Sejarah Singkat Ida Pedanda Rsi Agung Pinatih

0
5609

Om AWIGHNAMASTU NAMOSIDDHAM

Terlebih dahulu, kami haturkan pangaksama mohon maaf sebesar – besarnya ke hadapan Ida Hyang Parama Kawi – Tuhan Yang Maha Esa serta Batara – Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya, tatkala menceriterakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.

Juga agar tidak terkena malapetaka dari Ida Sanghyang Saraswati. Semoga kami semuanya. serta keluarga dan keturunan kami mendapatkan keselamatan. kesejahteraan sampai kelak di kemudian hari di dunia ini.

Om Siddha rastu. Om Ksama sampurna ya namah swaha.

Bhisama dari Sira Mpu Sedah :

Wredhanan kretanugrahakam,
jagadhitam purohitam,
wacanam wara widyanam,
brahmana wangsatitah.
 
Siwatwam pujatityasam,
trikayam parisuddhanam,
kayiko waciko suklam,
manaciko siddha purnam.
 
Puranam tattwam tuhwanam,
silakramam wisuddhanam,
sirarya pinatyam maho,
witting kunam wailwatiktam.
 
Ling Sang Mpu Sedah : “Aum Sang Bang sira, kayeki patitahira Hyang, agawaya wiwak siddhi karaneng sira wayah ingke, maka lamakane sira kari katattwaning brahmana ing kuna, mangke sira manggeh dadi Arya Pinatih, yeki hana sih wayah ri sira, kris sanunggal, ajajuluk Ki Brahmana mwang Siwopakarana, pustaka Weda, yeku sira siniwi, pinaka pustaka kanggeh Kawitan, maka sujatine sira, Arya Bang Pinatih, kawit Sang Brahmana nguni, mwah hana wara nugrahangku lawan sira, yan hana maweruh sang amawa kaliliranya wekasan, wenang ika maprawita, aprayascita apasanakanya wekasan, mwah delahanya ri kapejahanta, yan Sang Maprawita pejah, yan sira atiwa-tiwa, wenang ngangge kadi panganggen sang brahmana lepas, wenang ngangge Padmasana, mamutus sarwa putih, lwir sa-eteh-eteh tunggal, kadi sang brahmana pandita, miturut sakadi sang brahmana pandita.

Maksudnya :

Tersebutlah anugrah beliau Mpu Sedah kepada Sang Bang Banyak Pinatih, berpesan kepadanya bahwa asalnya adalah Brahmana dan sekarang menjadi Arya Pinatih. Beliau Mpu Sedah juga memberikan sebuah keris yang bernama Ki Brahmana dan Siwopakarana (alat-alat pemujaan pendeta Siwa) dan Pustaka Weda, itulah hendaknya menjadi sungsungan sebagai Kawitan. Sesungguhnya Arya Pinatih adalah keturunan Brahmana, berhak menjadi pendeta (prawita) yang nantinya dapat menyucikan seluruh keluarga besar (Pinatih) dan jika wafat dalam upacara palebon (atiwa-tiwa), boleh mempergunakan perlengkapan seperti pendeta dari warga brahmana, yakni sesuai dengan Sang Brahmana Pandita”.

Demikianlah awal kisahnya keturunan Pinatih, boleh menjadi Pendeta (Wiku), sebagai Ksatriya Brahmana.

 

Hal inilah dilanjutkan oleh beliau Ida Padanda Rsi Agung Pinatih, yang madiksa pada tanggal 16 Oktober 1940, tepat Purnama Kapat, Rahina Buda Kliwon Wuku Dungulan, pada saat itu beliau sudah berumur kurang lebih 38 tahun. Yang menjadi Nabe beliau adalah Ida Padanda Gde, Gria Gede Kutri, beliau adalah putra di dharma yang pertama dari empat orang putra dharma. Sebagai Guru Waktra beliau Ida Padanda Madhe Sidemen dari Gria Mas Sanur.

Pada saat itu peranan Puri amat besar, memberi dorongan moril kepada Beliau. Ada tiga Puri Besar yang memberi dorongan dan pengakuan, yaitu : Puri Kesiman, Puri Satriya dan Puri Pemecutan.

Beliau Ida Padanda Rsi Agung adalah sosok orang yang “nyastra” dari sejak kecil dan mendalami tentang Sangging dan Undagi, sehingga beliau menguasai Asta Kosala Kosali. Semasa walaka beliau belajar “ngukir dan natah barong” di Gria Gde Babakan, Cawu,  Marga, Tabanan, dibimbing oleh Ida Padanda Gde Singarsa Manuaba.

Dalam hal “nyastra” beliau mempunyai ingatan yang sangat kuat, seperti : menghafal satu cakep Kekawin, walaupun dalam umur yang sudah uzur, beliau tetap rajin membaca.

Setelah beliau madiksa tanggal 16 Oktober 1940, beliau Nglokapalasraya mulai tahun 1942 dan amat jarang ada hari yang kosong untuk tidak muput.

Ida Padanda Rsi Agung, selalu aktif dalam kegiatan Paruman-Paruman Sulinggih, baik tingkat Kabupaten, tingkat Propinsi maupun tingkat Nasional. Karena dari awal terbentuknya lembaga umat Hindu Parisada 23 Februari 1959, beliau selalu ditempatkan dalam Paruman Sulinggih.

Ida Rsi Agung Pinatih selalu didampingi oleh Ida Padanda Rsi Istri, yang telah  wafat mendahului beliau. Ida Padanda Rsi Istri, saat walaka bernama I Gusti Ayu Oka, yang bersaudara empat orang, yaitu  : I Gusti Ngurah Putu, I Gusti Ngurah Nyoman, I Gusti Ayu Madhe, kawin ke Gria Kedaton, menjadi Padanda Istri dan yang paling bungsu I Gusti Ayu Oka, setelah menjadi pendeta abhiseka Ida Padanda Rsi Istri Pinatih. Putra dari I Gusti Madhe Rai Soka dari Jero Gede Denkayu.

Ida Padanda Rsi Agung Pinatih, telah wafat (lebar) pada hari Minggu, tanggal 23 Nopember 2003, bertepatan dengan Tilem Kelima.

Demikianlah yang dapat kami kumpulkan sekilas riwayat hidup beliau, yang telah meninggalkan kita semua.

OM Ksamaswamam

Om Siddhirastu

OM Santih Santih Santih OM

 

link berita https://panbelog.wordpress.com/2014/01/04/sejarah-singkat-ida-padanda-rsi-agung-pinatih/