Rempah Dalam Lintasan Ruang dan Waktu

0
782
Sumber : Materi Diskusi Daring Seri 7 Bpcb Kaltim

Nusantara (kira-kira Asteng sekarang) setidaknya sejak di abad ke-2 telah memainkan peran sebagai ruang geografi  bagi perdagangan antar & lintas bangsa dalam pertukaran komoditas dengan beragam produksi dari alam yang sangat kaya.

Rempah merupakan komoditas utama dalam perdagangan  yang terintegrasi ke dalam jalur perdagangan lainnya, yang membentang dan merajut Asia, hingga Eropa. Jalur ini bersinggungan dengan  Jalur Sutera, Jalur Unta, Jalur Garam, dan sebagainya.

Dalam The Spice Route: A History, John Keay (2006) menyebut perdagangan rempah mulai pada Isthmian Age (the Isthmus of Corinth in southern Greece), ketika kombinasi transportasi  perjalanan laut dan darat rempah Indonesia dikapalkan ke Barat melalui pantai timur semenanjung India, sebagai dibuktikan dgn ditemukannya jejak koin (uang logam) zaman Romawi . Spices for foodstuffs and medicine effcets.. a mixture of honey and ginger…would be so powerful and produce such pleasure  that the man’s partner would ..” ( Frankopan, The Silk Roads, 2015:229).

Fakta itu terjadi setidaknya pada millinea kedua masuknya “the spice route into an exclusively blue-water seaway”

Rempah diartikan sebagai tanaman berharga dengan cita rasa “Oriental” yang unik. Penyebutan Maluku sebagai kepulauan rempah  muncul pada abad ke-9, sebagai dampak dari aktivitas dagang para pedagang Arab dan Cina di pelabuhan-pelabuhan India dan Nusantara.

Anthony Reid, 1345-1680  periode melukiskan AsTeng sbg ruang geografi bagi bandar kosmopolitan suatu zaman yang digerakkan oleh jalur perniagaan oleh berbagai bangsa, yang sangat ramai, beragam bahasa, budaya, dan agama yang menakjubkan,, perhubungan dengan bangsa India dan Cina bukan berdasarkan penaklukan. (Reid, 1992: 5 dan 9).

Pasca Sriwijaya, berkembanglah pusat-pusat baru di Pasai, Malaka, Johor, Patani, Aceh, dan Brunei. Kelas pedagang dari kota-kota niaga besar di AsTeng dikenal sebagai orang Melayu, sebab mereka menggunakan bahasa itu (dan memeluk Islam), kendati leluhurnya mungkin saja orang Jawa, Mon, India, Cina, atau Filipina (hlm. 10).

Portugis menguasai Melaka (1511) dan awal perkembangan baru bandar-bandar (kota pelabuhan) di Nusantara.