Pernah ada Perdagangan Lada di Kalimantan Selatan ?

0
11467
Peta Jalur Lada

Komoditas lada di Kalimantan Selatan dan Timur (Zuider- en Oosterafdeeling van Borneo) mulai dikenal sebagai komoditas dagang pada akhir abad 16/awal abad 17. Sebelumnya lada merupakan alat tukar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Ketika komoditas lada dari Banten merosot akibat perang antara Banten dengan Belanda pada 1620, hasil lada di Kalimantan Selatan dan Timur justeru sedang meningkat.

Para pedagang Eropa, terutama Belanda di bawah VOC, mulai membuka hubungan dagang dengan kesultanan Banjar sejak awal abad ke-17. Lada merupakan komoditas utama dalam perdagangan antara Kesultanan Banjar dengan para pedagang asing (Eropa dan Asia lainnya). Perdagangan lada mulai meningkat pada tahun 1630-anBanjarmasin semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang Eropa, Cina, Siam, dan para pedagang Nusantara seperti Jawa, Makassar, Semenanjung Melayu

Pergeseran pusat perdagangan rempah-rempah dari Gresik ke Makassar (awal abad 17).

Banjarmasin menjadi pasar antara (setelah Gresik/Surabaya dihancurkan Mataram). Eksodus para pedagang pantai utara Jawa ke Kalimantan Selatan.

Kedatangan para pedagang Eropa, Cina, Arab, India menstimulasi perkembangan perdagangan lada di Kalimantan Selatan dan Timur. Permintaan lada di pasar dunia semakin meningkat.