Tinggalan cagar budaya tidak hanya terdapat di daerah gianyar saja. sebagai kota provinsi Bali, Kota Denpasar juga terdapat beberapa tinggalan cagar budaya yang diperkirakan dibangun sekitar abad ke-16 masehi, yaitu Pura Maospait Gerenceng yang terletak di Banjar Gerenceng, Keluarahan Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Barat dengan titik koordinat 50 L 0303070; UTM 9042952.
Menurut deskripsi tim Inventaris BPCB Bali yang di ketuai oleh Andi Syariffudin, S.S, Ida Ayu Yuni Anita Sari (Pengumpul data arkeologi), Anak Agung Gede Sugiharta (Dokumentasi), I Made Daging Sudarsa (Juru Gambar), I Made Widana (Juru bantu) bahwa kompleks Pura Maospahit berbentuk bujur sangkar panjang yang mempunyai luas keseluruhan 2166,6 meter. Pura Maospahit dikelilingi penyengker yang dibuat dari bata merah dan tiap halamannya dihubungkan dengan candi bentar dan kori agung. Cara pengunjung memasuki halaman pura sedikit berbeda dibandingkan dengan pura yang lainnya. Pengunjung dapat memasuki kompleks Pura Maospahit melalui halaman luar (jaba kembar) kemudian menuju arah selatan dengan memasuki halaman kedua (jaba) melalui kori agung yang disebut candi rengat. Setelah itu keluar melalui gang kecil menuju arah barat dan memasuki halaman ketiga (jaba sisi) melalui kori agung kemudian memasuki halaman ke empat (jaba tengah) melalui candi bentar yang berelief. Setelah itu, melalui kori agung pengunjung dapat memasuki halaman kelima (jeroan) dari Pura Maospahit.Pura Maospahit terdiri dari 4 halaman, yaitu :
- Jaba kembar ada beberapa bangunan, antara lain Candi Kesuma, Piasan dan Ratu Ngerurah Pengalasan, Bale Kulkul, Bale Kembar. Pada halaman ini tidak ada bangunan besar maupun pelinggih melainkan hanya ada satu kori agung disebut candi rengat. Bangunan candi rengat dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas lima anak tangga dan tiap sisinya terdapat pipi tangga tanpa hiasan atau polos. Selain itu juga ada pintu dari kayu yang dapat dibuka dan ditutup serta di sisi kanan dan kiri pintu ada tembok bata yang melingkupi pintu. Diatas pintu terdapa latiyu tiga tingkat yang dipahatklan hiasan-hiasan. Bagian puncak terdiri atas tiga tingkat dan tiga teras. Pada tiap teras ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan gambar kala makara. Pada tingkat satu dan dua terdapt lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus dan kemungkinan pada bagian tengahnya juga terdapat lubang. Bagian kanan dan kiri pintu terdapatsayap melintang dengan bentuk ke samping yang semakin mengecil. Di bagian atasnya berbentuk kubus dan pada terasnya ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan ambar kala makara.
- Jaba sisi ini terdapat beberapa bangunan, antara lain: Candi rebah, Bale Sekilu, Pererepan, Pewaregan, Bale Gede, Sember, Pelinggih Batara Wisnu, Candi Bentar. Pada candi bentar terdapat relief-relief yang beruukuran cukup besar dimulai dari relief yang berada di sisi utara, yaitu: 1) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata melotot dan mulut terbuka terlihat deretan gigi depannya. Tokoh ini memakai mahkota di atas kepalanya dan rambut ikal menjulur di samping mahkota dan telinganya. Memakai perhiasan kalung dan tangannya memegang sebilah senjata yang menyerupai pedang. 2) Relief ini menggambarkan seorang tokoh wanita, dengan mata dan mulut terbuka, Di kepoalanya memakai mahkota, rambutnya ikal menjulur hingga ke bahu. Tampak kedua tangannya sedang memegang sesuatu tetapi terlihat dengan jelas. 3) Relief ini menggambarkan tokoh berwajah seram dengan mata melotot mulut terbuka sehingga memperlihatkan taring dan giginya. Memiliki hidung yang besar, memegang senjata menyerupai pedang. 4) Relief ini menggambarkan tokoh yang berwajah seram dengan mata melotot dan mulut terbuka sehingga memperlihatkan taringnya. Rambutnya digulung ke atas, mengangkat tangan kanan ke samping atas dan tangan kirinya dilipat ke dada, dan diidentifikasikan sebagai Bima. 5) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia kerena memiliki mulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya dalam keadaan terbuka dan memperlihatkan giginya, mata melotot. Keduanya tangannya terlihat menggenggam sesuatu yang menyerupai tongkat, dan diidentifikasikan sebagai Garuda. 6) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata dan mulut yang terbuka sehingga giginya terlihat, tangan kanan sedang memegang senjata cakra dan tangan kirinya menjulur ke bawah. 7) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia karena memilikimulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya terbuka sehingga taring dan giginya terlihat, tangan kanan memegang senjata.
- Jaba tengah hanya terdapat dua buah bangunan, diantaranya Bale Semanggen dan Bale Tajuk.
- Jeroan, bangunan yang terdapat di dalamnya antara lain: Gedong Batara Guru, Ratu Pregina, Betara Taksu, Gedong Candi Raras Maospahit, Ratu Hyang Agung, Piasan, Gedong Candi Raras Majapahit, Pelinggih, Betara Taksu, Ratu Pregima, Bale Petirtan, Komplek Sanggah Pemangku, Bale Pengayuman, Kori agung, Menjangan Saluang. Pada candi Bentar belahan Utara ada relief Bima yang besar dililit dua naga, relief tersebut dinamakan Ratu Ngurah Bayu. Berjejer ke Utara pada dinding candi ada patung Dewa yama, Indra, dan Sangkara. Pada belahan candi bagian Selatan ada relief berupa burung garuda membawa sangku amerta ‘periuk kehidupan’ dan dinamakan Ratu Ngurah Paksi. Berjejer ke arah Selatan dewa Kuwera dan Baruna. Menurut Jro Mangku relief-relief sakral yang mendampingi Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi adalah lima dewata yang disebut Sanghyang Pancakorsika. Mereka adalah dewa penjaga kiblat, keberadaannya diyakini sebagai yang menganugerahkan rahmat perlindungan gaib sehingga kesucian pura dan umat yang melakukan persembahyangan.