Bagaimana Rupa Bangunan Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram?

0
3177
Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram Berbentuk Panggung
Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram

Bangunan Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram

“Informasi mengenai Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram yang kami sajikan berasal dari kegiatan Dokumentasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Kaliamntan Timur pada tahun 2016″

Hallo sahabat budaya … Sudah pada baca Sejarah Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram kan!! Kalau ada yang belum baca bisa dilihat pada link berikut :  https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/gereja-santo-fidelis-gereja-sejiram/

Saat ini yang akan kita bahas adalah bagaimana bentuk bangunan tersebut. Brikut penjabarannya:

Tipe bangunan Gereja Santo Fidelis Sejiram mengadopsi bentuk rumah panggung. Tipe ini sering dijumpai dalam arsitektur rumah tradisional di Kalimantan. Lingkungan yang berada tidak jauh dari sungai dan berawa-rawa membutuhkan adaptasi dari manusia pendukungnya. Salah satu bentuk adaptasi tersebut adalah pembuatan rumah dengan lantai tinggi dan tidak menempel langsung pada tanah. Dampaknya, secara fisik bangunan terhindar dari banjir, kelembaban ruangan tidak terlalu tinggi, serta meminimalisir pelapukan oleh rayap.

Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram Berbentuk Panggung
Bangunan Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram Berbentuk Panggung

Bangunan gereja secara fisik terdiri dari kayu balok sebagai tiang penyangga dan kerangka bangunan, kayu papan sebagai penutup kerangka bangunan, serta bagian atap yang menggunakan tipe sirap.

Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan sering ditemui di Kalimantan. Kayu memiliki keunggulan berupa sifat bahan yang mudah dibentuk dan mudah ditemui di Kalimantan yang beriklim tropis. Kondisi alam yang didominasi hutan menyediakan sumber bahan yang melimpah apabila dikelola dengan baik. Selain itu kayu memiliki sifat bahan yang tidak dimiliki bahan lain yaitu elastis, ulet, memiliki ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar dengan seratnya (Frick, 1982: 11-12).

Secara umum, kayu memiliki tingkat keawetan sendiri-sendiri sesuai dengan jenisnya. Keawetan bahan terkait dengan umur pemakaiannya. Masyarakat tradisional telah memiliki pengetahuan yang diturunkan turun temurun mengenai sifat keawetan kayu ini, sehingga dapat memilih kayu yang sesuai dengan jenis bangunan yang akan didirikan. Jenis kayu yang biasa digunakan pada bangunan tradisional di Kalimantan adalah kayu ulin.

Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) atau biasa dikenal dengan sebutan “belian” atau kayu besi adalah salah satu jenis pohon berkayu yang merupakan pohon endemik khas dari daerah Kalimantan. Kayu ulin termasuk dalam salah satu jenis pohon yang berukuran cukup besar dan merupakan jenis pohon dari hutan tropis basah yang tumbuh dan berkembang secara alami di beberapa  wilayah di Indonesia seperti Pulau Sumatera bagian selatan dan Pulau Kalimantan.

Oke kita selesai ngomongin kayu ulin yah…. kita lanjut ke Bentuk dari Bangunan Gereja Santo Fidelis Sejiram

Struktur dan Komponen

Pondasi dan tiang penyangga, karena tipe bangunan yang mengadopsi bentuk rumah panggung maka dari itu tiang penyangga terbuat dari kayu belian atau ulin. Tiang yang digunakan merupakan kayu balok utuh yang berfungsi sebagai pondasi sekaligus menyangga bangunan dan atap. Ditinjau dari aspek teknisnya, tiang-tiang ini merupakan penahan beban struktur yang utama.

Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram Berbentuk Panggung
Stuktur Bagian Dalam Gereja Katolik Santo Fidelis Sejiram

Lantai Gereja Santo Fidelis Sejiram menggunakan papan kayu berbahan ulin berukuran 14 s.d. 19 cm yang disusun berjajar timur – barat. Papan kayu bertumpu pada gelagar yang membujur dan melintang pada kaki bangunan. Sebagai pengikat, digunakan paku besi. Kondisi lantai masih asli dan berwarna alami.

Dinding bangunan gereja terbuat dari papan kayu ulin yang diplester dengan semen yang diberi kerangka kawat kasa. Penampang dinding berbentuk persegi dengan panel penyekat yang berfungsi untuk memperkuat struktur dinding. Tebal dinding berkisar 7 s.d. 9 cm.

Konstruksi kuda-kuda ialah suatu susunan rangka berbentuk batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk beratnya sendiri. Kuda-kuda sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya dan merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss).

Konstruksi atap tradisional berdasar pada atap yang dilapisi rumbia atau sirap. Pelapisan sirap membutuhkan sudut kemiringan minimal 30o dan reng yang disusun horizontal dan sejajar garis tiris. Agar reng dapat terpasang, diperlukan kasau (usuk) yang diarahkan dari garis tiris ke bubungan.

Dilihat dari bentuknya, atap bangunan gereja berbentuk pelana bersusun. Sudut kemiringan atap mencapai 45o, sehingga air hujan dapat cepat mengalir dan tidak tergenang. Sementara di sisi selatan atap terdapat menara yang berbentuk meruncing dengan ornamen salib dan ayam di atasnya. Untuk melindungi dari petir, di ujung menara dipasang penangkal petir.

