Gua Pindi, Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat

0
2913

Disajikan Dari Laporan Delineasi Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat 2015

Situs Cagar Budaya Gua Pindi

Gua Pindi tampaknya pernah menjadi gua yang penting, karena posisinya yang langsung menghadap sungai. Lantainya juga tampak rata dan kering, sayangnya dewasa ini lantai gua hampir seluruhnya tertimbun reruntuhan. Gambar yang tersisa hanyalah antropomorfik di lantai

Foto. Landscape dari dalam Gua Pindi
Foto. Landscape dari dalam Gua Pindi

Akses menuju Gua Pindi ada dua pilihan yakni lewat jalur Ceruk Karim dengan kemiringan 30-450 selama kurang lebih 1 (satu) jam dan sejauh 425 meter Karim – Pindi dan jalur kedua lewat depan Ceruk Tewet dengan kemiringan pendakian 45-900 selama kurang lebih satu jam sejauh 350 meter sehingga dengan kemiringan tersebut membutuhkan akar pohon atau tali pengaman untuk melewati jalur tebing 900 tersebut.

Foto. Situasi Perjalanan ke Gua Pindi

Titik DP dibuat di mulut gua pada ujung batu terluar dengan tanda berupa cap merah. Titik ini menjadi DP karena sekaligus untuk ploting titik GPS dengan titik akurasi yang tinggi hingga 3 meter pada cuaca yang cerah tanpa tutupan awan. Namun ploting yang dilakukan pada saat cuaca mendung akan mengubah akurasi GPS diatas 10 meter. Bacaan GPS dilakukan pada pukul 11:30 WITA dengan cuaca mendung, titik UTM X 0528595, Y 0113155 titik DP ini yang menjadi acuan titik pesawat pemetaan.

Foto. Penentuan titik DP Gua Pindi
Foto. Penentuan titik DP Gua Pindi

Lingkungan Gua Pindi terletak pada ketinggian 197 mdpl di tebing karst. Gua ini cenderung menghadap ke utara dengan terpaan cahaya matahari pagi pada dinding kiri gua. Ruang depan gua yang merupakan lereng terjal 85-900 berupa pepohonan tinggi 3-4 meter berdiameter 10-15 cm. Tidak ditemukan pohon yang berdiameter lebih besar.

Foto. Situasi Gua Pindi
Foto. Situasi Gua Pindi

Gua Pindi sepintas mirip terowongan karena tembus ke bagian belakang pada ruang terbuka datar hingga ke lereng karst tebing tinggi. Permukaan lantai dipenuhi dengan bongkah-bongkah batu yang merupakan jatuhan dari bagian belakang rongga gua. Lantai permukaan gua miring sekitar 300 dimana bagian mulut gua lebih rendah 16,2 meter dibandingkan rongga belakang. Dengan kondisi demikian bongkah batu dari belakang akan menggelinding ke daerah mulut gua.

Foto. Situasi ruang tengah Gua Pindi
Foto. Situasi ruang tengah Gua Pindi
Foto. Situasi dalam Gua Pindi
Foto. Situasi dalam Gua Pindi

Selain batu dan bongkah terdapat juga kayu yang berserakan dan bercampur dengan bongkah batu. Sekitar 30 meter dari DP tepatnya pada dinding kanan gua, terdapat rongga gelap dengan kedalaman sekitar 12 meter. Gua Pindi merupakan bukit karst tunggal, bagian belakang gua yang merupakan lahan datar dipenuhi dengan semak belukar dan pepohonan terbesar berdiameter 10 cm. Jarangnya pohon besar di sekitar lereng karena sekitar lereng hingga puncak karst merupakan bebatuan karst, hanya pohon yang berukuran kecil yang dapat beradaptasi dengan lingkungan batuan karst. Pohon berdiameter besar hanya dapat ditemukan di sekitar basecamp Tewet pada area datar yang mengandung tanah pada permukaannya.

Foto. Situasi belakang Gua Pindi
Foto. Situasi belakang Gua Pindi

Batas situs ini yaitu di sebelah utara berupa mulut gua/tebing, sedangkan di sebelah selatan, barat, dan timur berupa batuan karst. Morfologi permukaan gua berupa tebing curam, dengan ketinggian dari dataran 147 meter. Sedangkan keaktifan gua dengan proses karstifikasi yang aktif. Ornamen gua yang ada yaitu: flowstone, stalaktit, staglamit dan pilar. Pada zona pencahayaan terang-gelap. Ketinggian langit-langit ruang utama 12 meter, luas ruang Gua 454,09 meter2. Pemanfaatan atau fungsi situs sebagai tempat peristirahatan pemburu lokal. Jenis potensi ancaman berupa rembesan air yang menutupi gambar cadas, cuaca panas dan lembab, debu yang bersentuhan langsung dengan gambar, sarang tawon, kotoran kelelawar, lumut dan vandalism.

Foto. Pengambilan data oleh tim Delineasi
Foto. Pengambilan data oleh tim Delineasi
Foto. Pengamatan dilakukan oleh tim Delineasi
Foto. Pengamatan dilakukan oleh tim Delineasi

Temuan arkeologi di Ceruk Pindi  berupa gambar pada langit-langit rendah dinding sisi kiri depan. Tepatnya pada bagian lereng dinding gua yang hampir menyentuh permukaan tanah gua yaitu 40 cm dari permukaan tanah. Gambar Cadastidak lagi dapat diidentifikasi karena faktor kerusakan akibat pengelupasan pada dinding. Ruang gambar di Ceruk Pindi terlihat bercak-bercak merah sepanjang dinding rendah yang kemungkinan bekas gambar. sepanjang dinding rendah tersebut terlihat kelupasan dinding gua yang kemudian ditumbuhi dengan ganggang, lumut, dan lelehan travertine pada beberapa titik serta lelehan air dari lubang bentuk dome diatas posisi keletakan gambar.

Foto. Gambar cadas di Gua Pindi
Foto. Gambar cadas di Gua Pindi
Foto. Vandalisme di Gua Pindi
Foto. Vandalisme di Gua Pindi

Ceruk Pindi merupakan tempat istirahat para pemburu walet, kondisi Ceruk Pindi tidak memungkinkan untuk keberadaan burung walet karena merupakan ruang terbuka. terdapat lubang-lubang yang dimanfaatkan sebagai tempat hunian kelelawar. Selain itu terdapat sarang rayap yang terletak pada rongga di langit-langit gua berwarna hitam dan tetesan air dari rembesan di langit-langit di sisi kanan gua yang masih aktif walaupun saat survei ini dilakukan sementara musim kemarau.

Foto. Denah dan irisan Gua Pindi
Foto. Denah dan irisan Gua Pindi

Ancaman yang teridentifikasi yaitu potensi ancaman lingkungan berupa kebakaran hutan. Potensi ancaman gua, runtuhan batu dari langit-langit gua, longsoran bebatuan, dan dahan kering dari rongga atas gua. Potensi ancaman gua juga pada dinding gua yang ditempati sebagai media menulis dari pengunjung (vandalisme). Ancaman gambar cadas yang terletak di lereng gua sebagian besar terhapus akibat pengaruh cuaca. Cuaca pagi matahari menyinari media gambar secara langsung hingga pukul 10.00 WITA. Selain itu, tetesan atau aliran air dari atap gua mengenai gambar secara langsung bisa berdampak merusak pada gambar cadasnya.

(Laporan Tim Delineasi Karst Sangkulirang-Mangkalihat Tahap I 2015)