Proses Pendirian Rumah Banjar Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku

0
7631

Faktor geografis serta kondisi yang berlahan basah dan berawa di sungai-sungai pesisir menghadirkan adaptasi, bagaimana membuat bangunan berdiri tegak dan kokoh yang dapat menahan beban berat bangunan di lahan basah. Konstruksi bangunan dengan penguatan pondasi sangatlah penting. Sistem pondasi ini menggunakan kayu dari jenis kayu kapur naga ditempatkan sebagai alas duduk. Daya tahan kayu tentu menjadi pertimbangan, secara alami ada dalam proses pengawetan kayu pada saat tenggelam di dalam lumpur atau rawa. Terbukti dengan cara ini, kayu bisa bertahan ratusan tahun. Selanjutnya untuk beban di atas dasar kacapuri lebih ringan digunakan. Sistem pondasi ini menggunakan kayu yang lebih kecil, umumnya ulin, atau kayu galam, dengan melakukan persiapan dan memanjang melewati garis kolom yang akan diinstal.

Gambar 1. Sistem Pondasi pada Rumah Banjar  Bubungan Tinggi

Pondasi Kacapuri juga merupakan dasar untuk tiang bangunan dan tongkat, yang akan berdiri di atasnya. Tiang dan tongkat akan diinstal dengan kedalaman sekitar 50cm untuk meningkatkan luas permukaan tiang beristirahat pada yayasan. Dengan demikian kekakuan lateral horizontal telah dibuat oleh satu arah.

Setelah instalasi dasar selesai, proses selanjutnya adalah pemasangan tiang dan tongkat. Tiang dan tongkat merupakan struktur vertikal yang menyalurkan beban dari atap ke pondasi. Biasanya kayu yang  digunakan, dengan panjang sekitar 12 meter, 20 cm lebar, dan tebal 20 cm. Untuk membangun Bubungan Tinggi Rumah dibutuhkan 60 batang. Adapun tongkat, panjang kayu Ulin adalah tentang 5meters dengan ketebalan 20 cm dan lebar 20 cm. Adapun jumlah yang dibutuhkan sekitar 120 sampai 150 baris

Setelah instalasi tiang dan tongkat selesai, langkah berikutnya adalah kerangka Rumah Bubungan Tinggi. Kerangka rumah tradisional Banjar ini cukup unik karena selain memiliki arsitektur yang cukup tinggi, untuk mengukur panjang dan lebar, mereka menggunakan depa dan panjang kaki yang jatuh pada hitungan ganjil. Penggunaan hitungan ganjil ini diyakini memiliki nilai spiritual yang tinggi. kerangka ini adalah:

·           Implan terbuat dari kayu Ulin.

·           Balok terbuat dari kayu Ulin, Belangiran, Resin Putih.

·           Papan lantai terbuat dari bahan Ulin setebal 3 cm.

·           Turus Tawing terbuat dari resin kayu.

·           Watun Barasuk balokan terbuat dari Ulin.

·           Pintu dan jendela terbuat dari papan dan balok Ulin.

·           Bujuran Sampiran dan tirai yang terbuat dari Ulin atau putih damar kayu.

·           Balabad terbuat dari kayu damar putih.

·           Titian Tikus terbuat dari kayu damar putih.

·           Riing terbuat dari papan kayu dan kuning putih.

·           Kutub OrongOrong dan berisik dan Tulang punggung bukit ini terbuat dari bahan, Kayu Ulin, kayu lanan, dan putih kayu damar.

·           Kasau terbuat dari kayu Ulin atau Damar Putih.

Pembangunan Rumah Banjar dapat diklasifikasikan dalam dua kegiatan, pemasangan lantai dan dinding. Pemasangan lantai biasanya bertumpu pada pilar utama, termasuk balok lantai ke dalam lubang di tiang utama. Sebelum lantai dipasang papan, balok gelagar pertama dipasang pada balok lantai pertama. Tujuannya adalah selain untuk mengikat tiang utama, juga bahwa lebar minimum balok lantai yang tidak menimbulkan kelenturannya lantai. Setelah balok lantai dan balok gelagar terpasang, langkah berikutnya adalah pemasangan papan lantai.

Papan yang digunakan untuk lantai dibuat dengan papan kayu Ulin dengan ketebalan 2-3 cm. Instalasi termasuk dua teknik, lantai dipasang rapat dan dipasang antara 0,25 cm – 0,50 cm. Sebagian besar lantai di kamar pada Bubungan Tinggi Rumah erat dipasang, kecuali: Surambi Muka, Anjung Jurai Kiri, Pedapuran, dan pelatar belakang.

Setelah papan lantai terpasang, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan penutup bangunan atau dinding Rumah Bubungan Tinggi. Dinding terdiri dari papan yang dipasang dalam posisi berdiri, sehingga di samping tiang juga diperlukan Turus Tawing dan Balabad untuk merakit papan. Bahan dinding adalah papan ulin dan Palupuh. Di belakang, samping dan dinding Tawing ālāt penggunaan kayu ulin. Pada Anjung Kiwa, Anjung Kanan, Anjung Jurai dan Ruang Padu, terkadang mereka menggunakan Palupuh sebagai dinding bangunan. Kerangka rumah ini biasanya menggunakan ukuran tradisional depa atau tapak kaki dengan ukuran ganjil yang dipercayai punya nilai magis / sakral. Bagian-bagian rangka tersebut adalah :

1.        Susuk dibuat dari kayu Ulin.

2.        Gelagar dibuat dari kayu Ulin, Belangiran, Damar Putih.

3.        Lantai dari papan Ulin setebal 3 cm.

4.        Watun Barasuk dari balokan Ulin.

5.        Turus Tawing dari kayu Damar.

6.        Rangka pintu dan jendela dari papan dan balokan Ulin.

7.        Balabad dari balokan kayu Damar Putih. Mbr

8.        Titian Tikus dari balokan kayu Damar Putih.

9.        Bujuran Sampiran dan Gorden dari balokan Ulin atau Damar Putih.

10.     Tiang Orong Orong dan Sangga Ributnya serta Tulang Bubungan dari balokan kayu Ulin, kayu Lanan, dan Damar Putih.

11.     Kasau dari balokan Ulin atau Damar Putih.

12.     Riing dari bilah-bilah kayu Damar putih.

 

Setelah lantai dan dinding telah terpasang, langkah berikutnya  dilanjutkan dengan memasang hatap (atap). Atap Rumah Bubungan Tinggi terdiri dari beberapa jenis atap. Mereka adalah atap bubungan (ini adalah karakter khusus dari Bubungan Tinggi), atap Sindang Langit (atap yang memanjang dari kaki atap bubungan ke pengadilan), atap hambin awan (atap yang memanjang dari kaki atap bubungan ke belakang), dan atap anjung (atap yang menutupi bagian Ajung).

 

Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan daun rumbia sebagai atap rumah secara bertahap menurun. Hal ini karena atap rumbia sangat mudah tertiup oleh angin dan masyarakat Banjar menjadi lebih sadar bahwa sifat tempat mereka tinggal menyediakan kayu Ulin berlimpah, yang kemudian digunakan sebagai penutup atap.