Situs Cagar Budaya Gua Tengkorak
Dari hasil penelitian melalui pembuatan 3 (tiga) buah kotak lubang uji pada tahun 2003 membuktikan bahwa gua ini mempunyai indikator sebagai tempat hunian manusia pada masa lalu. Ini di buktikan dengan temuan-temuan antara lain berupa beberapa artefak litik, fragmen tembikar (gerabah), beberapa gigi manusia, tulang-belulang binatang, kerang dan arang (abu bekas pembakaran) yang didapatkan pada kedalaman sekitar 1 meter dari permukaan tanah.
Bukti temuan sisa-sisa kehidupan manusia serta adanya gambar cadas di gua tengkorak menunjukkan bahwa gua tersebut pernah menjadi tempat bermukim manusia pada masa yang lalu. Dari sisa-sisa sampah makanan seperti tulang hewan, dan tumpukan moluska menggambarkan pola makan kelompok pemburu-peramu.
Gua ini juga dihuni atau menjadi tempat kubur manusia pasca prasejarah. Selain itu, jejak tinggalan arkeologis yang terdapat di Gua Tengkorak berupa lukisan cap tangan yang terdapat di dindingdan langit-langit gua. Kondisi imaji-imaji di gua tengkorak pada umumnya berupa tera-tangan yang sudah sangat tipis dan rusak.
Secara astronomis, Gua Tengkorak terletak di koordinat UTM x: 0532190 dan y:0120146 yang berada di ketinggian 102 mdpl. Situs ini berada berada dekat Sungai Marang yang berjarak sekitar ± 80 meter dari sungai. Situs terdekat adalah Gua Tamrin yang berada sekitar 600 meter ke arah selatan. Untuk mencapai gua ini termasuk sulit karena harus melalui lereng bukit yang terjal dan batuan tajam yang berada di punggung bukit. Beberapa survei dan penelitian yang pernah dilakukan di gua ini antara lain dilakukan pada tahun 2001 (Perancis/ITB) berupa survei, dan kerjasama Perancis dan Indonesia dalam pembuatan dokumentasi Film dan Ekskavasi.
Vegetasi yang ada di sekitar gua ini merupakan jenis tumbuhan suksesi akibat kebakaran hutan yang pernah terjadi di kawasan ini. Akibat kebakaran hutan, semua vegetasi penutup terbakar habis dan memulai suksesi vegetasi dari awal yang ditunjukkan dengan adanya beberapa jenis tumbuhan pioner penghuni hutan sekunder. Suksesi vegetasi ini diiringi dengan pertumbuhan anakan tumbuhan jangka panjang seperti Ulin, Kayu ara (beringin-beringinan), Meranti, Ulin, Kayu kacang, Sirihan, dan Kapur. Bagian lantai gua bagian depan yang terkena sinar matahari, saat ini dihuni oleh semak dan anakan tumbuhan jangka pendek. Bagian yang termasuk dalam zona terang ini memiliki udara yang kering dan panas karena langsung berhadapan dengan lingkungan yang terbuka. Pada bagian gua yang berada dalam zona remang-remang terlihat lantai gua yang lembab dan ditumbuhi beberapa jenis lumut dan jamur di area ini. Pada zona remang bagian depan juga dijumpai paku-pakuan dan semak yang tumbuh di atas permukaan tanah dan batuan. Sementara itu, tumbuhan yang berada pada bagian atas gua terdiri dari tumbuhan semak dan ara beringin yang dicirikan dengan akar menjuntai.
Secara umum, Gua Tengkorak memiliki batas-batas situs, di sebelah utara, selatan, dan timur berbatasan dengan tebing menara karst, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Marang. Mulut gua berukuran lebar 23 meter dan tinggi 9 meter, menghadap ke arah barat daya dengan teras yang berbatasan langsung dengan bibir bukit. Denah lantai membujur dari arah barat daya ke arah utara dengan kedalaman 145 meter dengan beberapa cabang lorong gua di dalamnya. Pada dinding sisi kiri, kurang lebih 30 meter dari datum point terdapat sebuah lorong yang mengarah ke sebelah barat laut yang berbatasan dengan tebing. Lorong ini memiliki mulut berukuran 2 meter dengan langit-langit setinggi 2 – 3 meter.
Permukaan lantai gua terlihat kering dengan kontur datar hingga kedalaman 20 meter di zona terang, dan meninggi ke arah mulut gua bagian belakang dengan beda ketinggian 11 meter dari datum. Lubang mulut gua yang lebar membuat sinar matahari dapat langsung menerangi seluruh sisi bagian luar mulut gua hingga bagian dalam sepajang 20-30 meter. Didukung oleh sirkulasi udara yang cukup baik, gua ini terasa nyaman dan sangat cocok untuk sebuah hunian. Bidang dinding dan langit-langit gua relatif rata dan cukup bersih.
Temuan arkeologi yang berhasil diidentifikasi adalah gambar cap tangan, fragmen gerabah, dan fragmen tulang. Gambar cadas cap tangan yang dijumpai berjumlah 12 cap tangan yang terdiri dari: 2 cap tangan yang berada di langit-langit sisi kiri pintu masuk gua. Kedua cap tangan ini sudah memudar karena interaksi langsung dengan kondisi lingkungan sekitar, 4 cap tangan yang berada di langit-langit sisi kanan pintu masuk gua, dengan kondisi yang masih bagus, 6 cap tangan yang berada di dinding sisi kanan, dengan kondisi 2 cap tangan buah yang masih bagus dan 4 cap tangan yang rusak.
Temuan arkeologi lainnya berupa gerabah yang dijumpai pada cabang lorong yang berada di sebelah kiri gua. Gerabah ini berada dalam kondisi pecah dan tertanam dalam tanah yang menempel di dinding gua. Gerabah ini berukuran tinggi 45 cm, dengan diameter mulut berukuran 15 cm dan diameter leher berukuran 10 cm. Selain gerabah, pada bagian kaki dinding lorong juga dijumpai akumulasi fragmen gerabah dan tulang yang sengaja dikumpulkan dan diletakkan di bagian kaki lorong tersebut.Jenis potensi ancaman yang dihadapi Gua Tengkorak adalah runtuhan bagian atas mulut gua, kebakaran hutan yang dapat mempengaruhi iklim mikro gua, dan sinar matahari yang langsung dapat merusak gambar cadas.
(Laporan Tim Delineasi Tahap I 2015)