari masa neolitik. Temuan sistem  penguburan menggunakan wadah dengan pola penguburan primer maupun sekunder di Kecamatan Sebuku mengindikasikan   bahwa  tradisi penguburan  pada masa  prasejarah  masih  berlanjut di kawasan hulu Kalimantan  Bagian Utara. Belum diketahui secara pasti kapan dan umur dari beliau yang dikuburkan dalam    lungun    dan  tempayan, namun berdasarkan informasi masyarakat etnis  dayak  agabag   dan  tahol, masyarakat masa lalu yang mendiami wilayah  di sekitar Sungai Sebakung (dayak agabag dan tahol) dalam ritual kematian  menggunakan  media   lungun   dengan   cara penguburan  langsung dan media tempayan dengan cara penguburan sekunder.

Penguburan     langsung     (primer)     dilakukan    dengan langsung  menguburkan  mayat  di tanah atau diletakkan dalam suatu wadah di dalam tanah. Penguburan ini biasanya dilakukan di sekitar tempat kediaman dan seringkali mayat diletakkan mengarah ke tempat yang dipandang  sebagai  asal usul  suatu kelompok  penduduk atau  ke  tempat  yang dianggap sebagai  tempat  arwah nenek moyang bersemayam. Adanya kepercayan bahwa kematian  tidak  membawa perubahan  pada kedudukannya,  maka kepada  si mati diberikan  upacara- upacara  sesuai  dengan kedudukan  di  masa  hidupnya. Bagi orang yang terpandang atau mempunyai kedudukan dalam  masyarakat,  diadakan  upacara  penguburan dengan  memberikan  bekal kubur yang lengkap.  Bahkan kadang-kadang  diiringi oleh pengawalnya  sewaktu masih hidup atau binatang-binatang peliharaannya atau binatang yang dianggap  merupakan  kendaraan  roh untuk menuju ke dunia arwah. Penguburan tidak langsung (sekunder) dilakukan dengan mengubur mayat lebih dahulu dalam tanah atau kadang- kadang dalam peti kayu yang dibuat berbentuk perahu, ini dianggap  sebagai  kuburan  sementara  karena upacara yang  terpenting  dan  terakhir  belum  dapat dilaksanakan. Setelah semua persiapan upacara disiapkan,  mayat yang sudah jadi tulang belulang itu diambil lagi dan dikuburkan di tempat  yang disediakan.  Penguburan yang kedua  ini dapat dilakukan  dengan  wadah  atau  hanya  diletakkan dalam tanah atau gua saja.