Rumah Tradisional Banjar (Keluarga Kai’ Mukhsin)

0
1298

Rumah Kai’ Mukhsin saat ini dihuni oleh istri, anak, dan menantu dari Kai’ Muksin. Secara administratif, rumah ini terletak di jalan Raya Batakan No. 88, Desa Batu Tungku, Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut. Posisi rumah menghadap ke arah selatan atau jalan raya. Akses menuju rumah tersebut tergolong mudah, dapat ditempuh dengan roda dua dan roda empat. Secara geografis, batas bangunan tersebut adalah sebelah utara dengan kebun pisang, di sebelah selatan berbatasan dengan jalan raya Batakan, di sebelah timur berbatasan dengan rumah warga, serta rumah warga dan sungai di sebelahbarat.

Rumah Kai’ Mukhsin

Arsitektur bangunan memperlihatkan ciri rumah Tradisional Banjar. Secara keseluruhan, bahan yang digunakan terbuat dari kayu ulin. Rumah berdenah persegi panjang dengan ukuran panjang 21.57 Meter dan lebar 10.92 Meter. Di lingkungan sekitar rumah Ka’i Mukhsin masih terlihat beberapa deretan rumah yang mengunakan arsitektur yang sama, namun banyak perubahan dan penggantian bahan. Dari informasi Bapak Kholil, cucu dari Ka’i Mukhsin, awalnya sepanjang rumah yang ada di desa tersebut dihuni oleh para habib atau khatib, sehingga arsitektur rumah memiliki unsur timur tengah yang terlihat pada penggunaan warna pintu dan ukiran bakurawang pada tawing halat (dinding pembatas).

Bentuk dasar rumah tradisional banjar ini terbuat dari bahan kayu ulin. Rumah tersebut terdiri dari lantai pelataran teras, tangga, teras atau selasar, ruang tamu, ruang tengah, ruang makan dan masak dan ruang bersih-bersih serta atap.Lantai pelataran teras memiliki denah berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 1.41 Meter dan lebar 87 cm terbuat dari papan kayu ulin. Bentuk atap pelataran teras dibuat datar dengan menggunakan seng, serta terdapat pilar dengan hiasan geometris yang juga berfungsi sebagai penopang atap. Denah bagian pelataran hanya menyisakan tiga tiang penyangga asli, sedangkan untuk kontruksi dan bentuknya telah berubah. Tangga memiliki railing dengan ukiran vertikal dan hiasan menyerupai pucuk bunga teratai yang berfungsi sebagai pegangan yang dilengkapi dengan lima anak tangga. Tidak ada generasi dari Ka’i Mukhsin yang mengetahui seluk beluk dari rumah tersebut, sehingga tim mengalami kesulitan dalam melacak sejarah dan makna pembangunan rumah.

Ukiran pada pegangan tangga

Teras atau selasar rumah dibuat dengan denah persegi empat yang memiliki ukuran panjang 4.26 meter dan lebar 1.92 meter. Terdapat pagar selasar yang diberi hiasan dengan simbol laki-laki dan perempuan sebagai simbol kehidupan, selain itu dahulunya hanya saudagar kayalah yang memiliki ukiran pada pagar selasar. Lantai selasar dibuat dari bahan kayu ulin yang dipasang secara vertikal yang awalnya dipasang dengan pasak. Ruang utama yang merupakan bagian yang paling luas berbentuk persegi empat, dengan panjang 9.73 meter terletak pada bagian depan setelah teras. Untuk menuju ke ruang utama dapat diakses melalui tiga pintu yang berfungsi sebagai pintu utama yang terletak pada dinding depan. Ukuran ketiga pintu tersebut sama dengan tinggi 2.11 meter dan lebar 83 cm. Pintu utama memiliki dua daun pintu yang dilengkapi dengan ventilasi yang dipasang secara horizontal pada bagian tengah daun pintu, model pintu tersebut biasanya digunakan orang Belanda dalam beradaptasi di lingkungan tropis yang sekaligus sebagai alat pengintai, kerusakan pada daun pintu berupa jamur, retak halus, aus dan lapuk.

Pada bagian pintu terdapat pula gagang pintu dari besi yang sudah mengalami korosi. Di bagian atas terdapat kaca warna, untuk pintu kanan dan kiri berwarna hijau sedangkan pintu tengah berwarna merah. Ruangan utama terbagi menjadi ruang tamu dan ruang tidur yang dimana ruang tidur adalah tambahan dengan cara menggeser dinding ke arah kanan dan membatasinya dengan tripleks. Ruang tamu memiliki tiga jendela, dua diantaranya berada di dinding sebelah kiri yang berdaun pintu dengan ukiran geometris di setiap sudut, sedangkan jendela yang berada di sebelah kanan hanyalah hiasan ruangan. Ruang kamar memiliki dua jendela yang berada di dinding sebelah kanan yang dilengkapi dengan dua daun pintu dan terdapat ukiran geometris di setiap sudutnya. Posisi dinding dan jendela pada ruangan kamar dipindahkan sejauh 1 m ke arah kanan untuk kebutuhan ruang pemilik.

