Karst Sangkulirang Mangkalihat: Jangan Sampai Jatuh ke Pangkuan Asing (4)

0
595

Maka kajian ekonomi apa yang dibutuhkan agar menjadi komparasi pada setiap pengambilan kebijakan terkait pengelolaan atau pengembangan karst? Tentu dalam setiap pengelolaan sumber daya alam harus mengarah pada kesejahteraan masyarakat setempat.

Yang menarik adalah mengetahui landasan Cina menghentikan dan beralih pada pemanfaatan bentang karst sebagai objek wisata.

Ditanya apakah sempat melihat dokumen negara tirai bambu terkait menutup ijin tambang semen sebelumnya, Cahyo mengaku belum melihatnya. Namun, seorang rekannya sesama peneliti sempat memberikannya beberapa bocoran.

“Jelas ada niat, atau political good will. Ada upaya menutup keran ijin tambang eksploitasi untuk melindungi aset. Kemudian proyeksi pendapatan dari sektor pariwisata, terbukti dari jutaan Yuan yang berputar di dalam negeri.

Itu melewai kajian ekonomi yang kemudian menyisihkan tawaran pabrik semen,” beber pria yang juga peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor itu.

Nantinya, kajian ekonomi untuk Sangkulirang-Mangkalihat mesti melibatkan peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata selain nilai ekonomi tebing karst sebagai sarang walet. Mengutip bahasa Pindi Setiawan, “putaran uang harus selama-lamanya ada di lokasi sekitar objek wisata.”

Soalnya, tambah Pindi, salah satu properties (syarat) dalam pengusulan menjadi Warisan Dunia adalah kemauan kuat masyarakat lokal untuk memberdayakan objek wisatanya. Lalu, mengapa perlu kemauan kuat?

“Coba lihat Manado, Bunaken sana. Sejahtera kah masyarakat sekitarnya? Tidak juga. Justru orang Itali atau Prancis dengan propertinya di sana terjaga oleh satpamnya. Orang di tanah sendiri tapi tidak bisa masuk,” tandas Pindi. (*)