Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa tempat di Kabupaten Kutai Barat pada tanggal 19 – 25 Maret 2018. Sosialisasi Cagar Budaya dilaksanakan di beberapa lokasi di Kabupaten Kutai Barat, dengan sasaran kegiatan yakni sekolah dan masyarakat umum. Pemutaran di sekolah yakni di SDN 001 Sendawar tanggal , SMPN 1 Sendawar, SMPN 2 Sendawar. Sedangkan pemutaran di masyarakat umum dilksanakan di Kelurahan Simpang Raya dan Kelurahan Barong Tongkok.
- Pemutaran Film di SDN 001 Sendawar
Jumlah siswa/siswi yang ikut menyaksikan pemutaran film adalah 225 orang dengan film yang diputar adalah Sekolah Rimba:
Film tersebut menceritakan tenang seorang perempuan bernama Butet Manurung yang diperankan oleh (Prisia Nasution). Bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi selama hampir 3 tahun. Disinilah ia telah menemukan cita-cita dalam hidupnya yaitu mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak – anak suku anak dalam atau yang lebih dikenal sebagai Orang Rimba. Suku ini tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Suatu hari Butet terkena penyakit malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Anak itu bernama Nyungsang Bungo. Ia berasal dari Hilir sungai Makekal, yang berjarak sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Secara sembunyi-sembunyi, Bungo telah lama memperhatikan cara Butet mengajar membaca. Ia membawa kertas perjanjian yang telah di ‘cap jempol’ oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang-orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka.
- Pemutaran Film di SMPN 1 Sendawar
Jumlah siswa/siswi yang ikut menyaksikan pemutaran film adalah 245 orang dengan film yang diputar adalah Sekolah Rimba:
Film tersebut menceritakan tenang seorang perempuan bernama Butet Manurung yang diperankan oleh (Prisia Nasution). Bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi selama hampir 3 tahun. Disinilah ia telah menemukan cita-cita dalam hidupnya yaitu mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak – anak suku anak dalam atau yang lebih dikenal sebagai Orang Rimba. Suku ini tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Suatu hari Butet terkena penyakit malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Anak itu bernama Nyungsang Bungo. Ia berasal dari Hilir sungai Makekal, yang berjarak sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Secara sembunyi-sembunyi, Bungo telah lama memperhatikan cara Butet mengajar membaca. Ia membawa kertas perjanjian yang telah di ‘cap jempol’ oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang-orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka.
- Pemutaran Film di SMPN 2 Sendawar
Jumlah siswa/siswi yang ikut menyaksikan pemutaran film adalah 501 orang dengan film yang diputar adalah Sekolah Rimba dan Aku Cinta Indonesia:
Film Sekolah Rimba tersebut menceritakan tenang seorang perempuan bernama Butet Manurung yang diperankan oleh (Prisia Nasution). Bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi selama hampir 3 tahun. Disinilah ia telah menemukan cita-cita dalam hidupnya yaitu mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak – anak suku anak dalam atau yang lebih dikenal sebagai Orang Rimba. Suku ini tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Suatu hari Butet terkena penyakit malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Anak itu bernama Nyungsang Bungo. Ia berasal dari Hilir sungai Makekal, yang berjarak sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Secara sembunyi-sembunyi, Bungo telah lama memperhatikan cara Butet mengajar membaca. Ia membawa kertas perjanjian yang telah di ‘cap jempol’ oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang-orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka.
Film Kau dan Aku Cinta Indonesia:
Kau & ACI berkisah tentang 3 pelajar, Andi, Cahaya dan Ian (ACI) yang dipertemukan di sebuah desa yang dikelilingi oleh pemandangan dua gunung dengan satu jalan yang menghilang ditengah-tengahnya. Andi dan Ian yang sudah bersahabat sebelumnya didatangi oleh seorang murid pindahan dari Jakarta bernama Cahaya. Pertemuan mereka bertiga bukan hanya mengenai cinta dan persahabatan, namun juga mengenai kecintaan akan musik dan budaya yang mereka punya. Melewati sebuah proses yang panjang, mereka bertiga harus bersatu dengan Tiwi, Nanda, Bagas, Ichsan beserta teman-teman sekelas lainnya. Mereka sedang membentuk sebuah kelompok musik dengan paduan suara yang dipadu dengan koreografi tarian tradisional dan irama alat-alat musik tradisional Indonesia.
- Pemutaran Film di Kelurahan Simpang Raya
Jumlah penonton yang ikut menyaksikan pemutaran film adalah 96 orang, dengan film yang diputar adalah Tanah Surga Katanya:
Tanah surga katanya Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965 hidup dengan kesendiriannya. Setelah istri tercintanya meninggal, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda Haris dan dua orang anak Haris bernama Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia Malaysia membuat persoalan tersendiri, karena masih didominasi oleh keterbelakangan dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang setengah mati untuk mempertahankan hidup mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan loyalitasnya pada bangsa dan Negara membuat Hasyim bertahan tinggal.
Haris anak Hasyim, memilih hidup di Malaysia karena menurutnya Malaysia jauh lebih memberi harapan bagi masa depannya. Dia juga bermaksud mengajak seluruh keluarga pindah ke Malaysia termasuk bapaknya. Astuti, seorang guru sekolah dasar di kota datang tanpa direncanakannya. Ia mengajar di sekolah yang hampir rubuh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang dr. Anwar, seorang dokter muda datang ke daerah itu, karena tidak mampu bersaing sebagai dokter professional di kota. Salman dan Salina gembira hatinya karna kedatangan guru Astuti dan dr. Anwar, yang oleh penduduk dikenal dengan sebutan dokter intel.
- Pemutaran Film di Kelurahan Barong Tongkok.
Jumlah penonton yang ikut menyaksikan pemutaran film adalah 162 orang, dengan film yang diputar adalah Jenderal Kancil:
SD Lentera Hati di hebohkan dengan gerakan yang dipimpin Guntur (Adam Xavier), melakukan misi penyerbuan ke sarang preman-preman tengik (Peppy, Jimmy upstairs, Malauw). Dari sanalah Guntur diberi Gelar Sang Jendral Kancil, pemimpin yang cerdik sekaligus pahlawan oleh anak-anak SD Lentera Hati. Namun tidak halnya dengan Guru-Guru. Bu Sinaga, Pak Purwanto dan gerombolan mereka malah memvonis Guntur adalah biang keonaran dan penyulut tawuran. Belum lagi masalah selesai, Kelompok Rogus yang tak senang dengan keberhasilan sang Jendral, membuat gerakan yang menjebak sang Jendral. Kekisruhan lokal semakin membengkak; setelah kehadiran Ratu Pelangi, si bintang Cantik dan pintar serta baik hati di sekolah, membuat kubu anak-anak perempuan menentang kubu Jendral Kancil sebagai pemimpin. Cobaan tidak itu saja, SD Lentera hati tambah lagi mengalami kekisruhan dengan teror-teror dari gerombolan Mafia Italia, yang mengincar sesuatu yang terpendam di balik SD Lentera hati. Guntur bahu membahu menghadapi dengan segala akal-akal cerdik dan sifat bijaknya.