Pintu pada Rumah Kai’ Mukhsin

Ruang utama diberi dinding pembatas (tawing halat) untuk memisahkan antara ruang utama dan kedua yang menjadi ciri khas dari rumah Tradisional Banjar. Salah satu keunikan dari rumah Kai Mukhsin adalah tawing halat yang memiliki dua pintu yang berbentuk segi empat dan tidak memiliki daun pintu, dilengkapi dengan ukiran tembus (bakurawang) berupa flora pada bagian sudut atas pintu yang berwarna merah, kuning dan hijau. Ukiran lainnya, juga didominasi warna merah, kuning dan hijau yang terletak pada bagian dinding atas pintu berupa ukiran flora yang pengerjaannya detail dengan bentuk bakurawang. Bagian pembatas pintu berupa ukiran flora berwarna merah yang dibuat saling terkait sehingga memberi kesan indah dengan menampilkan unsur seni dari tangan si seniman. Keunikan lain dari tawing halat tersebut, tidak dibuat secara permanen melainkan mengunakan teknik pasang tak bertiang. Atap sirap dan rangkanya terbuat dari bahan ulin.

Selanjutnya ruang kedua terletak di antara (berbatasan) ruang utama dan ruang yang ketiga. Akses dari ruang utama ke ruang yang kedua dihubungkan oleh pintu yang terletak pada dinding pembatas atau tawing halat tersebut. Ruang berdenah persegi panjang yang biasa disebut anjung kanan dan anjung kiwa menyerupai sayap dengan ukuran panjang keduanya 4.82 meter dan lebar 2.48 meter. Pada awalnya di bagian anjung tidak terdapat dinding pembatas, hanya lantai sisi kiri dan kanan dibuat lebih tinggi dibanding lantai tengah untuk memberi tanda, bahwa tempat tersebut dianggap penting karena merupakan tempat beristirahat setelah beraktivitas dipagi hari. Ruangan dibuat sederhana tanpa ada ukiran, melainkan hanya dua jendela dengan dua daun pintu. Saat ini, kedua anjung diberi pembatas setengah dinding dari tripleks yang berfungsi sebagai pembatas kamar tidur dan diberi pintu tanpa daun pintu, hanya diberi kain sebagai penutup.

Ruang selanjutnya adalah padapuran atau ruang dapur yang juga difungsikan sebagai ruang makan. Akses menuju dapur dapat melewati satu pintu yang menyatu dengan dinding tambahan sebelah kiri yang berbentuk persegi empat dan memiliki dua daun pintu dengan ukiran horizontal dan vertikal pada semua sisi. Dapur tungku masak atau atang yang dilengkapi dengan salaian berada di sebelah kanan, dengan lantai ruang dapur dibuat lebih rendah dibanding teras, ruang pertama dan raung kedua dan diberi tangga kayu sebagai penghubung ruangan. Selain dapur, terdapat pelataran dengan lantai dibuat lebih rendah dibanding dengan lantai dapur yang difungsikan sebagai tempat untuk bersih-bersih atau biasa disebut pejijipan dengan desain tanpa atap dan berdinding seng yang juga dilengkapi dengan pintu dari seng.

Kondisi Keterawatan

Pada saat dilakukan dokumentasi, diperoleh data kondisi keterawatan sebagai berikut:

  1. Kondisi lingkungan areal rumah tergolong terawat dan terlihat bersih, namun tidak memiliki pagar;
  2. Kondisi dinding pembatas (tawing halat) masih kokoh, namun terlihat kurang terawat dengan adanya jamur dan warna yang sudah mulai kusam;
  3. Kondisi ukiran di atas dinding pembatas lapuk dan menjadi sarang rayap;
  4. Atap sirap sudah banyak yang lapuk dan berlubang akibat dimakan rayap, sehingga diberi tambalan seng pada atap yang rusak agar ketika hujan air tidak masuk ke dalam rumah.
  5. Kondisi rangka atap dipenuhi sarang laba-laba dan sangat berdebu;
  6. Kondisi lantai pejijipan sudah mengalami pelapukan, penjamuran dan aus;
  7. Bahan dinding dapur pada awalnya dari kulit kayu, namun karena lapuk sehingga harus diganti dengan papan dari kayu ulin.
  8. Beberapa bagian atap di dapur telah diganti dengan genteng.