Lamin yang dalam bahasa Dayak Benuaq disebut “Lou” adalah rumah adat masyarakat dayak atau suku asli kalimantan. Secara umum lamin biasanya dihuni oleh 10-50 keluarga. Bentuknya memanjang sehingga ukurannya mencapai panjang 300 meter dan lebar 15 meter. Lamin selain digunakan sebagai tempat tinggal juga digunakan sebagai tempat upacara adat. Namun dewasa ini karena pengaruh arus moderninasi masyarakat dayak sudah hampir semua membuat rumah pribadi dan meninggalkan lamin. Sehingga lamin hanya menjadi tempat berkumpul pada saat upacara adat.
Lamin Pepas Eheng adalah satu dari sekian Lamin (rumah adat masyarakat dayak) yang masih bisa dilihat keberadaannya. Secara administratif berada di wilayah Kampung Pepas Eheng, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut laporan Balai pelestarian Peninggalan Purbakala (yang sekarang berubah nama menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya) 2012, Lamin tersebut dibangun pada tahun 1962. Lamin ini adalah cikal bakal adanya Kampung Pepas-Eheng.
Lamin Pepas Eheng didirikan oleh masyarakat Dayak Benuaq yang bermukim di wilayah tersebut. Sebelumnya masyarakat Dayaq Benuaq di Pepas Eheng tinggal di daerah Pepas. Namun, karena kebutuhan sehari-hari tidak mencukupi diwilayah Pepas maka mereka berpindah ke wilayah yang kemudian diberi nama Pepas Eheng. Lamin ini digunakan sebagai tempat tinggal pada awalnya. Seiring berjalannya waktu banyak penghuninya berpindah dan membuat rumah pribadi sehingga sekarang hanya terdapat satu keluarga saja yang masih bertahan sebagai penghuni di Lamin tersebut.
Bagian- bagian Lamin Pepas Eheng terdiri dari beberapa bagian komponen penyusun maupun komponen pendukung. Bagian tersebut adalah bagian bawah bangunan, bagian tengah bangunan, bagian atas bangunan. Bagian bawah bangunan adalah kolong, tangga, dan tiang bangunan. Bagian tengah terdapat serambi depan, ruang utama, dan ruang privat. Sedangkan bagian atas bangunan adalah atap dan kuda-kuda atap.
Bagian bawah Lamin Pepas Eheng memiliki fungsi masing-masing. Kolong biasanya digunakan masyarakat Dayak Benuaq sebagai kandang binatang ternak (babi, ayam, dll) serta tempat menyimpan peralatan yang dipakai sehari-hari. Di era dewasa ini kolong digunakan sebagai tempat parker kendaraan roda 2. Tangga di Lamin Pepas Eheng terdapat 7 buah, memiliki komposisi 1 buah sebagai tangga utama dan 6 buah tangga pendukung. Tangga utama memiliki ciri khas berbeda dari tangga yang lain. Tangga ini terbuat dari batang pohon yang takik-takik membentuk 7 undakan (anak tangga),terdapat hiasan motif bunga dan sulur. Pada pangkalnya terdapat antromorfik berbentuk kepala pada pegangan atas dan terdapat tempat duduk pada kanan kirinya. Tiang bangunan dari Lamin ini terdapat 24 buah dan seluruh sukaq(tiang dalam bahasa dayaq benuaq) terbuat dari kayu ulin(Eusideroxilon zwageri) dengan diameter 40-80 cm dan panjangnya 6 meter.
Bagian tengan lamin meliputi serambi depan sebagai teras jalan masuk kepintu lamin. Kemudian setelah melewati pintu akan masuk ruang utama yang merupakan tempat beraktivitas dalam kegiatan adat maupun sekedar tempat berkumpul sehari-hari. Tempat ini juga menjadi tempat bersantai bersama masyarakat penghuni lamin. Setelah ruang tengah terdapat ruang privat yang dipergunakan untuk kamar privasi per keluarga yang ada disana. Perbaikan ruang privat tersebut biasanya dilakukan oleh masing-masing perblok. Oleh karena itu dapat terlihat bentuk sepanjang lamin tidak seragam.
Bagian atas lamin adalah kuda-kuda dan atap. Kuda-kuda dan atap(sirap) tersebut berasal dari kayu ulin pula. Model arsitekturnya yang menawan karena dengan berbekal alat sederhana, lamin tersebut mampu mengolah kuda-kuda menjadi balok persagi panjang yang rapi pengerjaannya. Pembuatan atapun hanya menggunakan parang (mandau) dalam pengerjaannya.
Menurut laporan pengamatan BPCB Samarinda (2012), secara kondisi keseluruhan Lamin ini tergolong 80% masih bagus dan baik. Akan tetapi terdapat beberapa bagian yang mengalami kerusakan. Bagian yang mengalami kerusakan diantaranya tiang penyangga 20%, pagar teras 25%, lantai teras 15%, dinding ruangan tengah 15%, dan pada bagian atap 15%.
Lamin ini merupakan kebanggaan masyarakat dayaq Benuaq kampung pepas eheng karena memiliki volume terbesar diantara lamin yang lain. Bahkan hanya beberapa kampung yang memiliki lamin sendiri, seperti kampung Lambing, Engkuni, dan Tanjung Isui. (Red: Hisen Mega Sarwanto_BPCB Samarinda)