You are currently viewing Perkembangan Tinggalan Tertulis (Bagian VII), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Perkembangan Tinggalan Tertulis (Bagian VII), Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Dari segi media yang digunakan, prasasti-prasasti yang ditemukan di wilayah Jawa Tengah menunjukan variasi bahan, tetdiri atas batu, logam kayu, dan tanah liat. Bentuknya pun sangat bervariasi, mulai dari yang berupa bongkahan batu asli dari aliran larva gunung api, batu yang dibentuk seperti lingga atau patok  batu datar polos tanpa hiasan, batu datar berbentuk kurung kurawal dibagian atasnya, berentuk nisan kubur, dan batu yang dibentuk seperti pigura foto. Meskipun belum ditemukan petunjuk tentang proses dan teknik pembuatannya, tetapi mengingat pentingnya kedudukan prasasti bagi masyarakat pada masa itu, maka sangat dimungkinkan penulisannya memerlukan sebuah proses yang tidak sembarangan.

Prasasti – prasasti logam menggunaan lempengan emas, perak, perunggu, dan tembaga. Pada umumnya prasasti logam berbentuk lempengan tipis dengan ukuran bervariasi. Tebal lempengan antara 1-2 milimeter dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan panjang 30 cm. Teknik penulisannya menggunakan banda tajam untuk menggoreskan huruf maupun gambar tertentu pada permukaan logam. Prasasti lempengan emas biasanya ditanam bersama-sama Pripih, baik yang ditanam dalam di luar candi. Contoh prasasti yang ditanam bersama Pripih ditemukan di kompleks Candi Plaosan Lor (Klaten). Prasasti yang berupa mantra yang ditulis di atas lembaran logam emas atau perak juga sering dijumpai pada rongga di bawah padmasana atau lapik arca logam, misalnya ditemukan pada arca-arca Rejoso (Klaten). (Foto: Candi Plaosan)