You are currently viewing Jembatan Cirahong sebagai Penyokong Ekonomi Hindia Belanda
Jembatan Cirahong Tahun 1930 (Sumber: Tropenmuseum)

Jembatan Cirahong sebagai Penyokong Ekonomi Hindia Belanda

Jembatan Cirahong terletak di Jalan Raya Cirahong, berada di antara Desa Margaluyu dan Desa Panyingkiran, Kecamatan Manonjaya dan Linggamanik, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Posisinya melintasi Sungai Citanduy sebagai batas alam perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Secara astronomis berada pada koordinat 7°20”23,47” LS – 108°19”2,16” BT.

Jembatan Cirahong merupakan jembatan multifungsi, sebagai jembatan kereta api dan jembatan untuk mobilitas masyarakat yang menggunakan roda empat, minibus, maupun roda dua. Konstruksi bangunan jembatan dibuat oleh petugas bangunan Hesselink, sementara pembangunannya dikerjakan dengan pengawasan E.G. Wijers (Mulyana, 2005:140). Jembatan Cirahong dibangun pada 1893. Di tahun yang sama, pengerjaan jembatan selesai dan mulai dapat dilewati kereta api.

Pembangunan Jembatan Cirahong tidak lepas dari pembangunan jaringan rel kereta api yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah dalam rangka percepatan pengangkutan hasil bumi dan perkebunan di daerah Priangan untuk disalurkan ke Pelabuhan Cilacap kemudian dikirim ke Eropa.

Sebelum pembangunan rel kereta api dan Jembatan Cirahong yang melintasi Sungai Citanduy, pengangkutan komoditas ekspor dari wilayah Priangan Timur ke  Pelabuhan Cilacap menggunakan aliran sungai. Pada saat itu, jalur pengangkutan hasil bumi dan perkebunan dari daerah sekitar Ciamis melalui dermaga yang berlokasi di pertemuan dua sungai, yaitu Citanduy dan Cimuntur (kini berada di Taman Wisata Ciungwanara). Dari sanalah sejumlah perahu mengangkut komoditas ekspor  ke Pangandaran untuk kemudian dibawa ke Pelabuhan Cilacap. Pengangkutan melalui sungai tersebut dapat menimbulkan resiko, yaitu bila air laut pasang sulit untuk dilewati. Jalur kereta api yang dibangun diharapkan dapat membuka wilayah Ciamis yang merupakan daerah pedalaman menuju ke pelabuhan Cilacap. Penduduk dapat mengangkut dan menjual hasil-hasil pertaniannya dengan mudah dan ongkos yang murah (Mulyana, 2017: 103).

Selain karena potensi hasil alam yang melimpah, pemilihan lokasi pembangunan jaringan kereta api di lokasi ini juga dipengaruhi oleh faktor kepadatan penduduk pada beberapa tempat, seperti Ciamis, Tasikmalaya, Manonjaya, dan Mangunreja. Kepadatan penduduk dianggap sebagai hal yang amat penting sebagai pertimbangan dalam pembangunan jalur kereta api, karena penduduk yang berada di sekitar lintasan jalan kereta api kelak akan menjadi penumpang. Banyaknya penumpang yang diangkut akan berpengaruh terhadap pendapatan eksploitasi kereta api (Mulyana, 2017: 101).

Jembatan Cirahong Tahun 2020 (BPCB Prov. Banten)

Jembatan Kereta Api Cirahong dimiliki oleh negara dan dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Pertanahan Kabupaten Ciamis dan Daerah Operasi II Bandung PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pemeliharaan jembatan terus dilakukan untuk menjamin kelayakan dan keamanan pengguna sehingga dapat terus menyokong pergerakan roda ekonomi wilayah sekitar. (Adita Nofiandi/Pamong Budaya Ahli Pertama)

Referensi

Mulyana, Agus. 2017. Sejarah Kereta Api di Priangan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Mulyana, Agus. 2005. Melintasi Sepegunungan, Pedataran, hingga Rawa-rawa: Pembangunan Jalan Kereta Api di Priangan 1878-1924. Disertasi tidak diterbitkan. Depok: Universitas Indonesia.