Situs Citaman – Batu Goong

Situs Citaman

Terletak sekitar 500 m arah barat daya dari Situs Batu Goong terdapat kumpulan kolam yang dikenal sebagai Situs Citaman. situs ini merupakan mata air dan kolam dengan berbagai ukuran dan bentuk. Keberadaan kolam-kolam tersebut di duga sebagai tempat awal mensucikan diri sebelum ritual keagamaan berlangsung diatas bukit tempat Batu Goong berada. Hal tersebut di buktikan dengan ditemukan beberapa artefak yang terbuat dari bahan batu misalnya batu bergores (batu asah), batu berlubang, batu pipisan, batu dakon, batu datar, baik di sekitar kolam, ataupun di dalam air. Temuan temuan tersebut sekarang tersimpan di rumah informasi Situs Citaman, selain rumah informasi disekeliling kolam juga berdiri beberapa bangunan semi permanen untuk menunjang kebutuhan para pengunjung. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat di kompleks ini sebenernya terdapat Sembilan kolam yang memiliki nama berbeda, yaitu:

  1. Kolam Cipanggitikan

Kolam Cipanggitikan terletak di sebelah barat kaki bukit Kaduguling., kondisi kolam sudah ditutup dengan konstruksi beton. Adapun untuk luas kolam sendiri tidak bisa dilakukan pengukuran mengingat semua permukaan kolam tertutup coran beton. Bentuk konstruksi kolam persegi empat dengan ukuran 4 meter x 5.86 meter. Tinggi debit air kolam yaitu setinggi 80 cm, pengukuran dilakukan dengan cara memasukan meteran kedalam kolam sampai permukaan atas air. Bedasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar lahan kolam ini dimiliki oleh PDAM Kabupaten Pandeglang, dan airnya digunakan sebagai bahan pasokan bagi PDAM Pandeglang.

2. Kolam Cikajayaan

Kolam Cikajayaan terletak di sebelah barat daya kolam cipanggitikan, memiliki denah persegi empat dengan ukuran luas 3,8 meter x 3.8 meter, pada tepian kolam dibatasi oleh batuan berukuran kecil. Berdasarkan penuturan juru pelihara Citaman, air Kolam Cikajayaan (air kejayaan) dipercaya bisa membawa keberhasilan bagi orang yang mandi dikolam tersebut. Walaupun berukuran kecil, kolam ini memiliki air yang jernih dengan debit ketinggian air 53 cm. Susana di kolam ini sangat teduh mengingat disekililingnya ditumbuhi tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).

3. Kolam Cikaapeusan

Kolam Cikaapeusan (dalam bahasa Indonesia berarti air kesialan) terletak sekitar 10 meter dari kolam Cikajayaan. Kolam ini dipercaya untuk membuang sial bagi siapapun yang mandi dikolam ini, sekarang keadaan kolam sudah tertutup coran beton sama dengan kolam Cipanggitikan. Bentuk konstruksi beton persegi empat dengan ukuran 4.80 meter x 5.30 meter dan tinggi coran 70 cm. Tinggi debit air kolam yaitu setinggi 44 cm.

4. Kolam Cikapangantenan

Kolam Cikapangantenan (dalam bahasa Indonesia berarti air pernikahan), dinamakan demikian karena dipercaya kalau ingin mendapatkan jodoh harus mandi dengan air di kolam ini. Cipangantenan posisinya berada di pinggir jalan menuju situs Batu Goong, berjarak sekitar 8 meter dari kolam Cikaapeusan, berada di sebelah baratnya. Kolam ini memiliki denah seperti huruf L, dengan ukuran luas 3,54 meter x 2,90 meter adapun debit ketinggian airnya 44 cm. Ukuran kolam ini tergolong sangat kecil dan hanya dibatasi oleh batu andesit disekelilingnya, walaupun begitu kolam ini memiliki mata air sendiri sehingga airnya sangat jernih. Sumber mata air dari Cikapangentenan ini mengalir langsung ke kolam yang lebih besar (Citaman).

