You are currently viewing Selayang Pandang Peninggalan Arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu (Bagian II)

Selayang Pandang Peninggalan Arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu (Bagian II)

Pada kisaran abad IX -X Masehi di Pulau Jawa Bagian Tengah, daerah Prambanan dan sekitarnya perkembangan agama Hindu dan Budha sedang mencapai kejayaannya. Bentuk bangunan suci keagamaan ketika datangnya pengaruh India, diawali dengan mengacu kepada konsep asli India meskipun terlihat upaya penyesuaian dengan karakter lokal. Pada perkembangannya bangunan suci didirikan dengan mengambil konsep kepercayaan asli. Hal ini terlihat jelas pada bangunan suci yang bergaya Jawa Timur, terutama yang didirikan di lereng Gunung Penanggungan.
Di wilayah administrasi Jawa Tengah, bangunan suci gaya Jawa Timur tersebut sampai saat ini hanya dapat ditemukan di lereng barat Gunung Lawu. Secara keruangan, bangunan suci di kawasan ini menerapkan adanya pembagian halaman berteras. Pembagian halaman menjadi teras-teras dengan ruang paling suci pada halaman paling belakang atau tertinggi, sesuai dengan pola halaman candi di Jawa Timur atau pembagian halaman pura di Bali. Candi Sukuh, Candi Planggatan, dan Candi Cetha merupakan contoh nyata bentuk bangunan berteras yang berlatar belakang agama Hindu.

Prasasti yang terdapat di Candi Sukuh juga memperkuat masa pendirian candi tersebut sekitar abad XV Masehi atau dibangun pada periode Majapahit akhir, yaitu antara tahun 1416 – 1459 Masehi. Perkiraan pendirian candi itu didasarkan pada prasasti-prasasti yang ada di candi, karena prasasti merupakan salah satu penentu pertanggalan secara absolut. Menarik perhatian bahwa dari struktur prasasti, tidak memuat struktur yang sama dengan prasasti masa Jawa Kuno, misalnya tidak menjunjung tinggi dewa tertentu. Selain perbedaan itu, aspek bahasa yang digunakan juga menunjukkan perbedaan, karena bahasa yang digunakan adalah sederhana. Artinya tidak mengikuti kaidah baku bahasa Jawa Kuno. Bahasa yang digunakan diperkirakan bahasa Jawa Tengahah.

Lingkungan sebagai tempat mendirikan bangunan suci keagamaan harus memenuhi syarat tertentu, salah satunya adalah tanah subur. Lereng sebuah gunung yang dahulu aktif, tentunya tanah di sekitar Gunung Lawu sangat subur, terbukti hingga saat ini berbagai jenis tanaman endemik, seperti manisrejo, liwung, parijoto, palem jawar, palem piji, gaharu, cendana, dan cemara gunung masih tumbuh. Lingkungan masa lalu Gunung Lawu dapat dilihat melalui tanaman yang dipahatkan pada relief cerita. Tanaman yang ada di antaranya jenis-jenis palem di antaranya kelapa. Tanaman lain yang sementara ini dapat diidentifikasi adalah kelapa dan nangka (Buku Peninggalan Arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu).