Pura Maospahit

0
3174

Pura Maospait terletak di Banjar Gerenceng, Kelurahan Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali. Dengan titik koordinat 50 L 0303070; UTM 9042952. Pura Maospait sudah diinventaris pada tahun 2016 oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali yang diketuai oleh Andi Syarifudin, S.S.

Kompleks Pura Maospahit berbentuk bujur sangkar panjang yang mempunyai luas keseluruhan 2166,6 meter. Pura Maospahit dikelilingi penyengker yang dibuat dari bata merah dan tiap halamannya dihubungkan dengan candi bentar dan kori agung. Cara pengunjung memasuki halaman pura sedikit berbeda dibandingkan dengan pura yang lainnya. Pengunjung dapat memasuki kompleks Pura Maospahit melalui halaman luar (jaba kembar) kemudian menuju arah selatan dengan memasuki halaman kedua (jaba) melalui kori agung yang disebut candi rengat. Setelah itu keluar melalui gang kecil menuju arah barat dan memasuki halaman ketiga (jaba sisi) melalui kori agung kemudian memasuki halaman ke empat (jaba tengah) melalui candi bentar yang berelief. Setelah itu, melalui kori agung  pengunjung dapat memasuki halaman kelima (jeroan) dari Pura Maospahit.Pura Maospahit terdiri dari 4 halaman, yaitu :

  • Jaba kembar ada beberapa bangunan, antara lain Candi Kesuma, Piasan dan Ratu Ngerurah Pengalasan, Bale Kulkul, Bale Kembar. Pada halaman ini tidak ada bangunan besar maupun pelinggih melainkan hanya ada satu kori agung  disebut candi rengat. Bangunan candi rengat dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas lima anak tangga dan tiap sisinya terdapat pipi tangga tanpa hiasan atau polos. Selain itu juga ada pintu dari kayu yang dapat dibuka dan ditutup serta di sisi kanan dan kiri pintu ada tembok bata yang melingkupi pintu. Diatas pintu terdapa latiyu tiga tingkat yang dipahatklan hiasan-hiasan. Bagian puncak terdiri atas tiga tingkat dan tiga teras. Pada tiap teras ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan gambar kala makara. Pada tingkat satu dan dua terdapt lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus dan kemungkinan pada bagian tengahnya juga terdapat lubang. Bagian kanan dan kiri pintu terdapatsayap melintang dengan bentuk ke samping yang semakin mengecil. Di bagian atasnya berbentuk kubus dan pada terasnya ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan ambar kala makara.
  • Jaba sisi ini terdapat beberapa bangunan, antara lain: Candi rebah, Bale Sekilu, Pererepan, Pewaregan, Bale Gede, Sember, Pelinggih Batara Wisnu, Candi Bentar. Pada candi bentar terdapat relief-relief yang beruukuran cukup besar dimulai dari relief yang berada di sisi utara, yaitu: 1) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata melotot dan mulut terbuka terlihat deretan gigi depannya. Tokoh ini memakai mahkota di atas kepalanya dan rambut ikal menjulur di samping mahkota dan telinganya. Memakai perhiasan kalung dan tangannya memegang sebilah senjata yang menyerupai pedang. 2) Relief ini menggambarkan seorang tokoh wanita, dengan mata dan mulut terbuka, Di kepoalanya memakai mahkota, rambutnya ikal menjulur hingga ke bahu. Tampak kedua tangannya sedang memegang sesuatu tetapi terlihat dengan jelas. 3) Relief ini menggambarkan tokoh berwajah seram dengan mata melotot mulut terbuka sehingga memperlihatkan taring dan giginya. Memiliki hidung yang besar, memegang senjata menyerupai pedang. 4) Relief ini menggambarkan tokoh yang berwajah seram dengan mata melotot dan mulut terbuka sehingga memperlihatkan taringnya. Rambutnya digulung ke atas, mengangkat tangan kanan ke samping atas dan tangan kirinya dilipat ke dada, dan diidentifikasikan sebagai Bima. 5) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia kerena memiliki mulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya dalam keadaan terbuka dan memperlihatkan giginya, mata melotot. Keduanya tangannya terlihat menggenggam sesuatu yang menyerupai tongkat, dan diidentifikasikan sebagai Garuda. 6) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata dan mulut yang terbuka sehingga giginya terlihat, tangan kanan sedang memegang senjata cakra dan tangan kirinya menjulur ke bawah. 7) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia karena memilikimulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya terbuka sehingga taring dan giginya terlihat, tangan kanan memegang senjata.
  • Jaba tengah hanya terdapat dua buah bangunan, diantaranya Bale Semanggen dan Bale Tajuk.
  • Jeroan, bangunan yang terdapat di dalamnya antara lain: Gedong Batara Guru, Ratu Pregina, Betara Taksu, Gedong Candi Raras Maospahit, Ratu Hyang Agung, Piasan, Gedong Candi Raras Majapahit, Pelinggih, Betara Taksu, Ratu Pregima, Bale Petirtan, Komplek Sanggah Pemangku, Bale Pengayuman, Kori agung, Menjangan Saluang. Pada candi Bentar belahan Utara ada relief Bima yang besar dililit dua naga, relief tersebut dinamakan Ratu Ngurah Bayu. Berjejer ke Utara pada dinding candi ada patung Dewa yama, Indra, dan Sangkara. Pada belahan candi bagian Selatan ada relief berupa burung garuda membawa sangku amerta ‘periuk kehidupan’ dan dinamakan Ratu Ngurah Paksi. Berjejer ke arah Selatan dewa Kuwera dan Baruna. Menurut Jro Mangku relief-relief sakral yang mendampingi Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi adalah lima dewata yang disebut Sanghyang Pancakorsika. Mereka adalah dewa penjaga kiblat, keberadaannya diyakini sebagai yang menganugerahkan rahmat perlindungan gaib sehingga kesucian pura dan umat yang melakukan persembahyangan.