5. Kolam Cikapaliasan

Kolam Cikapaliasan, dinamakan demikian karena menurut beberapa orang dipercaya siapapun yang mandi dari air kolam ini dia akan terhindar dari marabahaya. Cikapaliasan berasal dari suku kata palias, yang dalam kamus bahasa sunda berarti semoga terhindar dari hal hal yang tidak baik. Kolam ini posisinya di sebalah barat daya dari kolam Cikapangantenan dengan jarak sekitar 6 meter. Kolam memiliki denah seperti trapesium, dengan ukuran luas 34,55 m². Menurut   penuturan juru pelihara Situs Citaman kolam ini dulunya berukuran kecil, kemudian oleh masyarakat di perlebar sampai ukuran yang sekarang. Ketinggian debit air di kolam ini 22 cm, dimana airnya dialirkan langsung ke kolam Citaman yang posisinya berhimpitan.

6. Kolam Cikaputrian

Kolam Cikaputrian merupakan kolam yang paling kecil diantara kolam-kolam lainnya yang terdapat di Kawasan Citaman. Ukuran luas kolam ini hnaya berukuran 2 meter x 2.4 meter atau berukuran 4,8 m². Posisinya di sebalah timur laut dari kolam Cikapaliasan dengan jarak sekitar 7 meter. Ketinggian debit air di kolam ini 30 cm, dengan kondisi air sangat jernih.

7. Kolam Cikahuripan

Kolam Cikahuripan (dalam bahasa Indonesia berarti air kehidupan), posisinya berada di sebelah kiri jalan setapak dekat dengan gerbang masuk menuju Situs Citaman. Sebagai pembatasnya, kolam dikelilingi oleh batuan andesit berukuran kecil, dengan ukuran luas 14,29 m². Kondisi air terlihat sangat jernih sehingga kita bisa melihat langsung dasar kolam, adapun ketinggian debit air 60 cm.

8. Kolam Cikembangan

Kolam Cikembangan (air kembang) memiliki ukuran kecil, ukurannya 2 meter x 4,35 meter atau 8,7 m². Posisinya berjarak 4 meter sebelah barat daya kolam Cikahuripan dan berdempetan langsung dengan kolam Citaman. Kolam ini berada dalam satu pagar yang sama dengan Kolam Citaman. Pagar keliling terbuat dari brc setinggi 90 cm. Berbeda dengan kolam-kolam lainnya, dasar kolam di Cikembangan dipenuhi oleh lumut hijau, dengan tinggi debit air 28 cm.

9. Kolam Citaman

Kolam Citaman terletak pada koordinat 06⁰20’24.5’’ LS – 105⁰55’09.8’’ BT pada ketinggian 175 mdpl.  Kolam ini memiliki ukuran luas keseluruhan 941,58 m² dan merupakan kolam yang memiliki ukuran paling luas diantara delapan kolam lainnya yang terdapat di kompleks ini. Bentuk denah kolam Citaman  persegi enam, disetiap sisinya terdapat batuan kecil yang berfungsi sebagai pembatas kolam dan disekelilingnya sudah dipagari brc setinggi 90 cm. Kolam Citaman terbagi menjadi dua bagian dan dipisahklan oleh batuan andesit berukuran kecil sebagai penyekatnya yang difungsikan juga sebagai jalan akses pengunjung. Menurut penuturan masyarakat setempat satu bagian digunakan untuk kaum laki-laki dan satu bagian lagi untuk kaum perempuan, namun pada saat ini kedua bagian tersebut digunakan baik oleh laki laki maupun perempuan. Pintu akses menuju Kolam Citaman dapat dilalui dari dua arah, yaitu pintu masuk dari sebelah barat dan timur.

