Salah satu sarana transportasi yang cukup diminati pada masa kolonial Belanda, khususnya di Batavia, adalah trem. Sarana transportasi jenis ini juga mengalami dinamika. Diawali dengan trem kuda pada 1869, yakni berupa kereta panjang yang dapat memuat 40 orang penumpang. Sesuai namanya, kereta tersebut ditarik tiga atau empat kuda. Sang kusir biasanya menggunakan terompet sebagai klakson. Trem kuda lewat setiap lima menit sekali dan beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 – 20.00.
Pada 1881, keberadaan trem kuda digantikan trem uap. Kereta tidak lagi ditarik kuda, melainkan lokomotif yang dijalankan dengan ketel uap. Rutenya pun lebih panjang, yakni dari Pasar Ikan sampai Jatinegara. Jalur trem bercabang di kawasan Harmoni. Selain ke arah Tanah Abang, jalur trem juga menjalar ke Jatinegara melintasi Pasar Baru – Gunung Sahari – Kramat – Salemba – Matraman. Sekitar 20 tahun kemudian, seiring perkembangan teknologi, trem uap pun tergeser oleh trem listrik. Namun, trem uap masih mengiringi kemunculan trem listrik hingga akhirnya dihapus pada 1933.
Jalur Trem ini melewati beberapa tempat penting di Batavia pada masa itu, yakni:
• Gerbang Amsterdam, yang merupakan pintu masuk ke Batavia
• Stadhuisplein (Taman Balai Kota)
• Kantor Dewan Kehakiman
• Balai Kota Batavia
• Kantor Bank Jawa
• Stasiun BEOS (Stasiun Jakarta Kota)
• Harmonie
• Istana Gubernur Jenderal (Istana Merdeka)
• Koningsplein (Medan Merdeka), lokasi Lapangan Ikada dan tempat diadakannya Pasar Gambir
• Stasiun Gambir
• Wilhelmina Park (Masjid Istiqlal)
• Pasar Baru
• Waterloopein (Lapangan Banteng)
• Stasiun Meester Cornelis (Stasiun Jatinegara)