Pura Batukaru (Batukau) Desa Wongaya Gede, Tabanan

0
9953

Nomor Inventarisasi (3/14-02/STS/06)

Secara administrasi Pura Luhur Batu Kau berada di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara geografis terletak pada titik koordinat 50 L 0291058, 9074070 UTM (akurasi 3 meter). Pura Luhur Batu Kau berada pada ketinggian 833 M Dari permukaan laut. Pura Taman Beji berada di sisi timur Pura Luhur Batu Kau pada titik koordinat 50 L 0291137, 9074089 UTM (akurasi 3 meter), dengan ketinggian 822 Meter Dari Permukaan Laut. Menurut kompas orientasi arah hadap pura adalah arah Tenggara, dengan orientasi arah sembahyang umat adalah Barat Laut (Gunung Batu Kau). Menurut informasi pengempon pura, Pura Luhur batu kau ini memiliki luas lahan 2600 m2 termasuk laba pura. Dengan batas-batas sisi Utara adalah Hutan Lindung, sisi Timur Hutan Lindung, sisi Selatan Hutan dan jalan desa, sisi Barat adalah Hutan Lindung.

Status kepemilikan Pura Luhur Batu Kau / Karu ini merupakan milik dari Masyarakat Desa Pekraman Wongaya Gede, dan di kelola oleh Masyarakat Desa Pekraman Wongaya Gede.

Pura Luhur Batukaru atau Pura Luhur Watukaru adalah bermakna sama. Di dalam beberapa sumber sastra, menyebutkan Watukaru, namun dalam bahasa lumrah di Masyarakat menyebut dengan Batukaru. Kata Watukaru atau Batukaru adalah terdiri dari 2 suku kata yakni Batu/Watu dan Karu/kau. Batu dalam bahasa bali berarti Batu biasa. Batu dalam bahasa Agama adalah mengandung makna kekuatan, ataupun sumber energi. Karu/kau adalah bermakna bentuk seperti tempurung kelapa. Dalam bahasa sastra disebutkan istilah Watukaru, namun dalam bahasa Masyarakat adalah disebut Batukau. Secara umum dalam bentuk pengkajian dari segi bentuk dan makna kata dapat disimpulkan Batukaru bermakna kekuatan penutup (penangkeb – bahasa bali), hal ini dapat dibandingkan dengan penggunaan Tirtha penyidekarya Batukaru dalam proses pemuput suatu upacara, tirtha ini dijalankan terkahir sebagai penutup atau pemuput (penyidakarya). Berdasarkan data-data tertulis (babad), epigrafi Pura Batu Karu didirikan oleh Mpu Kuturan pada masa pemerintahan Raja Bali Kuna dinasti Warmadewa yaitu Raja Masula masuli yang menganut ajaran Siwa-Budha, sekitar abad 12 masehi.

Pura ini adalah zenith atau pusat dari Catur Angga, Pura Sad Kahyangan Jagat Bali Luhur Batukaru. Sebagai salah satu bagian penyangga Fungsi Pura Sad Kahyangan Jagat Bali Bali Luhur Batukaru dapat dihimpun fungsi Pura Luhur Batukaru sebagai berikut :

  1. Sebagai Tempat Beberapa Para subak memohon keselamatan dan kemakmuran hidup dengan melaksanakan upacara keberhasilan bercocok tanam.
  2. Sebagai tempat suci untuk memohon keselamatan hidup dari berbagai propesi Umat sedharma.
  3. Sebagai penghayatan Ida Bhatara Sanghyang Bayu sehingga kehidupan tetap eksis dengan adanya Tenaga Super Natural (power), dan yang paling menonjol adalah merupakan benteng pertahanan/keselamatan pemerintah dan negara. Setiap terjadinya perubahan kepemimpinan Negara disertai dengan kelabilan tatanan Pemerintahan sering dicirikan dengan posisi Lingga dengan menunjukkan arah kemiringannya, pada Pelinggih Ageng Pura Luhur Besikalung.
  4. Sebagai tempat suci bagi Pemimpin (Ida Cokorde Tabanan) membangun tatanan kekuatan hidup berbangsa dan bernegara.

Berdasarkan informasi dari Jro Mangku Ageng Batu Kau / Kabayan Lingsir, pada awalnya hanya terdapat 2 alat pemujaan yaitu Pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sanghyang Widhi Wasa dan kepada leluhur. Leluhur yang dimaksudkan disini adalah leluhur para Kabayan. Kabayan merupakan orang yang memerintah di suatu desa, istilah Kabayan sudah ada dari masa Bali Kuno. Perubahan nama Pura Batu menjadi Batu Karu dimulai setelah tahun 1993.

Menurut informasi dari pengempon Pura, prasada ini sudah mengalami proses pemugaran pada tahun 1957. Selain itu terdapat juga beberapa arca dan fragmen arca di areal jeroan pura, yang menurut informasi pengempon pura bahwa arca-arca ini ditemukan oleh jawatan purbakala saat melakukan ekskavasi di areal taman beji yang berada di sisi timur.