You are currently viewing Akulturasi Budaya: Masjid Menara Kudus Sebagai Warisan Cagar Budaya Islam

Akulturasi Budaya: Masjid Menara Kudus Sebagai Warisan Cagar Budaya Islam

Perlu anda ketahui bahwa Kudus merupakan nama kota di Jawa yang mengadopsi bahasa arab di dalam pelafalan katanya.[1] Kata Al-Quds dalam bahasa arab mempunyai arti Tempat Suci. Penamaan tempat ini diberikan langsung oleh Sunan Kudus yang nama aslinya adalah Ja’far Shadiq. Karena nama wilayah tersebut sebelumnya, dikutip dalam buku Seni Budaya dan Warisan Indonesia: Arsitektur jilid 9 adalah Tajug yang merupakan bentuk atap kuno yang digunakan untuk tujuan keramat.[2] Maka untuk itulah Sunan Kudus mempertimbangkan untuk menyatakan tempat ini sebagai tempat suci.

Jika mengunjungi Kota Kudus rasanya tidak lengkap kalau belum berkunjung ke Masjid Menara Kudus. Mengapa demikian? Karena disitu kita bisa melihat bangunan cagar budaya hasil peninggalan masa kebudayaan islam yang masih ada. Dimana bangunan tersebut mempunyai bentuk arsitektur hasil akulturasi dengan kebudayaan Hindu-Jawa. Disana kita akan menemukan bangunan cagar budaya berupa masjid, menara masjid, gapura bentar, gapura paduraksa dan makam Sunan Kudus.

Ketika memasuki kedalam masjid, pengunjung akan melewati sebuah gapura berbentuk candi bentar disamping kanan dan kiri yang menghubungkan langsung dengan pagar keliling kompleks masjid. Selain itu juga, terdapat gapura berbentuk paduraksa yang terdapat di serambi masjid dan di halaman utama masjid. Dulu gapura paduraksa mempunyai fungsi sebagai pintu masuk menuju halaman serambi dan halaman utama masjid. Namun keberadaanya sekarang ditutup dan tidak berfungsi seperti dahulu. Karena adanya perluasan masjid menara kudus pada tahun 1933, sehingga bagian asli masjid ada yang hilang mapun berubah.

Masjid Menara Kudus mempunyai lima pintu dibagian sebelah kanan, dan lima pintu bagian sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada empat buah. Pintu besar terdiri dari lima buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada delapan buah. Dibagian dalam masjid terdapat kolam masjid, kolam yang disebut dengan padasan tersebut merupakan peninggalan kuno dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Menurut prasasti berbahasa Arab yang ada di atas mihrab, menunjukan bahwa masjid dibangun pada tahun 956 H atau 1549 Masehi.[3]

Harus anda ketahui bahwa arsitektur di masjid menara kudus sangat unik. Karena biasanya masjid di jawa tidak mempunyai menara. Hal ini berbeda dengan masjid menara kudus yang terdapat menara didepan samping kanan. Menara ini dibuat dari batu bata merah yang dibuat dengan menggunakan teknik kosod. Kemudian dibagian sisinya terdapat hiasan yang terbuat dari keramik cina. Selanjutnya, diatas menara terdapat ruangan yang dapat dinaiki dengan tangga. Atap ruangan bangunan terbuat dari kayu dan terdapat beduk yang diikatkan dengan salah satu balok kayu atap.  Menara Kudus pada awalnya bukan merupakan bangunan menara melaikan bangunan menyerupai candi seperti seperti bentuk kulkul yang ada di Bali.[4]

Berdasarkan (NO REGNAS RNCB.19990325.04.000294 dan SK Menteri SK Menteri No049/M/1999, SK Menteri No111/M/2018)[5] Masjid Al-Aqsa atau populer dengan sebutan Masjid Menara Kudus ditetapkan menjadi Cagar Budaya kategori Situs Tingkat Nasional. Oleh karenanya perlu dilakukan konservasi atau pelestarian Cagar Budaya agar keberadaanya tetap lestari bagi generasi selanjutnya. Diharapkan keberadaan Cagar Budaya ini juga dapat menjadi identitas jadi diri bangsa. Ditambah dengan keunikan arsitektur dari bangunan ini sebagai bentuk warisan budaya islam di Nusantara. (Penulis: Veron Maricho, Mahasiswa Jurusan Sejarah, UNNES)

[1] Yulianto Sumalyo, Arsitektur Masjid Dan Monumen Sejarah Muslim, 2000, (Yogyakarta: UGM Press), Hal 511

[2] Buku Seni Budaya dan Warisan Indonesia: Arsitektur jilid 9, hal 65

[3] Sumijati Atmosudiro, dkk,“Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya”. Diterbitkan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Tengah dan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Hal 63-64

[4] Uka Tjandrasasmitra dalam buku “Indonesia Dalam Sejarah: Kedatangan dan Peradaban Islam”. (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012), Hal 286

[5] https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2016051600003/komplek-peninggalan-sunan-kudus Di Akses pada 1 Oktober 2019