Jendela yang terdapat pada bangunan gereja terdiri dari 2 variasi yaitu yang dapat dibuka dan tidak dapat dibuka (fixed window). Jendela yang dapat dibuka berjumlah 14 buah, masing-masing 12 buah terdapat di sisi timur dan barat bangunan. Bentuknya persegi berkisi dan memiliki 2 daun jendela.  Sementara 2 buah lagi terdapat di lantai 2 (ruang koor) dengan bentuk persegi, berbahan kaca yang dibingkai kayu. Sedangkan jendela yang tidak dapat dibuka terdapat pada ruang altar (2 buah) dan sisi selatan bangunan. Jendela di ruang altar berupa kaca patri yang bergambar ornamen dengan motif flora dan geometris, sementara pada sisi selatan terdapat 3 jendela kaca (2 berukuran sama dan 1 berukuran besar di bawah menara). Selain itu di bagian atas jendela terdapat ornamen kaca berbentuk setengah lingkaran dengan kaca berwarna hijau, merah, dan kuning (sisi timur – barat) dan polos (sisi selatan).

Bangunan Gereja Santo Fidelis Sejiram memiliki 4 pintu panel, terdiri dari 1 pintu utama di sisi selatan, 2 pintu yang mengapit pintu utama, serta 1 pintu di sisi barat yang menghubungkan sakristi dengan bangunan utama gereja.

Banguan memerlukan tangga untuk dapat masuk ke ruang utama. Tangga yang digunakan pada bangunan gereja menggunakan bahan kayu untuk sisi barat, jalan ke ruang koor (lantai 2), dan jalan masuk ke menara, serta meterial beton untuk sisi selatan yang bersinggungan dengan teras.

Sirkulasi udara diperlukan agar udara dalam ruangan tidak lembab dan pengap. Seperti lazimnya bangunan lainnya, bangunan Gereja Santo Fidelis ini memiliki ventilasi sebagai tempat sirkulasi udara. Ventilasi yang ada di bangunan ini memiliki 2 variasi, yaitu menggunakan kisi-kisi horizontal di dekat langit-langit ruangan dan kisi-kisi vertikal yang terletak di atas pintu depan.

Pembagian Ruang

Teras dapat berfungsi sebagai peneduh serta mengurangi paparan hujan dan sinar matahari yang menerpa bangunan. Gereja Santo Fidelis Sejiram memiliki teras depan yang ditambahkan pada tahun 1994/1995 di sisi selatan bangunan.

Kamar pengakuan dosa adalah tempat menerima sakramen tobat. Ruang ini terbagi atas dua ruang yang bersekat kasa, masing-masing digunakan untuk Imam dan digunakan untuk umat yang ingin melakukan pengakuan dosa. Di dalam ruang biasanya terdapat salib dan bangku untuk berlutut. Kamar Pengakuan dosa terletak di bagian sayap kanan dan kiri dalam ruang gereja.

Pada puncak menara diletakkan hiasan salib dengan ornamen ayam. Sedangkan pada bagian dalam menara terdapat lonceng geraja.

  1. Ruang Utama (Panti Umat)

Ruang utama merupakan tempat menampung, berkumpul, dan aktifitas umat dalam peribadatan. Panti umat adalah tempat beribadah umat, karena itu pada daerah ini disediakan banyak fasilitas tempat duduk, yang biasanya dilengkapi tempat untuk berlutut supaya umat dapat mengikuti tata cara liturgi ibadah yang sudah ditetapkan.

2. Ruang Koor (Lantai 2)

Lantai 2 difungsikan sebagai tempat organis dan paduan suara. Sebuah tangga kayu dengan lebar 80 cm berfungsi sebagai jalan menuju ruang koor yang tingginya 4 m dari lantai ruang utama. Konstruksi terbuat dari tiang dan papan dengan pagar keliling yang berhimpit pada tiang utama dan bertumpu pada gelagar bersusun.

Ruang koor berdenah persegi dengan. Daya tampung ideal mencapai 30 orang dari ruang ini terdapat tangga kayu non permanen menuju ke ruang menara.

3. Panti Imam

Panti Imam merupakan ruang suci, pusat aktivitas peribadatan. Dalam ruang ini terdapat meja altar, 3 mimbar, tabernakel, dan tempat devosi (penghormatan) kepada Bunda Maria. Ruang ini terletak lebih tinggi dari tempat umat yang dicirikan dengan adanya peninggian lantai. Upaya peninggian lantai ini dilakukan dengan tujuan dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam ruang dan dapat memberi karakter yang dapat memperjelas sifat ruang. Dengan adanya perbedaan ketinggian lantai Panti Imam ini serta material pada bangunan gereja dapat memberikan kesan khidmat. Sedangkan untuk menjadikan ruangan tampak agung dapat menggunakan warna formal.

4. Sakristi

Sakristi adalah ruangan yang digunakan untuk mengenakan pakaian liturgi bagi imam, asisten imam, lektor, pemazmur, dan misdinar (putra altar).

 

Informasi tersebut memiliki hak cipta apabila ingin mengutip mohon disertakan sumber dari data tersebut terima kasih …

SALAM BUDAYA “)