Makam Sultan Kasimuddin dan Sultan M. Sulaiman berada di belakang Masjid Kasimuddin, tepatnya di Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Sultan Bulungan ke-8, Sultan Azimuddin wafat ditahun 1899. Ketika Sultan Azimuddin wafat, putra-putra beliau masih belia dan belum layak untuk menjadi Sultan. Maka Permaisuri beliau yang juga puteri dari Sultan Kaharudin II, Puteri Sibut atau Pengian Kesuma yang kemudian bertindak sebagai wali Sultan sampai tahun 1901 dibantu oleh perdana menteri Datu Mansyur. Baru kemudian di tahun 1901 putra Sultan Azimuddin yang bernama Datu Belembung di angkat menjadi Sultan Bulungan ke 9 bergelar Sultan Maulana Muhammad Kasim Al-Din Atau lebih dikenal dengan nama Sultan Kasimuddin.

Sultan Kasimuddin (1901-1925) meninggal karena tertembak di tahun 1925. Sementara Putranya Ahmad Sulaiman yang semestinya menjadi pewaris tahta waktu itu sedang mengikuti pendidikan Holands Inlandsche School (HIS) di Samarinda dan Medan. Maka untuk sementara waktu kekuasaan pemerintahan dikendalikan oleh Datu Mansyur hingga tahun 1930 sebagai pejabat pemangku kesultanan. Sultan Ahmad Sulaiman baru naik tahta saat kembali ke Bulungan setelah menyelesaikan pendidikannya. Namun masa jabatannya sangat singkat, hanya Sembilan bulan karena beliau wafat secara mendadak. Ketika Sultan Bulungan ke-10, Sultan Muhammad Sulaiman (1930 – 1931) wafat pada tahun 1931 beliau digantikan oleh adiknya yang bernama Datuk Tiras bergelar Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin yang berkuasa sebagai Sultan Hingga tahun 1950.

Makam kedua sultan tersebut masuk ke dalam kompleks pemakaman raja dan bangsawan, bersama dengan makam Sultan Muhammad Djalaluddin dan makam Datuk Muhammad seorang bendahara paduka raja. Makam milik Sultan Kasimuddin berbentuk persegi panjang dengan ukuran 173 cm x 53 cm sedangkan makam Sultan M. Sulaiman berbentuk persegi panjang dengan ukuran 172 cm x 53 cm. Kedua makam ini terbuat dari batu, tegel dan kayu ulin.

Pada nisan makam yang terdapat di kompleks ini memiliki inskripsi berhuruf arab yang ditulis dengan langgam Naskhi. Inskripsi tersebut berisikan mengenai hari dan tanggal meninggalnya, serta sedikit pujian selama yang dikuburkan masih hidup. Namun, pada nisan Sultan Kasimuddin, tidak ditemukan inkripsi yang memuat tanggal wafatnya beliau, sedang pada nisan Sultan bulungan sebelum beliau ditemukan nisan-nisan tersebut rata-rata memiliki inkripsi yang menunjukan tanggal wafatnya, begitu pula pada makam pemimpin setelah beliau, juga ditemukan inkripsi yang memuat informasi tanggal wafatnya. Inilah yang menyulitkan para peneliti untuk mengetahui kapan persisnya waktu meninggalnya Sultan Kasimuddin yang wafat karena ditembak oleh orang misterius. Bentuk nisan pada kompleks makam menyerupai gada atau balok empat sisi. Jirat-jirat makam ada yang terdapat dalam satu cungkup dan ada pula satu jirat satu cungkup.