Evaluasi nilai uang dalam tangkapan sederhana mungkin kajian kekayaan (termasuk potensinya) yang didapatkan melalui proses pemetaan dan pengumpulan data. Bicara Karst Sangkulirang-Mangkalihat, selain menampilkan gugusan tebing dan menara karst terdapat pula gua-gua eksotis dengan beragam fauna.
Bahkan, ada 10 spesies baru ditemukan, diantaranya 3 kalacemeti, 3 kaki seribu, 2 ikan, 1 kepiting dan 1 kecoak. Menurut Cahyo, jenis kecoak (Stylocellus) yang ditemukan di salah satu gua karst Sangkulirang merupakan yang terbesar di dunia.
Cahyo meneruskan, pentingnya pengambilan data dan pemetaan karst termasuk guanya jika komitmen pengembangan kawasan berhaluan pariwisata.
Namun, tak jarang ia dan timnya mendapati tanggapan kurang positif bahkan dikatakan kurang kerjaan saat melakukan presentasi hasil pendataan atau sekedar woro-woro di kantor-kantor pemerintahan.
“Saya loro (sakit) hati, sudah berdarah-darah mengambil data di gua malah dibilang kurang kerjaan,” ketus Cahyo sembari tertawa.
Padahal, Karst Sangkulirang-Mangkalihat sudah di tengah perjalanan masuk ke dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO.
Butuh proses jutaan hingga 700.000 tahun untuk usia termuda batu karst agar bisa menciptakan ukiran alami seperti yang membentang di Kalimantan Timur, termasuk Sangkulirang-Mangkalihat.
Ada pula gambar prasejarah yang diperkirakan berusia 10.000 tahun saat masa manusia purba menduduki bumi etam.
Gambar yang kemudian dikenal dengan cadas, yang diperkirakan warisan tertua se-Asia Tenggara itu, kemudian masuk kategori Pre-Historic Rock Art dalam daftar Warisan Dunia.
Ada simpulan sederhana, begitu Karst Sangkulirang-Mangkalihat menjadi Warisan Dunia maka mata dunia akan semakin banyak menuju ke Indonesia.