Menurut keterangan dari Babad Purana Maospahit yang telah dialihaksarakan oleh Wayan S. Satria pada tahun 1990 memuat sejarah Pura Maospahit. Pada tahun 829 C/907 M di Balabatu bertahtalah patih Jaya Katongyang memiliki keahlian dalam membuat candi. Jaya Katong memiliki putra bernama Arya Rigih dan mempunyai cucu yang bernama Arya Rigis dan Narottama yang mengabdi pada Raja Airlangga. Putra Arya Rigis bernama Arya Kedi mempunyai keturunan Arya Karang Buncing yang juga memiliki keahlian dalam bidang bangunan.

Putra Arya Karang Buncing bernama Kebo Waruga/Kebo Iwa yang juga mewarisi keahlian dalam bidang bangunan pada tahun 1185 C/1263 M membuat kumpulan taruna yang berjumlah 33 arca batu. Selain itu pada tahun 1197 C/1275 M ia membangun pura yang diberi nama Dalem Maya yang dipersembahkan untuk pemujaan Ida Betara. Akan teapi menurut Babad Purana yang memuat keterangan mengenai hal itu tidak mencantumkan tempat dibangunnya pura tersebut. Setelah pengerjaan pura tersebut, pada tahun 1200 C/1278 M Kebo Iwa membangun Candi Raras Maospahit di daerah Badung.

Setelah kematian Kebo Iwa, para Arya Majapahit diperintahkan untuk menundukkan Bali di bawah pemerintahan Majapahit dan mengakibatkan kematian Dalem Ireng pada tahun 1265 C/1343 M. Kekalahan tersebut membawa periode barudalam pemerintahan Bali yaitu berkuasanya Majapahit di Bali yang diwakili oleh Dalem Kresna Kepakisan.

Sewaktu pemerintahan Waturenggong diadakanlah upacara pitra yadnya di Maospahit pada tahun 1373 C/ 1451 M. Setelah upacara, Waturenggong memerintahkan pasek sebagai abdi dalem bertanggungjawab untuk memelihara kelestarian Pura Maospahit. Setelah pemerintahan Waturenggong, Raja Bandana dari Kerajaan Badung berkeinginan membuat gedong penyawangan untuk menyandingi gedong “Candi Raras Maospahit” yang terdahulu. Raja Badung memerintahkan I Pasek Wangayah pergi ke Majapahit untuk mengukur candi yang ada di sana. Pengerjaan Candi Raras Majapahit dapat diselesaikan pada tahun 1475 C/ 1553 M dan dibangun pula Balai Kembar dan Sanggah Kabuyutan (sanggah paibon). Atas karyanya itu, Pasek abdi Dalem diberi gelar Pasek Mancagraha Wangaya dan tempat tinggalnya diberi nama Gerenceng.  

