PENGAWASAN KEGIATAN PEMUGARAN BANGUNAN PARASEDYA DAN BEDAYAN KARATON KASUNANAN SURAKARTA KOTA SURAKARTA TAHUN 2013

Latar Belakang

(BPCB Jateng) Bangunan Parasedya dan Bedayan merupakan salah satu bagian dari Kompleks Karaton Kasunanan Surakarta. Lokasi tersebut berada di sebelah barat Bangunan Sasana Sewaka. Menurut RM. Sajid dalam “Babad Sala”, menyebutkan bahwa Sasana Sewaka merupakan Pendapa Ageng yang menghadap ke timur sebagai tempat duduk raja setiap hari Senin dan Kamis untuk semedi kepada Tuhan Yang Maha Esa guna memohon keselamatan negara dan rakyatnya, agar murah sandang pangan, terbebas dari penyakit serta dijauhkan dari bahaya. Hal tersebut berlangsung sampai Sinuwun Paku Buwana XI. Sementara menurut Drs. Radjiman dalam “Toponimi Kota Surakarta dan Awal Berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat”(2002), menyebutkan bahwa Sasana Sewaka merupakan sebutan untuk Pendapa. Bangunan berbentuk Joglo Pangrawit menghadap ke timur. Didirikan pada tahun 1698 Jawa atau 1771 Masehi. Merupakan tempat duduk  Raja di hadap oleh para Abdi Dalem Lebet. Juga merupakan tempat memohon berkat kepada Tuhan. Juga merupakan tempat pagelaran Tari Bedaya Ketawang (tarian sacral kerajaan) dan tari Srimpi pada saat tertentu. Di sekeliling Sasana Sewaka terdapat teras yang dinamakan “Pangrawit”.

Sementara itu Bangunan Parasedya dan Bedayan terletak di sebelah barat Pendapa Ageng Sasana Sewaka. RM Sajid menyebutkan bahwa Parasedya disebut juga “Paringgit”, yaitu tempat duduk Raja bila sedang menikmati “ringgit wacucal” (pegelaran wayang) untuk menjamu tamu. Tempat tersebut juga digunakan untuk menemui tamu tidak resmi. Sedangkan menurut Drs. Radjiman menyebutkan bahwa Sasana Parasedya merupakan nama bagi “pringgitan”. Bangunan berbentuk joglo kepuhan jubungan (tanpa teras) membujur arah utara-selatan. Merupakan tempat duduk raja menyaksikan Pagelaran wanyang kulit. Pada zaman Sunan Paku Buwana X digunakan sebagai tempat menemui tamu tidak resmi / tamu pribadi.

Pada tahun anggaran 2013 bangunan tersebut dipugar oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang pelaksanaannya telah dilakukan oleh CV Al Akbar Sukoharjo dengan pengawasan oleh konsultan dengan unsur terkait diantaranya dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Kawasan Karaton Kasunanan Surakarta termasuk di dalamnya Bangunan Parasedya dan Bedayan merupakan Cagar Budaya dengan Surat Keterangan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dengan Nomor SK PM.03/PW.007/MKP/2010 tertanggal 8 Januari 2010. Dengan demikian upaya pelestariannya harus mengacu kepada Undang-undang No. 11 Tahun 2010 serta peraturan-peraturan lain yang sejalan.

Perbaikan Bangunan Parasedya dan Bedayan ini dengan sasaran bagian atap. Penutup atap yang terbuat dari bahan sirap telah lapuk dan terjadi kebocoran. maka perlu dilakukan perbaikan dengan mengganti bahan sirap dengan bahan hardflex dan kegiatan lain yang terkait sehingga diharapkan bangunan lebih tahan lama (lestari).

Sedangkan atap sirap yang masih bagus nantinya akan dimanfaatkan untuk mengganti sirap Bangunan Maligi yang telah lapuk. Bangunan Maligi sendiri oleh RM Sajid dijelaskan sebagai “topeng”nya Sasana Sewaka. Sedang Drs Radjiman menyebutkan bahwa bangunan tersebut dibangun berbentuk “bangsal limasan jubungan” (tanpa teras) dengan 8 (delapan) buah tanpa “ander” yang dibangun pada tahun  1882 masehi. Bangunan tersebut digunakan sebagai tempat khitan putra raja.

 

Pelaksanaan Kegiatan di Lapangan

Pelaksanaan fisik di lapangan dilakukan oleh fihak ke tiga (jasa konstruksi) CV Al Akbar Sukoharjo dengan pengawas lapangan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah. Pengawas Lapangan bertugas pengawasan Teknis Arkeologis di lapangan sebagaimana Surat Permintaan dari Satker SNVT Penataan Bangunan dan Lingkungan Jawa Tengah kepada Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

 

Teknis Pelaksanaan

Pekerjaan Pemugaran Bangunan Parasedya dan Bedayan Karaton Kasunanan Surakarta dengan sasaran utama adalah bagian atap dan melakukan konservasi kayu. Penutup sirat terbuat dari bahan kayu jati dengan ukuran tebal 3 Cm, lebar 23 Cm dan panjang 50 Cm. Sirap tersebut dibuat pada tahun 1985 pasca musibah kebakaran Karaton Kasunanan Surakarta. namun demikian kondisi sirap tersebut telah banyak yang lapuk sehingga menyebabkan kebocoran.

Akibat kebocoran tersebut dapat merusak komponen-komponen lain dan mengganggu pemanfaatannya. Untuk dilakukan penggantian sirap kayu jati dengan kualitas yang sama seperti semula diperlukan biaya yang mahal dan sulit di dapat. Di samping itu mengingat sirap di bangunan Sasana Sewaka dan sekitarnya, termasuk Bangunan Parasedya dan Bedayan merupakan atap sirap dengan bahan kayu jati yang telah dilakukan penggantian dengan bahan dan bentuk seperti semula pada tahun 1985, pasca kebakaran di Kasunanan Surakarta. Oleh karena itu diizinkan untuk mengganti bahan sirap dengan hardfleks.

Adapun jenis pekerjaan meliputi:

  1. Pembongkaran

Teknis pembongkaran diawasi dan didokumentasi dengan baik. Hasil pembongkaran sirap diseleksi terlebih dahulu. Sirap yang masih baik dimanfaatkan untuk mengganti sirap di Bangunan Maligi yang terletak di sebelah timur Sasana Sewaka. Atap sirap yang terpasang di Bangunan Maligi beberapa juga telah mengalami pelapukan, sehingga perlu diganti pula dengan memanfaatka sisa sirap Bangunan Parasedya dan Bedayan yang masih baik.

  1. Konservasi
    1. Treatment kerangka atap dengan anti rayap
    2. Melakukan Heralisasi tanah dasar lantai dengan cara atau pengeboran lantai untuk memasukkan bahan anti rayap dengan cara injeksi.
    3. Coating talang dan kerangka baja
    4. Perbaikan lampu gantung yang terbuat dari Kristal.
    5. Pemasangan
      1. Pemasangan penutup atap dengan bahan hardfleks terlebih dahulu dilakukan pemasagan lapisan seng aluminium di atas guna menghindari kebocoran apabila sirap rusak.
      2. Penggantian seluruh reng

       

     

Kesimpulan dan Saran

Selama dilaksanakan pembongkaran, konservasi hingga pemasangan atap secara arsitektural dan konstruksional tidak merubah bentuk dan tidak melanggar prinsip-prinsip pelestarianUntuk pemugaran lanjutan Bangunan Pakubuwanan sebaiknya dilakukan Kajian Teknis Arkeologis secara mendetail terlebih dahulu