Batu Tapak Pasir Luhur berada di lereng Gunung Pasir Luhur, kelurahan Luhur Jaya, kecamatan Lebak Gedong, berupa sepasang tapak kaki manusia menghadap selatan dipahatkan pada sebuah batu yang cukup besar, di sekelilingnya terdapat hamparan batu andesit yang ditutupi lumut. Adapun batu tapak Curug Seeng berada di desa Sukaharja, kelurahan Curug Seeng, kecamatan Cikulur. Batu tapak ini berada di tengah-tengah persawahan berbahan batu andesit dengan 2 tapak kaki manusia menghadap selatan. Kondisi objek sudah agak aus dan memudar.
Budaya batu tapak dapat dijumpai pada tinggalan prasasti-prasasti di daerah Jawa Barat (Sunda), khususnya prasasti-prasasti Tarumanegara yang menyebutkan Purnawarman juga Prasasti Kawali di Ciamis. Tidak hanya tapak kaki atau tangan manusia, namun tapak kaki hewan berupa tapak kaki gajah yang menjadi tunggangan Purnawarman kala itu. Hal yang menarik, budaya batu tapak ini dapat dijumpai hanya di bagian barat pulau Jawa. Persebarannya mulai dari daerah Ciamis, Bogor, hingga ke pedalaman Banten.
Menurut Prof. Agus Aris Munandar, budaya batu tapak dipengaruhi oleh pengaruh agama Buddha. Awalnya ketika sang Buddha telah mencapai tujuan dari pengembaraan, di tempat itu sang Buddha membuat simbol telapak kakinya sebagai penanda telah tercapainya suatu pengembaraan. Budaya batu tapak juga diduga sebagai sebuah penanda daerah kekuasaan atau batas dari suatu daerah. Prasasti-prasasti Tarumanegara dengan tapak-tapak kaki Purnawarman berisi tentang betapa hebatnya sang raja dan penghormatan terhadapnya. Berdasarkan lokasi keletakan prasasti-prasasti tersebut, diduga daerah-daerah yang menerbitkan prasasti merupakan daerah kekuasaan Purnawarman. Selain itu, dugaan fungsi batu tapak sebagai penanda batas suatu daerah juga dapat diterima, karena suatu lahan atau daerah yang diperuntukkan sebagai lahan khusus perlu legitimasi dari petinggi daerah tersebut. Sayangnya karena tidak dilengkapi dengan aksara, tulisan, maupun keterangan lainnya, tidak dapat dipastikan fungsi utamanya, tidak seperti yang terdapat pada prasasti-prasasti Tarumanegara.
Tinggalan batu tapak di Luhurjaya dan Curug Seeng sama-sama merupakan batu yang terpahatkan telapak kaki manusia. Akan tetapi keletakannya berbeda, batu tapak Luhurjaya berada di lereng gunung yang hampir mencapai puncak, sedangkan batu tapak Curug Seeng berada di dataran yang relatif datar di area persawahan. Dugaan sementara, kedua batu tapak tersebut mempresentasikan suatu lahan yang khusus yang telah dilegitimasikan oleh penguasa atau petinggi di daerah tersebut.