Kompleks Pura Maospahit berbentuk bujur sangkar panjang yang mempunyai luas keseluruhan 2166,6 meter, dengan halaman pura yang terdiri atas lima halaman. Pura Maospahit di kelilingi penyengker yang dibuat dari bata merah dan tiap halamannya dihubungkan dengan candi bentar dan kori agung. Cara pengunjung memasuki halaman pura sedikit berbeda dibandingkan dengan pura yang lainnya. Pengunjung dapat memasuki kompleks Pura Maospahit melalui halaman luar (jaba kembar) kemudian menuju arah selatan dengan memasuki halaman kedua (jaba) melalui kori agung yang disebut candi rengat. Setelah itu keluar melalui gang kecil menuju arah barat dan memasuki halaman ketiga (jaba sisi) melalui kori agung kemudian memasuki halaman ke empat (jaba tengah) melalui candi bentar yang berelief. Setelah itu, melalui kori agung  pengunjung dapat memasuki halaman kelima (jeroan) dari Pura Maospahit.

  • Jaba kembar berukuran panjang 24,2 mdan lebar 14 m, halaman ini disebut jaba kembar karena pada halaman ini terdapat bangunan yang disebut bale kembar.  Pada halaman ini ada beberapa bangunan, antara lain:
  • Candi Kesuma, Halaman jaba kembar dapat dimasuki melalui sisi timur atau melalu jalan Sutomo dengan masuk melalui candi Kesuma (kori agung) yang berukuran lebar 5 m dan tebal 1,2 m. Candi kesuma dibuat dari bata dan di tengahnya ada pintu kayu terbelah dua dengan lebar 80 cm sebagai jalan masuk ke dalam pura. Di sisi kanan dan kiri pintu kayu, ada tembok bata yang melingkupi pintu itu. Pada puncak pintu ada latiyu (tingkat ambang pintu) tiga tingkatan yang dipahatkan hiasan-hiasan. Pada bagian atap ada dua tingkat dengan lubang-lubang dan di bagian teras dihias berbentuk kubus yang menggambarkan kala mata tunggal dan bagian puncaknya berbentuk kubus. Bagian kanan dan kiri pintu ada sayap melintang dengan bentuk hiasan yang sama, tetapi hanya dari satu tingkat saja.
  • Piasan dan Ratu Ngerurah Pengalasan, Kedua bangunan ini ada di sisi timur laut dan berfungsi sebagai tempat “melapor” kepada dewa pura jka ingin memasuki kompleks pura. Piasan berukuran panjang 80 cm dan lebar 60 cm. Bangunan piasan berbentuk batur bujur sangkar dibuat dari bata merah. Bagian permukaan batur berbentuk datar dan ditutupi dengan anyaman bambu.Pada permukaan batur diletakkan sesaji dan satu wadah dibuat dari tembikar. Batur dialasi dengan bata berbentuk bujur sangkar dan ukurannya lebih luas dari batur. Bangunan Ratu Ngerurah Pengalasan terletak di sisi kiri piasan dan memiliki ukuran panjang 60 cm dan lebar 60 cm.Bangunan ini menyerupai tugu yang dibuat dari bata dan pada bagian kaki ada tangga terdiri dari dua anak tangga. Pada bagian atas ada lubang dan di dalamnya diletakkan sesajian. Bagian puncak tugu berbetuk menyerupai piramid yang bertingkat.
  • Bale Kulkul, Bale Kulkul yang ada di pura ini merupakan bangunan baru yang didirikan sekitar tahun 1990an yang memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan kentonganyang digunakan untuk memanggil penyungsung pura jika ada suatu upacara atau musyawarah. Bangunan ini berdenah bujur sangkar menyerupai batur yang terdiri dari tiga tingkat dan dibuat dari bata. Atap bale kulkul mempunyai kerangka dari kayu yang berbentuk tajuk dan ditutupi dengan ijuk.
  • Bale Kembar, Bale kembar terdiri atas dua bale yang mempunyai arah hadap berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan objek yang dipuja. Bale kembar yang menghadap ke arah barat untuk menghormati leluhur Jawa ukuran panjang 5,6 m dan lebar 3 m, sedangkan yang menghadap timur ke arah Gunung Agung untuk memuja leluhur Bali dengan ukuran panjang 5,5 m dan lebar 2,9 m.    

