Sejarah Rumah Panjang suku Dayak

0
552

Lamin merupakan penyebutan Rumah Panjang suku Dayak yang berada di wilayah Kalimantan Timur, sebuah bangunan rumah panjang, persegi empat yang ditopang oleh beberapa tiang penyangga dan berbentuk rumah panggung. Komposisi dari Lamin terdiri atas sebuah aula dan memiliki deretan bilik-bilik yang memanjang serta dihuni oleh sebuah keluarga. Lamin menjadi tempat tinggal bersama secara berkelompok (komunal) dan pusat dari segala aktivitas adat-istiadat Suku Dayak seperti, rapat adat, upacara adat (perkawinan, pengobatan dan kematian). Secara fisik, penghuni berada dalam satu satuan rumah panjang, namun terpisah-pisah dan memiliki pintu yang membuka ke arah beranda/aula yang dimiliki secara kolektif (gabungan). Beranda/aula ini menghubungkan bilik satu dengan bilik lainnya dan juga sebagai tempat aktivitas adat-istiadat. (Gunawan dkk, 1998: 97, Hartatik, 2019:244). Lamin Tolan merupakan lamin yang masih memperlihatkan ciri-ciri khas lamin pada umumnya.

Hasil wawancara dengan Bapak Singki salah satu anak pewaris Lamin Tolan yang menyatakan berdasarkan cerita leluhur melalui pantun, masyarakat yang mendiami Wilayan Tolan sekarang berasal dari daerah hulu pedalaman/hulu Sungai Barito di Kalimantan Tengah. Nama Tolan merupakan penanda bahwa pada waktu pendirian lamin pada masa kepala adat Muda Kakah Gahek, terdapat seorang budak yang bernama Nolan, dipersembahkan untuk pendiriannya. Nama Nolan dijadikan penanda bagi masyarakat Dayak Banuaq untuk proses persembahan dan pendirian lamin tersebut. Dulunya, menurut penuturan pak Singki terdapat 3 (tiga) lamin di tolan yaitu lamin tolan atas (lamin yang saat ini dilakukan kajian), lamin bawah (lamin burat) dan lamin takremi. Lamin pertama didirikan di dekat pohon besi banuang di sebelah Utara lamin saat ini. Selanjutnya lamin tolan atas didirikan di Sebelah Selatah lamin bawah dan kemudian Lamin Takremi yang letaknya berada di dekat jembatan besi jalan poros Muara Lawa – Melak. Lamin Tolan atas dibangun oleh Balan Kakanaig.

Sebagai bagian dari identitas Dayak Benuaq yang menjadi penghuni Lamin Tolan, Lamin  disebut dengan Lou merupakan simbol yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan, yang bertumpu di atas keyakinan akan kesetiakawanan, tolong menolong dan kerukunan (Sedyawati dkk, 1995). Nilai nilai filosofis tentang keutamaan hidup bersama itu mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari di Lamin Tolan. Bangunan Lamin Tolan menjadi cerminan jati diri masyarakat pendukungnya yang merupakan masyarakat yang memiliki tali kekerabatan yang kuat. Bentuk rumah panggung pada Lamin/ Lou tidak serta merta didirikan begitu saja namun secara konseptual dibangun dengan beberapa alasan. Diantaranya adalah meminimalisir serangan musuh yang menyerang dari bawah (pada masa kayau), menghindari gigitan serangga tanah dan nyamuk, serta terbebas dari gangguan binatang liar. Sedangkan kolong rumah difungsikan sebagai tempat memelihara ternak, seperti ayam dan babi serta sebagai penanda alam dari suara hewan apabila ada musuh yang menyerang dari bawah.

Masyarakat Dayak Benuaq merupakan salah satu serpihan (subkelompok) dari Dayak Luangan, sementara Dayak Luangan itu sendiri merupakan salah satu kelompok stammenras Ot Danum yaitu rumpun keluarga bahasa Barito yang berasal dari pedalaman/hulu Sungai Barito di Kalimantan Tengah. Kelompok Dayak Luangan terdiri dari 14 subkelompok yang tersebar di Kalimantan Timur (6  subkelompok termasuk Benuaq), Kalimantan Tengah (7 subkelompok) dan 1 subkelompok berada di Kalimantan Selatan. Masyarakat Benuaq terbagi lagi menjadi delapan kelompok yang seluruhnya berada di pedalaman Mahakam (Widjono, 1995).

Sumber: Ni Made Apri Astuti Judul Artikel Kegiatan Pelindungan Pada Bangunan Cagar Budaya Studi Kasus Lamin Tolan dalam Buletin Kundungga Volume 5 Tahun 2016