Meriam Markoni
Meriam Markoni merupakan peninggalan Jepang. Terletak di Bukit Markoni, Keluraha Damai, Kec. Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan. Perang dunia II yang menjadi latar belakang cagar budaya ini dimulai dengan penyerbuan Jepang ke Balikpapan. Penyerbuan tersebut berakhir dengan kemenangan Jepang pada 23 Januari 1942 atas Hindia Belanda di Balikpapan yang menyebabkan pengalihan kekuasan dari Hindia Belanda ke Jepang. Sejak saat itu pembangunan sarana pertahanan oleh Jepang di daerah Balikpapan mengalami perkembangan yang pesat. Sarana pertahanan tersebut dibangun di daerah‐daerah yang penting terutama untuk mempertahankan sumber minyak yang terdapat di Kota Balikpapan.
Lokasi meriam berada pada puncak bukit dan menghadap langsung ke arah Selat Makassar. Masyarakat sekitar menamakan area perairan tesebut sebagai Boy I, sebuah area yang dijadikan tempat kapal untuk melakukan maneuver perputaran arah bila menuju ke arah Teluk Balikpapan. Dengan kondisi tersebut maka setiap kapal yangakan memasuki Teluk Balikpapan akan dengan mudah diawasi dan dipantau oleh keberadaan meriam.
Meriam Markoni adalah contoh dari meriam pantai yang berfungsi untuk mempertahankan wilayah pantai dari pendaratan tentara musuh. Pendaratan ini biasanya menggunakan jenis kapal landing ship tank, landing craft tank dan tank amphibi. Fungsi meriam pantai adalah untuk menenggelamkan/menghancurkan kapal pengangkut pasukan dan tank amphibi sebelum mencapai pantai.
Meriam Markoni berlaras tunggal dengan diameter lubang di ujung meriam 15 cm dan diameter ujung meriam 28 cm. Terdapat pelindung meriam di bagian pangkal. Kondisinya masih tertimbun sebagian dalam tanah. Meriam ini terletak pada dudukan beton. Terdapat ruangan semi permanen dari kayu ulin sebagai bunker dengan kondisi masih insitu dan telah hilang sebagian. Kondisi meriam dan bunker sebagian masih tertutup tanah.