Sekilas tentang Singkawang dan Pemukiman Tionghoanya…….
Selama ini pertanyaan tentang Singkawang dan Orang Tionghoa selalu menjadi hal menarik buat kita dengar, dengan pertanyaan Bagaimana Tionghoa Bisa Bermukim di Singkawang, Kalimantan Barat ?
Kita tahu bersama bahwa Singkawang merupakan kota terkemuka di antara kota-kota lain yang ada di Kalimantan Barat.
Sebagian besar orang Tionghoa datang ke wilayah Nusantara secara berkelompok. Jika di Jawa dan Sebagian Sumatera di dominasi oleh kelompok bahasa Hokkien dan Kanton, lain halnya dengan orang Tionghoa yang datang di Borneo Barat. Orang Tionghoa yang datang ke Borneo Barat sebagian beser berasal dari kelompok bahasa Hakka dan selebihnya adalah Teochiu dan kelompok kecil Kanton dan Hokkien. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menyebut Hakka sebagai “Khek” dan Teochiu sebagai “Hok-Lo” . Orang Hakka sebagian berasal dari wilayah pedalaman Guandong yang berbukit-bukit,yaitu wilayah Kia Ying sebelah utara Kanton (Kanton berada di wilayah Chou (Tingzhow) dan Leong Yen sebelah barat daya Fukkien atau Fujian (Enciklopaedie van Nederlandsch Indie, 1918: 480-481, 2008 dalam Rahmayani Permukiman Tionghoa di Singkawang).
Daerah asal orang Hakka sering melakukan aktivitas pertambangan dan perladangan berpindah-pindah disebabkan lahan yang kurang subur. Kebiasaan tersebut sehingga mereka dijuluki “kejia/hakka”(bahasa Mandarin) yang berarti tamu. Imigrasi Hakka mendiami wilayah utara dari Borneo Barat karena kolompok ini memiliki mata pencaharian yang berkaitan dengan aktivitas pertambangan dan pertanian.
Kondisi Singkawang yang memiliki daerah pesisir dan pedalaman nampaknya mirip dengan asal kelompok tersebut. kedatangan mereka menggunakan armada perahu yang mirip dengan yang digunakan orang Tionghoa saat human growth hormone dose datang ke Pulau Jawa. Mereka datang menggunakan Jung atau Wakang Cun (Jok atau Wangkang).
Sejarah awal kedatagan orang Tionghoa ke wilayah barat Borneo memang susah tergambarkan dengan jelas. Keberadaan mereka baru dapat tergambarkan setelah mereka kedatangan penguasa-penguasa Melayu di Sambas dan Mempawah. Diawali dengan kedatnagan 20 orang Tionghoa dari Brunai pada 1740 atas perintah panembahan Mempawah, yang melihat potensi emas di daerah Sungai Duri, undangan serupa terhadap orang Tionghoa datang dari Sultan Sambas, Umar Akkamaddin pada 1760. Setelah hal tersebut, kedatangan orang Tionghoa semakin meningkat dengan mendiami daerah-daerah pertambangan di pedalaman melalui sungai-sungai kecil yang berada di pesisir pantai barat Borneo.
Sumber: Pemukiman Tionghoa Di Singkawang: Dari Masa Kongsi Hingga Masa Kolonial. 2004. Any Rahmayani. Penerbit Ombak:Yogyakarta