You are currently viewing “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian XVIII Tugu Muda

“Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian XVIII Tugu Muda

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah pada tahun 2019 kembali menerbitkan sebuah buku. Buku ini berjudul “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah”. Buku ini diterbitkan guna memeberikan informasi singkat tentang cagar budaya peringkat nasional berupa bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Buku ini diterbitkan dalam dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Halaman-halaman pada buku ini banyak dipenuhi dengan foto-foto yang diharapkankan dapat menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.

Buku “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian buku ini telah dikirim kepada sekolah, dinas, dan perpustakaan yang telah ditunjuk. Pada saat Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah mengadakan even, buku ini juga akan dibawa dan dibagikan. Bagi sekolah ataupun perpustakaan yang menginginkan buku ini, dapat mengajukan permohonan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah melalui Surat. Bagi masyarakat yang ingin membac secara online juga dapat membaca melalui laman kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng karena materi buku ini akan diunggah bagian perbagian. Selamat membaca.

Demi mengenang pengorbanan rakyat dalam Pertempuran Lima Hari, sebuah tugu dibangun di tengah alun-alun Semarang. Gubenur Jawa Tengah saat itu, Mr. Wongsonegoro meletakkan batu pertama pembangunan tugu yang diberi nama Tugu Muda pada 28 Oktober 1945. Namun, tugu tersebut tidak lama berdiri. Tugu ini dibongkar oleh tentara Belanda yang tergabung dalam NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie) dan RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees). Tugu yang baru ini dibangun di simpang lima yang berada di depan kantor Divisi Diponegoro. Simpang ini di masa kolonial merupakan bekas lahan Taman Wilhelmina.

A monument was built in the middle of the Semarang square to commemorate the victims of the Five Days Battle. The former Central Java Governor, Mr. Wongsonegoro laid the first stone in the construction of a monument named Tugu Muda on October 28, 1945. However, the monument did not remain longer. The monument was demolished by Dutch soldiers who were members of NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie) and RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees). This new monument was built at the intersection of five in front of the Diponegoro Division office. This intersection in the colonial period was the former land of Wilhelmina Park.