Selain memiliki mata air sendiri, kolam Citaman juga memiliki sumber mata air yang berasal dari beberapa sumber mata air diatasnya. Kondisi air sangat jernih, secara visibilitas kita bisa melihat dengan jelas sampai ke dasar kolam. Ketinggian debit air dikolam ini berbeda-beda, kolam sebelah selatan memiliki tinggi 64-70 cm sedangkan kolam sisi selatan memiliki ketinggian debit air yang cukup dalam yaitu sekitar 70-100 cm. Air dari kolam Citaman dialirkan ke kolam disekelilingnya, yang kemudian mengalir langsung ke sungai Cigetir.         

Situs Batu Goong

Situs Batu Goong secara administratif terletak di Kampung Cigadung, Desa Sukasari, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Banten berada pada kordinat 06o20’17,2” LS dan 105o55’18,9” BT dengan ketinggian 215 mdpl. Untuk menuju lokasi situs tidaklah sulit, mengingat lokasinya berdekatan dengan pusat pariwisata Pantai Carita dan Labuan atau berjarak ± 30 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Pandeglang. Dari jalan darat, kita bisa menggunakan kendaraan baik roda empat maupun roda dua. Karena letaknya berada jauh dari jalan raya, dan kendaraan umum yang masih terbatas (jarang) maka disarankan lebih baik menggunakan kendaraan pribadi.

Dinamakan Situs Batu Goong, karena beberapa artefak batu yang ada di kompleks ini memiliki bentuk seperti gamelan/kenong (dalam bahasa sunda Goong), sehingga masyarakat lebih mengenal dan menyebutnya sebagai Batu Goong. Situs ini menempati suatu kawasan perbukitan yang disebut Kaduguling, di bukit ini banyak tumbuh vegetasi tanaman hutan hujan tropis di antaranya, melinjo (gnetum gnemon), jati ambon (Tectonia grandis), waru (Hibiscus teliaceus), mangga (Mangifera indica), bambu (Bambusa vulgaris), tanaman perkebunan masyarakat seperti singkong (Manihot utilissima), kelapa (Cocos nusifera), dan padi (Oriza).  Selain vegetasi tanaman hujan tropis di kawasan situs tumbuh juga tanaman rempah seperti kecombrang/honje (Etlingera elatior), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma longa), kencur (Kaempferia galangal), dan beberapa tanaman rempah lainnya. Ragam vegetasi tersebut merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk keperluan sekunder.

Keberadaan situs Batu Goong mulai diteliti pada tahun 1995 oleh Suaka Peninggalan Sejarah Purbakala, Serang (sekarang BPCB Banten), dengan melakukan kegiatan ekskavasi penyelamatan yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pendataan dan pemetaan lokasi situs pada tahun 1996. Dari hasil kedua kegiatan tersebut disimpulkan bahwa tampak situs Batu Goong adalah punden berundak yang merekayasa bentukan alam. Kemudian baru pada tahun 1997 Balai Arkeologi Bandung melaksanakan kegiatan penelitian dan berlanjut pada tahun 2002 sampai 2009 yang menyimpulkan bahwa peninggalan arkeologis tersebut berasal dari budaya tradisi megalitik, dan merupakan salah satu corak budaya prasejarah yang berkembang menembus kurun waktu sejarah. Kemudian untuk melengkapi data peta dan gambar Kantor BPCB Banten pada tahun 2018 melaksanakan kegiatan pemetaan dan penggambaran di kawasan Situs Batu Goong termasuk Situs Citaman.