Jaba mempunyai luas 5,8 x 1,6 m. Pada halaman ini tidak ada bangunan besar maupun pelinggih melainkan hanya ada satu kori agung  disebut candi rengat yang berukuran panjang 3,2 m dan lebar 1 m. Candi rengat merupakan pintu dari bata berfungsi untuk menghubungkan antara halaman jaba kembar dengan jaba sekaligus merupakan jalan menuju halaman selanjutnya.

Bangunan candi rengat dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas lima anak tangga dan tiap sisinya terdapat pipi tangga tanpa hiasan atau polos. Selain itu juga ada pintu dari kayu yang dapat dibuka dan ditutup serta di sisi kanan dan kiri pintu ada tembok bata yang melingkupi pintu. Diatas pintu terdapa latiyu tiga tingkat yang dipahatklan hiasan-hiasan.

Bagian puncak terdiri atas tiga tingkat dan tiga teras. Pada tiap teras ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan gambar kala makara. Pada tingkat satu dan dua terdapt lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus dan kemungkinan pada bagian tengahnya juga terdapat lubang. Bagian kanan dan kiri pintu terdapatsayap melintang dengan bentuk ke samping yang semakin mengecil. Di bagian atasnya berbentuk kubus dan pada terasnya ada hiasan antefiks berbentuk kubus dengan ambar kala makara.

Halaman Jaba sisi mempunyai ukuran 30,6 m x 15,7 m. Pada halaman ini terdapat beberapa bangunan, antara lain:

  • Candi Rebah, Bangunan candi rebah berukuran 3,7 m dan tebal 1 m. Candi rebah merupakan pintu masuk menuju halaman jaba sisi yang berbentuk kori agung. Pada bagian tengah terdapat pintu kayu terdiri atas dua daun pintu yang dapat dibuka tutup. Di sisi kanan dan kiri pintu terdapat tembok bata merah melingkupi pintu dan bagian atas pintu terdapat latiyu di atasnya ada tiga tingkat yang dipahat hiasan-hiasan.
  • Bale Sekilu, Bangunan ini berdenah empat persegi panjang dan memiliki ukuran panjang 5,4 m dan lebar 2,3 m. Bale dibuat dari kayu dengan atap berbentuk limasan yang ditutupi ijuk. Bale sekulu berfungsi sebagai tempat membuat sesaji atau tempet penyembelihan hewan.
  • Pererepan, Bangunan pererepan berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 4,6 m dan lebar 2,6 m. Bagian alasnya berbentuk batur dibuat dari bata dan dilengkapi dengan tangga yang terdiri atas empat anak tangga. Bagian badan merupakan suatu bangunan yang terdiri atas suatu ruangan dan baguan tengah ada pintu masuk ditutupi dengan anyaman bambu sebesar pintu itu.. Bagian badan secara keseluruhan terbuat dari bata, sisi kanan dan kiri terdaopat ragam hias berbentuk pilaster. Atap berbentuk tajuk dengan kerangka kayu yang ditutupi ijuk. Bangunan pererpan berfungsi sebagai tempat stana leluhur yang dipuja.
  • Pewaregan, Bangunan paweregan berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 2,4 m dan lebar 2,2 m. Bagian alas berbentuk batur dari batu paras, bagian badan bangunan dibuat dari bata dan dibagian sudut-sudutnya dibuat dari batu parasberbentuk pilaster. Pada dinding yang menghadap ke arah selatan ada jendela persegi panjang dengan sekat-sekat berjumlah sepuluh. Sedangkan badan bangunan yang menghadap ke arah timur dan barat tidak berdinding (bangunan terbuka). Atap berbentuk tajuk dengan kerangka kayu ditutup genteng tanah liat. Bangunan pewaregan berfungsi sebagai dapur suci.
  • Bale Gede, Bangunan bale gede berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 4,4 m dan lebar 4 m. Permukaan bale ada batur yang terbuat dari batu paras, atap berbentuk limasan dengan kerangka dari kayu ditutupi jerami. Bale gede berfungsi sebagai tempat untuk membuat sesaji ketika diadakannya upacara.
  • Sember/Sumur, Sember merupakan sumur yang airnya hanya digunakan untuk keperluan upacara saja. Tepian sember dibuat dari semenyang lebih tinggi dari permukaan tanahdan berdenah bujur sangkar dengan ukuran 1,3 m dan lebar 1,3 m. Permukaan sember ditutup dengan sehelai kayu tipis berbentuk bujur sangkar hingga menutupi seluruh permukaannya.
  • Pelinggih Batara Wisnu, Pelinggih batara wisnu terbuat dari bata dengan ukuran panjang 60 cm dan lebar 60 cm. Pada bagian atas badan bangunan terdapat lubang tempat meletakkan sesaji, sebagai pemujaan kepada Dewa Wisnu.
  • Candi Bentar,Candi bentar merupakan pintu masuk menuju jaba tengah, letaknya di halaman jaba sisi dengan ukuran panjang di sisi utara 10,5 m dan sisi selatan 10 m. Pada candi bentar terdapat relief-relief yang beruukuran cukup besar dimulai dari relief yang berada di sisi utara, yaitu: 1) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata melotot dan mulut terbuka terlihat deretan gigi depannya. Tokoh ini memakai mahkota di atas kepalanya dan rambut ikal menjulur di samping mahkota dan telinganya. Memakai perhiasan kalung dan tangannya memegang sebilah senjata yang menyerupai pedang. 2) Relief ini menggambarkan seorang tokoh wanita, dengan mata dan mulut terbuka, Di kepoalanya memakai mahkota, rambutnya ikal menjulur hingga ke bahu. Tampak kedua tangannya sedang memegang sesuatu tetapi terlihat dengan jelas. 3) Relief ini menggambarkan tokoh berwajah seram dengan mata melotot mulut terbuka sehingga memperlihatkan taring dan giginya. Memiliki hidung yang besar, memegang senjata menyerupai pedang. 4) Relief ini menggambarkan tokoh yang berwajah seram dengan mata melotot dan mulut terbuka sehingga memperlihatkan taringnya. Rambutnya digulung ke atas, mengangkat tangan kanan ke samping atas dan tangan kirinya dilipat ke dada, dan diidentifikasikan sebagai Bima. 5) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia kerena memiliki mulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya dalam keadaan terbuka dan memperlihatkan giginya, mata melotot. Keduanya tangannya terlihat menggenggam sesuatu yang menyerupai tongkat, dan diidentifikasikan sebagai Garuda. 6) Relief ini menggambarkan seorang tokoh dengan mata dan mulut yang terbuka sehingga giginya terlihat, tangan kanan sedang memegang senjata cakra dan tangan kirinya menjulur ke bawah. 7) Relief ini menggambarkan seorang tokoh yang berwajah hewan dan bertubuh manusia karena memilikimulut yang menyerupai paruh burung. Mulutnya terbuka sehingga taring dan giginya terlihat, tangan kanan memegang senjata.

Jaba tengah mempunyai luas yang berukuran 30,6 m x 17,4 m. Pada jaba tengah hanya terdapat dua buah bangunan, diantaranya Bale Semanggen dan Bale Tajuk.

  • Bale Semanggen, Berdenah bujur sangkar, berukuran panjang 4,6 m dan lebar 4,4 m. Bagian alas terbuat dari bata merah, terdiri atas satu anak tangga, terdapat dua belas tiang untuk menopang atap dan masing-masing tiang tersebut di topang umpak yang terbuat dari batu paras. Atap berbentuk tajuk dengankerangkakayu yang ditutupi jerami, pada sudut atap terdapat genteng yang disusun melintang.Bale Semanggen berfungsi sebagai tempat diletakkannya jenasah ketika akan diadakan upacara kematian.
  • Bale Tajuk, Bale tajuk berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 1 m, serta dua anak tangga pada salah satu sisi batur. Atap bale tajuk berbentuk tajuk dengan kerangka dari kayuyang ditutupi ijuk, bangunan ini berfugsi sebagai tempat penyajian sarana dan perlengkapan upacara.  

