Ekskavasi Gilimanuk
Penemuan tempayan-tempayan dan beberapa beliung persegi di Dukuh Cekik, yang terletak 6 km di sebelah selatan Gilimanuk pernah diberitakan pada tahun 1961. Penemuan ini terjadi pada jaman Jepang, pada waktu dibuat jalan besar, yang menghubungkan Gilimanuk dengan Singaraja dan menembus daerah semak belukar di Dukuh Cekik (Soejono 1963).
Penelitian lebih lanjut di Cekik dilaksanakan pada tahun 1962, yang kemudian disusul dengan ekskavasi percobaan. Sisa gerabah yang ditemukan di Cekik menilik sifatnya, maka gerabah cekik dapat dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu jenis yang kasar yang merupakan golongan terbesar dan jenis yang halus.
- Jenis yang kasar dibuat dengan metode tatap batu yang meliputi periuk dan tempayan dalam berbagai ukuran dg landasan yang bundar, serta dengan hiasan bibir sederhana berbentuk penebal pada mulut. Badan periuk dihiasi dengan pola garis sejajar atau pola garis menyilang. Gerabah tersebut dihiasi dengan mengenakan tatap berukir (soejono 1963).
- Jenis gerabah yang halus tidak setebal gerabah yang kasar dan tampaknya dibuat dengan metode putaran lambat. Gerabah dari golongan ini memperlihatkan berbagai bentuk bibir periuk, sebagian terdiri dari gerabah polos atau diupam dan sebagian lagi dihias dengan pola tergores.
Ekskavasi selektif yang dilakukan di situs Gilimanuk dalam tiga tahap pada bulan Juli, Agustus, dan September 1963 penelitian ini melibatkan Kantor Balai Arkeologi Denpasar dan melibatkan Jurusan Arkeologi, Fak. Sastra, Universitas Udayana. Temuan terpenting di situs Gilimanuk ini berupa kubur-kubur manusia, diantaranya ialah sebuah kubur tempayan-sepasang (double jarburial).
Ekskavasi besar-besaran dilaksanakan dalam waktu tiga bulan terus menerus yakni bulan September sampai dengan November 1964, dengan temuan kubur-kubur lebih dari 100 individu. Ekskavasi kemudian dilanjutkan pada bulan April 1973, dengan temuan dua kubur bayi yang disertai periuk serta beberapa benda perunggu.
Gerabah
Gerabah Gilimanuk sebagian besar meliputi yang tanpa hiasan (polos), yang umumnya dipoles. Fragmen-fragmen gerabah polos ini berasal dari berbagai jenis dan bentuk. Sebagian gerabah Gilimanuk dihias. Pola hiasan yang sering digunakan adalah pola jala yang diterakan, terutama untuk menghias tipe periuk berlandasan bundar dengan bibir melipat atau melebar keluar. Tipe periuk berhias ini sering kali ditemukan sebagai benda bekal kubur sekitar rangka-rangka manusia. Pola hias jala tampak pada seluruh badan periuk kecuali pada bibirnya. Pola hiasan lain yang digores, yang tampak pada sejumlah pecahan-pecahan gerabah ialah pola garis-garis lurus dan berombak serta garis-garis pendek yang diterapkan dalam berbagai susunan dibagian pundak periuk.
Beberapa fragmen gerabah memperlihatkan hiasan melalaui tatap (paddle) yang digores-gores antara lain dengan garis-garis silang atau sejajar, pola hiasan lain diterapkan dengan pinggiran kulit kerang (scalloped design) dan masih ada berbagai pola hiasan lainnya. Penggunaan cat warna merah dan kuning tampak pada beberapa jenis gerabah. Menurut benda-bendanya yang ditemukan dalam keadaan utuh atau sebagai fragmen-fragmen yang bentuk lengkapnya masih dapat disusun kembali, Gerabah Gilimanuk meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
- Periuk dengan dasar bundar dengan atau tanpa bibir yang tebal (jenis yang paling umum).
- Piring
- Cawan sederhana.
- Cawan dengan dasar rata.
- Cawan dengan pundak (carinated).
- Periuk dengan bibir susun.
- Periuk dengan pundak.
- Pedupaan atau cawan dengan kaki tunggal.
- Periuk dengan leher memanjang, dan
- Tutup periuk dengan tangkai.
Pecahan-pecahan gerabah yang tebal sekali berasal dari jenis tempayan, pecahan-pecahan ini polos atau berpola hias jaring ditera. Beberapa tempayan yang sudah pecah berisi tulang-tulang manusia. Ini suatu bukti bahwa tempayan berfungsi pula sebagai alat penguburan. Tempayan yang masih lengkap memperlihatkan pola jarring ditera pada seluruh permukaan badan atau tidak berpola hiasan sama sekali. Gerabah Gilimanuk berwarna kelabu cokelat dan cokelat kemerahan. Pembuatan gerabah pada umumnya dilakukan dengan tatap batu. Hubungan dengan gerabah cekik erat sekali, terutama jenis gerabahnya yang halus, tetapi jenis ini di Gilimanuk lebih maju dan lebih beraneka ragam jenisnya.