Mengacu kepada Djaenuderadjat (2001), menyebut situs Batu Goong sebagai punden berundak yang memanfaatkan beda tinggi permukaan tanah. Punden dibentuk berdasarkan garis kontur bukit Kaduguling yang bertingkat, kemudian beberapa bagian dilakukan pemangkasan sehingga menampakan punden bertingkat dari paling rendah di sisi barat dan makin tinggi di timur Djaenuderadjat (2001). Hasil kegiatan pemetaan yang dilakukan oleh BPCB Banten pada tahun 2018 ikut memperkuat dugaan tersebut, dimana bukit Kaduguling memiliki garis kontur yang berundak. Garis-garis kontur tersebut terlihat dari posisi Citaman ke arah timur laut semakin meninggi membentuk miniatur gunung. Dari hasil pemetaan juga tampak adanya semacam teras-teras yang dibatasi oleh fitur batu dan parit. Batas parit atau batas yang terbuat dari fitur batu sekarang keadaanya sudah tidak bisa dikenali secara jelas mengingat kawasan adalah areal perkebunan aktif yang dikelola oleh masyarakat. Secara keseluruhan areal bukit Kaduguling memiliki luas 2,8 ha.

Di kompleks Batu Goong terdapat beberapa artefak, diantaranya terdapat dua belas (12) batu yang mengelompok dalam sebuah cungkup berukuran 5,3 meter x 5,3 meter. yaitu, terdiri dari satu (1) menhir berdiri di bagian tengah dikelilingi oleh sepuluh (10) batu silinder (palinggih) dengan bidang atasnya rata. Satu (1) artefak berbentuk gong kecil (kenong). Menhir yang berdiri di tengah-tengah nampaknya berfungsi sebagai pusat sedangkan batu batu yang lainnya ditempatkan mengelilingi pusat tersebut, formasi semacam ini lazim disebut formasi “temu gelang” yang banyak djumpai pada masa tradisi megalitik. Selain  12 batu terdapat satu artefak batu yang terletak diluar cungkup namun masih terpendam. Batu-batu tersebut dilindungi oleh pagar keliling berbahan BRC berukuran 11,12 meter x 11, 12 meter dengan tinggi 120 cm. Ukuran batu silinder memiliki diameter relatif sama, yaitu 50 sampai 52 cm, sedangkan tinggi memiliki ukuran yang bervariasi.

Di luar kompleks Batu Goong yang telah diberi pagar keliling, terutama di sebelah barat daya terdapat dua batu yang memiliki bentuk dan ukuran berbeda. Satu batu berjarak sekitar 15 meter dari kompleks situs Batu Goong. Batu ini memiliki bentuk kenong (goong) sebagian badan batu tersebut tertanam di dalam tanah dan satu batu lagi memiliki bentuk silinder (pelinggih). Jadi secara keseluruhan terdapat lima belas batu yang terdapat di Komples Batu Goong ini. Selain fitur batu, di kawasan Bukit Kaduguling ini juga ditemukan beberapa fragmen keramik asing dari masa Dinasti Song, Dinasti Ming, dan dari Thailand serta kaki arca yang di yakini berasal dari masa klasik.

DAFTAR PUSTAKA:

Djaenuderadjat, dkk. 2001. Catatan Jejak Peninggalan Purbakala Sebelum Islam di Daerah Banten. Dalam Mundardjito dkk. Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten

Haerudin, dkk. 1995. Laporan Ekskavasi Penyelamatan Situs Batu Goong Kabupaten Pandeglang. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Mason, Randall. (2008). Assesing Values in Conservation Planning, Methodological Issues and Choices. Artikel dalam   Fairclough, G.,R. Harrison, J.H. Jameson, and J. Schofield (Ed). The Heritage Reader (pp.99-124). London: Routledge.

Mundardjito. 1993. Pertimbangan Ekologi Dalam Penempatan Situs-situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi Ruang Skala Makro. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia

Sutikno, dkk. 1996. Laporan Hasil Pemetaan dan Penggambaran di Situs Citaman, Kec. Menes Kab. Pandeglang, Jawa Barat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Sudarti.2013. Situs Batu Goong di Desa Sukasari, Pandeglang:Kajian Aspek Arkeologis. Dalam Jurnal Purbawidya. Bandung: Balai Arkeologi Bandung.