Jeroan memiliki luas dengan panjang 30,6 m dan lebar 18,2 m. Bangunan yang terdapat di jeroan, antara lain:

  • Gedong Batara Guru, Bangunan gedong batara guru berdenah bujur sangkar, berukuran panjang 1,7 m dan lebar 1 m. Alas berbentuk batur, sisi kiri dan kanan terdapat ornamen menyerupai tugu dengan komposisi dasar lebar, sempit lalu lebar lagi. Dua tiang kayu meopang atap, diinding bata pada bagian belakang menutupi bangunan, atap berbentuk tajuk, kerangka dari kayu dan ditutup ijuk tebal. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada leluhur.
  • Ratu Pregina, Merupakan bangunan yang menyerupai tugu terbuat dari bata, berukuran panjang 70 cm dan lebar 60 cm. Bagian tengah berlubang untuk menempatkan sesaji, bagian puncak menyerupai piramid.
  • Betara Taksu, Merupakan bangunan yang menyerupai tugu terbuat dari bata, berukuran 90 cm x 70 cm, bagian tengah atas berlubang untuk menempatkan sesaji. Kerangka atap dari kayu dan dilapisi ijuk.
  • Gedong Candi Raras Maospahit, Bangunan ini berdenah bujur sangkar menyerupai batur yang terdiri dari dua tingkat dan terbuat dari bata, berukuran panjang 4,1 m dan lebar 3,9 m. Batur tingkat pertama ukurannya lebih luas dari batur tingkat ke dua, setiap sisi batur pertama dan kedua terdapat hiasan dipahatkan cekung yang berbentuk bulatan di bagian tengah. Pada tingkat ketiga ada bangunan yang terdiri atas satu ruangan di dalamnya dan di bagian tengahnya ada pintu dengan ornamen latiyu yang ditutupi dengan sekat-sekat kayu. Terdapat duang buah patung penjaga yang terbuat dari tanah liat bakar (tembikar) yang diletakkan di depan pintu bangunan pada sisi kiri dan kanan. Delapan anak tangga yang menghadap ke arah pintu, pipi anak tangga berbentuk naik turun mengikuti struktur anak tangga, atap berbentuk tajuk dan kerangkanya darai kayu yang ditutupi ijuk.Gedong Candi Raras maospahit berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada leluhur dari Bali.
  • Ratu Hyang Agung, Bangunan Ratu Hyang Agung berbentuk menyerupai tugu dari bata yang bagian tengah atasnya berlubang untuk menempatkan sesaji. Bangunan ini berukuran panjang 100 cm dan lebar 80 cm, kerangka atap terbuat dari kayu dan ditutup ijuk, puncak atap terdapat hiasan.
  • Piasan, Berdenah bujur sangkar, berukuran panjang 80 cm dan lebar 1,2 m. Bagian dasar bernetuk batur sebagai alasnya yang terbuat dari bata dan pada permukaannya ada meja persajian dengan empat tiang yang menopang atap, bagian belakang ditutup dengan anyaman bambu. Atap bale berbentuk tajuk, kerangka kayu dan ditutup ijuk. Bale piasan berfungsi sebagai tempat penyajian upacara.
  • Gedong Candi Raras Majapahit, Bangunan ini berdenah bujur sangkar, dibuat dari bata, berukuran 3,4 m dan lebar 3 m. Alas berbentuk batur dengan tiap sisinyadi beri hiasan, bagian atas pintu latiyu tiga tingkat dan dinding di sisi kanan dan kiri di beri hiasan. Terdapat anak tangga berjumlah enam buah menghadap ke arah pintu, atap berbentuk tajuk dengan kerangka dari kayu ditutupi ijuk. Gedong Candi Raras Majapahit berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada leluhur dari Majapahit.
