Kajian mengenai jejak prasejarah di gua karst Sangkulirang dibahas pada acara seminar cagar budaya di Balikpapan. Seorang ilmuwan mengungkapkan bahwa sejarah ditentukan oleh penguasa sebagaimana penokohan Soeharto yang dimunculkan para pengikutnya sehingga menenggelamkan tokoh-tokoh lain yang tak kalah berperannya dalam membangunan RI. Sejarah cenderung subyektif, ketiadaan sejarawan keturunan asli Kalimantan membuat sejarah Kalimantan bersifat Jawasentris karena para pakar didominasi dari Jawa sehingga perspektif dan interpretasi sejarah tak lepas dari ego masing-masing suku. Tak heran, Mulawarman dan dan prasastinya hanya menjadi cerita singkat yang tidak lebih dari satu halaman karena tidak ada ahli sejarawan Kutai yang mampu mengeksploitasi data tersebut. Maka temuan yang menyatakan masyarakat Sangkulirang sebagai yang tertua di Nusantara bisa dipastikan tidak diperdulikan oleh pejabat dan tokoh di bumi etam karena tidak menghasilkan uang. Tulisan ini mencoba memberi distorsi (pemutarbalikkan) sejarah Kalimantan. Hingga saat ini banyak legenda dan dongeng yang berkembang tentang asal mula masyarakat di Kalimantan seperti Kutai, Banjar, Paser, Bulungan, dll. Namun data artefak ataupun informasi cerita tidak diproses menjadi produk ilmiah. Hanya prasasti Yupa yang diproses dan dikonferensikan oleh para ahli. Diluar itu kebanyakan berisi kumpulan cerita dan dongeng yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Masyarakat Kalimantan masih tenggelam dalam suasana sakralitas dan misteri yang terasa lebih nyaman dari pada membongkar situs sejarah untuk pengetahuan. Oleh karenanya, butuh proses untuk membangun kesadaran kultur ilmiah terhadap sejarah peninggalan Kalimantan sehingga teka-teki era Sangkulirang dapat terjawab. Melalui seminar ini, diharapkan pengambil kebijakan di Kaltim seperti gubernur dan bupati dapat memberikan perhatian lebih terhadap aspek sejarah.