You are currently viewing Wagiyo, Berbekal disiplin, teliti dan telaten

Wagiyo, Berbekal disiplin, teliti dan telaten

Sebagian besar candi di Jawa Tengah saat ditemukan dalam keadaan runtuh. Penyebab runtuhnya candi-candi ini antara lain bencana alama dan telah ditinggalkan lama oleh manusia. Untuk mengembalikan kembali bentuk arsitektur candi dibutuhkan kegiatan bernama pemugaran.

Pemugaran sebuah candi merupakan kegiatan yang bukan saja membutuhkan kecermatan luar biasa melainkan juga membutuhkan niat dan keiklasan. Banyak tokoh-tokoh yang terlibat dalam kegiatan pemugaran yang mencurahkan tenaga dan pikiran demi mendirikan kembali candi yang telah runtuh. Salah tokoh yang memegang pernana vital adalah pencari batu. Banyak cerita menarik yang dapat digali dari para pencari batu ini dan bahkan terdamh cerita-cerita ini menginspirasi.

Wagiyo pertama kali bekerja di pemugaran mulai tahun  1977. Ia baru diangkat sebagai PNS pada tahun 1979. Saat itu, Wagiyo bertugas di BPCB Yogyakarta. Baru pada tahun 1982, ia mengalami mutasi pegawai ke Jawa Tengah. Sebagai pencari batu, ia harus bisa membedakan perbedaan antar ornamen bangunan candi. Dalam profesinya sebagai pencari batu candi, Wagiyo tidak melakukan ritual khusus secara rutin. Namun, saat ditugaskan di luar kawasan Candi Sewu ia akan bertanya dengan sesepuh dan masyarakat di sekitar lokasi pemugaran untuk ritual yang biasa dilakukan. Wagiyo lebih menyesuaikan keadaan di lokasi agar saat ia bekerja di berikan kelancaran.

Karena mencari batu bukanlah hal yang mudah, maka diperlukan sikap disiplin, teliti dan telaten. Apabila ingin bisa sebagai pencari harus mempunyai niat untuk belajar dan dorongan dari hati. Saat bekerja, tak jarang pikirannya tentang batu terbawa saat jam istirahat bahkan sampai rumah. Ia menyatakan bahwa pencari batu berbeda dengan profesi lainnya di lapangan. Pada jam 10.00 sampai jam 11.00 siang, ia harus mencari batu dibawah teriknya matahari. Dengan kegiatan barunya setelah purna tugas sebagai PNS di BPCB Jawa Tengah tanggal 28 Oktober 2015, ia selalu menyempatkan untuk mengunjungi rekannya yang masih bekerja di pemugaran. Saat kunjungan itu, hal pertama yang ia cari pasti pencari batu. Pria yang tamat pendidikan di Sekolah Teknik/setara dengan SMP jurusan bangunan ini, sangat menyayangkan apabila pencari batu ini akan kehilangan generasi penerusnya.