  • Pelinggih, Pelinggih yang terdapat pada jeroan yaitu pelinggih Maospahit dan Pelinggih Majapahit, keduanya memiliki ukuran yang sama panjang 1,3 m dan lebar 1,7 m. Pelinggih Maospahit dioperuntukkan pemujaan terhadap leluhur Bali, sedangkan pelinggih Majapahit diperuntukkan pemujaan leluhur Majapahit. Atap berbentuk tajuk dengan kerangka kayu yang ditutup ijuk.
  • Betara Taksu, Bangunan betara taksu berbentuk seperti tugu dengan atap berbentuk tajuk dari kerangka kayu dan ditutup ijuk. Bangunan terbuat dari bata dengan ukuran panjang 80 cm dan lebar 80 cm, bagian atas terngah terdapat lubanguntyuk meletakkan sesaji.
  • Ratu Pregima, Bangunan ini berbentuk seperti tugu dari bata dengan atap berbentuk tajuk dengan kerangka kayu ditutup ijuk. Memiliki ukuran panjang 60 cm dan lebar 60 cm, bagian puncak berbentuk menyerupai piramida.
  • Bale Petirtan, Berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 4,7 m dan lebar 2,4 m, bagian bawah berupa batur dari bata sedangkan keseluruhan bale terbuat dari kayu. Atap berbentuk limasan ditutup ijuk, bagian timur, barat, dan utara ada dinding berupa sekat-sekat kayu.
  • Komplek Sanggah Pemangku, Terdiri atas enam bangunan, empat diantaranya berbentuk tugu dengan atas berbentuk batur dari bata dan satu buah dari paras. Dua bangunan berdenah bujur sangkar, alas berbentuk batur dan diatasnya ada bale kayu dengan ketiga diindingnya berupa sekat-sekat kayu, berkerangka kayu dan ditutup ijuk. Ujung atasp terdapat hiasan dari tembikar menyerupai mahkota.
  • Bale Pengayuman, Berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 4,5 m dan lebar 2,5 m, bagian bawah berupa batur dari bata sedangkan keseluruhan bale terbuat dari kayu. Atap berbentuk limasan ditutup ijuk, bagian timur, barat, dan utara ada dinding berupa sekat-sekat kayu.
  • Kori Agung, Kori Agung merupakan pintu penghubung antara jaba tengah dan jeroan dengan ukuran lebar 5,4 m dan tebal 1,2 m, di bagian tengah ada pintu terdiri dari dua buah daun pintu yang dapat dibuka tutup.Sisi kanan dan kiri terdapat tembok yang melingkupi pintu dan di bagian atas ada latiyu tiga tingkat yang diberi hiasan. Bagian puncak terdiri atas empat tingkat dengan teras dengan hiasan antefiks berbentuk kubus yang digambarkan seperti kala-makara pada tiap terasnya. Pada tingkat pertama, kedua dan ketiga ada lubang-lubang, sedangkan di tingkat tiga berbentuk kubus.
  • Menjangan Saluang, Menjangan Saluang yaitu bangunan menyerupai gedong dan di depan ruangannya terdapat rangka kepala seekor menjangan, berfungsi sebagai tahta Mpu Kuturan.

Pada candi Bentar belahan Utara ada relief Bima yang besar dililit dua naga, relief tersebut dinamakan Ratu Ngurah Bayu. Berjejer ke Utara pada dinding candi ada patung Dewa yama, Indra, dan Sangkara. Pada belahan candi bagian Selatan ada relief berupa burung garuda membawa sangku amerta ‘periuk kehidupan’ dan dinamakan Ratu Ngurah Paksi. Berjejer ke arah Selatan dewa Kuwera dan Baruna. Menurut Jro Mangku relief-relief sakral yang mendampingi Ratu Ngurah Bayu dan Ratu Ngurah Paksi adalah lima dewata yang disebut Sanghyang Pancakorsika. Mereka adalah dewa penjaga kiblat, keberadaannya diyakini sebagai yang menganugerahkan rahmat perlindungan gaib sehingga kesucian pura dan umat yang melakukan persembahyangan.