Benda Logam
Benda-benda dari perunggu terutama berfungsi sebagai benda bekal kubur. Jenis-jenisnya terdiri dari kapak atau tajak upacara dari berbagai ukuran, gelang-gelang tangan dan kaki, anting-anting dan perhiasan berbentuk lempengan pentagonal. Tajak perunggu yang bercorak khas Bali meliputi tipe yang bermata bentuk jantung bentuk bulan sabit melebar dan tipe tajak. Sebuah kapak bermata bentuk jantung mempunyai ukuran terbesar diantara jenis-jenis kapak perunggu yang ditemukan. Di luar konteks kubur-kubur di temukan pula fragmen-fragmen kapak perunggu, begitu juga beberapa buah mata kail perunggu. Benda-benda itu rupa-rupanya barang buangan. Suatu jenis benda perunggu yang bentuknya untuk pertama kali dijumpai ialah lempengan pentagonal yang sering kali terletak di bawah tengkorak manusia.
Benda besi sedikit ditemukan dibandingkan dengan temuan-temuan benda perunggu. Di samping terak besi (iron slag) terdapat fragmen-fragmen besi yang tidak dapat lagi ditentukan bentuk aslinya. Sebagai temuan-temuan penting dapat dapat dicatat tiga buah mata tombak dan dua buah belati. Sebuah dari belati-belati itu mempunyai tangkai perunggu dan pada kedua senjata ini masih tampak sisa-sisa dari pada sarung belati yang dibuat dari kayu.
Pada beberapa kubur ditemukan benda perhiasan emas, yang agak menonjol di antara benda-benda ini ialah manik-manik emas yang ditemukan sekitar leher dan perut rangka. Manik-manikberukuran kecil dan antara lain berbentuk bulatan dan cakram yang berongga. Benda-benda emas berbentuk kerucut kecil ditemukan ditengkorak. Pada tengkorak ditemukan sebuah penutup mulut dan tutup mata dibuat dari suasa (campuran emas, perak dan tembaga) tipis. Tutup mulut bercelah di tengah, begitu juga dengan tutup mata, sebuah cincin emas ditemukan terlepas diluar kontek kubur yang ditemukan.
Manik-manik
Sejumlah besar manik-mani ditemukan, baik terlepas sendiri-sendiri maupun dalam kelompok-kelompok. Manik-manik yang ditemukan dalam konteks kubur-kubur terletak dibeberapa bagian rangka, yaitu di leher, pergelangan, pinggang dan mata kaki. Tipe manik-manik yang paling umum ialah yang terbuat dari kaca, berbentuk silinder dan berwarna biru. Tipe-tipe manik kaca yang lain berukuran lebih kecil, sampai mencapai ukuran sebesar kepala jarum, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning, hijau muda, dan biru. Manik-manik kecil dibuat dari kulit kerang ditemukan dalam bentuk bulat gepeng. Di sekitar bagian telinga beberapa rangka ditemukan manik-manik bundar dari kornalin yang garis tengahnya kadang-kadang lebih dari 1,5 cm.
Gelang Tangan
Gelang tangan, selain dari perunggu ada pula yang dibuat dari kaca dan dari kulit kerang. Pada beberapa kerangka gelang melekat di tulang lengan atas. Gelang kaca umumnya berwarna hijau dan biru serta ada juga yang berwarna cokelat. Gelang yang berwarna cokelat berbentuk agak gepeng dengan permukaan atas dan bawahnya lebar sehingga membentuk penampang lintang setengah eliptis. Semua gelang berwarna cokelat ditemukan dalam keadaan lapuk.
Gelang dari kulit kerang dijumpai pada beberapa kerangka. Garis tengah lubangnya kira-kira sama dengan lubang gelang kaca, penampang lintangnya berbentuk setengah lensa dan setengah lonjong. Fragmen-fragmen calon gelan juga ditemukan di lapisan budaya. Kulit kerang yang digunakan membuat gelang berasal dari jenis kerang-kerang besar yaitu Strombidae, Pleurotomariidae, dan Tridaona. Gelang kerang yang jarang sekali terdapat ialah gelang yang gepeng dengan permukaan atas dan bawah melebar, keadaan gelang ini lapuk sekali dan segera hancur setelah terkena udara terbuka.
Sisa-sisa Binatang
Kerang laut merupakan makanan sehari-hari penduduk perkampungan di Gilimanuk. Kerang yang dikumpulkan terutama terdiri dari bermacam-macam jenis Bivalivia dan Geostropoda. Menonjol sekali ialah kerang-kerang dari family Conidae dan family velutidae dalam kelas Gastropoda. Jenis-jenis kerang ini ditemukan pada setiap tingkat diseluruh lapisan. Jenis kerang pasir: fam. Natioidae (sandsnail) dan masih banyak jenis lagi dalam kelas Gastropoda ditemukan diantara buangan kulit kerang. Dari kelas Bivalvia banyak pula jenisnya ditemukan dalam ekskavasi diantaranya ialah kerang-kerang dari fam. Pectinidae (Scallops), Spondylidae (Thorny ovster), Mytillidae (seamussels), dan lain sebagainya.
Dalam lapisan budaya selanjutnya ditemukan sejumlah tulang-tulang binatang, seperti dari babi, anjing, unggas, tikus, kelelawar, monyet, dan tulang-tulang ikan. Tulang-tulang itu sebagian agaknya merupakan buangan bahan makanan penduduk diwaktu itu. Binatang-binatang yang khusus digunakan dalam upacara-upacara penguburan ialah babi, ungags, dan anjing, binatang-binatang tersebut dikorbankan untuk bekal kubur orang yang meninggal, dan rangka-rangkanya (utuh atau fragmentaris) seringkali ditemukan dalam konteks kubur-kubur.