Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut (± 200.000 SM – 3000 SM) di Bali

0
8672

Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut hidup berkelompok dalam jumlah yang kecil, mengandalkan hidup berburu dan meramu. Teknik pencarian pangan dilakukan dengan cara berburu, mengumpulkan, memungut, dan meramu. Ketersediaan sumber bahan makanan yang melimpah mengakibatkan mereka menghuni gua atau ceruk dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini terlihat dengan ditemukannya sampah dapur berupa tumpukan cangkang kerang dan fragmen tulang binatang. Penggunaan api semakin terlihat jelas dengan ditemukannya arang atau abu bekas pembakaran dan beberapa cangklang kerang yang dibakar. Mereka menjadikan kawasan karst sebagai pilihan lokasi hunian karena memiliki banyak goa dan ceruk yang dapat disesuaikan dengan jumlah anggota kelompoknya dan sifat lanskap karst yang mudah larut air menyebabkan stalaktitnya dapat meneteskan air sehingga yang menghuni tidak akan kekurangan air. Wilayah perbukitan Jimbaran dan Pulau Nusa Penida potensial akan kawasan hunian manusia pada masa ini antara lain Gua Selonding, Gua Karang Boma, Gua Saka I, Gua Timpalan, Gua Kekep, Gua pondok Pemuda, Gua Tegal Wangi, Ceruk Goa Gong Barat, dan Gua Gede.

Mata Panah
Flakes
Flakes

Alat batu mesolitik merupakan perkembangan alat-alat batu paleolitik dengan teknik pemangkasan yang sederhana. Alat-alat berkarakter paleolitik dapat juga ditemukan pada masa ini karena adanya tradisi yang masih berlanjut dari masa sebelumnya sehingga ditemukannya alat-alat masif seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, dan pahat genggam. Temuan artefak alat-alat mesolitik antara lain mata panah batu atau mata tombak dengan pemangkasan dua sisi bahkan pada seluruh bagian permukaan batu untuk mendapatkan tajaman yang maksimal dan bentuknya sempurna. Mata panah batu ditemukan di Gua Gede dan ceruk Gua Gong Barat. Berkembang pula jenis alat-alat batu yang sangat sederhana yaitu serpih dan bilah dengan bahan baku berasal dari limestone, kersikan, basalt, kalsedon, dan jasper. Serpih difungsikan untuk sarana menyayat kulit atau daging buruan dan penghalus saat pembuatan alat-alat dari tulang. Di kawasan perbukitan jimbaran dan Nusa Penida ditemukan pula muduk point disebut juga bipoint yaitu alat terbuat dari tulang yang sudah dibentuk dan memiliki lancipan pada kedua ujungnya, menyerupai jarum. Hingga saat ini masyarakat Aborigin memfungsikan bipoint sebagai mata kail untuk menangkap ikan.