You are currently viewing Seni Kriya Kuno (3), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Seni Kriya Kuno (3), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Pada seni kriya Terdapat trasformasi seni dari makna praktis ke makna estetis dan simbolis. Transformasi tersebut tidak dapat dijelaskan secara korologis, tetapi dapat ditelusuri melalui latar belakang penciptaan sebuah benda. Apabila tujuan utama diciptakannya sebuah benda adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka benda tersebut mempunyai makna praktis. Demikin juga halnya dengan mempunyai makna estetis dan simbolis. Hal ini dapat lebih jelas apabila dilihat melalui contoh berikut. Tujuan utama pembuatan peralatan gerabah adalah untuk memasak, sehingga gerabah mempunyai fungsi praktis. Dengan demikian, yang diutamakan sebenarnya adalah aspek fungsionalnya. Namun apabila diamati, ternyata bentuk-bentuk gerabah cenderung didominasi unsur garis lengkung, sehingga menghasilakan bentuk wadah membukat yang berkaitan dengan makna estetis daripada makna praktisnya. Terlebih lagi apabila kemudian gerabah tersebut dikerjakan dengan penyelesaian yang halus dan diberi berbagai macam dekorasi. Makna simbolis gerabah dapat ditunjukan dari penggunaannya, misalnya bentuknya sama tetapi digunakan untuk bekal kubur atau untuk perlengkapan upacara. Melalui contoh tersebut berarti sebuah benda dapat memiliki lebih dari satu makna, misalnya makna praktis dan simbolis, makna praktis dan estetis, atau makna estetis dan simbolis. 

Keberadaan makna ganda dalam sebuah benda didasari pada kenyataan bahwa karya manusia yang pertama kali dihasilkan adalaha perangkat untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi, karena manusia adalah homo esteticus dan homo simbolicus maka sangat dimungkinkan bahwa di dalam setiap ciptaannya sekaligus terkandung makna estetis dan simbolis. Terlebih lagi bahwa kenyataan manusia tidak puas hanya menciptakan benda untuk memenuhi fungsi praktisnya saja.