Batur dan Balontang
Bangunan kubur masyarakat Dayak di wilayah Tabalong, baik Dayak Maanyan, Deah maupun Lawangan semuanya disebut Batur. Sebuah batur didirikan pada waktu pelaksanaan membatur. Batur sendiri adalah bangunan diatas tanah kubur berbentuk empat persegi panjang dengan tiang-tiang yang ditinggikan pada keempat sudutnya dan terbuat dari kayu ulin. Penyambungan antarbidang kayu tidak tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak-pasak kayu. Sudut pada tiang biasanya diukir dengan motif garis-garis lengkung, garis runcing dan bagian atas lonjong seperti bentuk buah nanas, sehingga sepintas mirip nisan pada makam Islam. Kesan bahwa kubur orang Dayak memiliki nisan terjadi ketika kami mengunjungi lokasi penguburan berupa batur di lokasi penguburan Kaharingan Guru Hyang di Desa Warukin yang sudah berserakan. Hal tersebut terjadi karena pengaruh kondisi tanah yang labil sehingga banyak gundukan tanah yang bergeser, atap roboh, serta batur dan sudutnya lepas.
Batur di Komplek Penguburan Guru Hyang Desa Warukin
Lokasi kubur penganut Kaharingan ini terletak di luar pemukiman kampung yan berjarak sekitar 400 meter dari pemukiman penduduk. Jumlah kubur yang ada cukup banyak, namun lokasinya berada di tengah hutan yang cukup lebat.
Salah satu batur tidak terdapat inskripsi petunjuk waktu pelaksanaan penguburan dan pembaturan, demikian juga mengenai tokoh yang dibatur. Bentuk kubur adalah batur bercungkup, jirat berbentuk tumpang tiga, pada masing-masing sudut terdapat sebuah tonggak penguat batur yang bentuknya mirip nisan pada makam islam. Bakal kubur yang disertakan ditempatkan di atas batur tertinggi, berupa piring keramik lima buah, mangkuk keramik dua buah, mangkuk plastik satu buah, dan sebuah teko dari keramik. Papan- Papan kayu sebagai batur berupa lempengen kayu yang tidak berukir. Pada tiap sudut batur terdapat tonggak yang berukir. Pada batur pertama tonggak di bagian atas berbentuk seperti bola bisbol tetapi pipih. Di bawahnya berbentuk segi empat panjang dan tertancap di tanah. Pada batur kedua juga berupa papan polos, sedangkan tonggaknya berhias. Bentuk hiasanyya belah ketupat di bagian paling atas, di bawahnya berupa dua buah segitiga sama sisi yang posisi puncaknya di bawah. Paling bawah berupa bentuk segi empat panjang yang sebagian menancap di tanah. Batur tersebut dinanungi oleh sebuah cungkup sederhana dengan atap seng.
Secara fisik, Balontang terdiri atas tiga bagian yaitu bagian paling atas berupa patung manusia, tajau atau guci di bagian tengah dan bagian dasar yang berbeda di bawah tajau. Konsep yang mendasari keberadaan patung balontang pada dasarnya sama untuk setiap kelompok suku Maanyan, dan Deah. Pada dasarnya patung balontang didirikan karena alasan fungsi praktis sebagai pengikat kerbau yang disembelih pada waktu pelaksanaan upacara kematian membatur atau upacara hajatan dan selamatan bagi yang hidup. Upacara adat berupa selamatan atau hajatan bagi yang masih hidup disebut mambuntang. Dalam penggambaran atau penampilan untuk setiap jenis balontang tidak ada aturan tertentu yang mengikat. Sebagian beser adalah ditentukan oleh kemauan dan kreativitas pembuatnya. Sebagian dari kreativitas pembuat balontang tersebut dihubungkan dengan kebiasaan tokoh yang dibatur. Ada balontang membatur dengan sikap tangan memegang pisau, yang menggambarkan bahwa arwah yang dibatur dahulu merupakan seorang tukang (pengatur sesaji) pada pelasanaan upacara adat.